Suryanto Sastroatmodjo
http://sastra-indonesia.com/
1.
Satu kebahagiaan, sebetulnya, ketika saya dengar, pelukis kawakan Yogya, Sapto Hudoyo mengeluarkan gagasan yang unik, tetapi manusiawi. Sastrawan, budayawan dan wartawan di kota budaya ini selayaknya dikuburkan di makam khusus di atas bukit, mengingat peranan mereka yang mulia, selaku penerus kalam Nabi dan Wali-Wali. Suatu penghargaan biasa, ataukah basa-basi, tidak jelas benar.
Hanya saja, ibarat seroja yang gemilang dan nampak di ketimnggian, akan lebih mudah kiranya dikenang anakcucu. Sekalipun bukan berbicara tentang para kuli tinta yang kudu dikebumikan melalui prosesi keagungan, seperti ajalnya ningrat-ningrat dulu kala, namun amatlah mengharukan, ide yang orisinil Sapto Hudoyo itu teruncur, di kala masyarakat tengah kepincut kepada karya-karya jurnalistik yang besar, kidung-kidung sastra yang berbobot, dan kabar tentang menonjolnya Anugerah sastra di mancanegara. Apakah kemudian sah juga dikatakan, kubur merupakan penghargaan maksimal bagi seseorang yang seluruh hidupnya dipersembahkan untuk menciptakan pancaran sinar lembut di antara bianglala, sesuai gerimis sore. Lebih dramatis lagi, bila tokoh, yang sem,asa hayatnya tak pernah punya rumah sendiri, setelah mati justru bermegah-megah bagaikan seorang santo? Bukankah para Santo baru dimuliakan setelah diterpa ajal?
2.
Ketegaran manggala budaya semestinya berkisar antara empat kepentingan yang rangkut-merajut. Pertama : bahwasanya ia menjadi seorang penimbang suasana yang tengah berlangsung, bukan buat menilai baik-buruknya, melainkan buat memastikan, apakah dia dapat mengambil peranan aktif di dalam pertarungan yang seru, ataukah tetap tinggal netral dalam sikap nan kaku. Kedua, bahwasanya di tengah gemilang permasalahan yang berat, maka manggala kudu bisa memetik garis yang terang dan gamblang tentang siklus pemikiran individualnya. Ketiga, bahwasanya dengan menciptakan situasi yang “gelisah serta penuh keragyan”, maka sang manggala sedapat mungkin membuat obat mujarab untuk menaklukkan musuh-musuh di antara bangsanya sendiri. Yakni, orang yang hanya lahirnya saja bisa menerima kredo-juang itu, namun dalam batinnya memusuhi secara sengit (jadi, kaum munafik, begitulah!). akhirnya, keempat, bahwasanya orang-orang yang hanya memperkatakan epos-epos kebudayaan di hadapannya itu sebagai tontonan di arena-aduan, sedang diri mereka Cuma siap sebagai tontonan. Di sini, diperlukan suatu langkah penjlentrehan nan kuat, di mana budayawan adalah putera mahkota dari “Kerajaan Pemikiran Sepanjang Masa”, yang tiadapernah takluk kepada hasut-hasutan. Kalau keempat laku tindak yang demikian ini dijabarkan secara luas, hakikatnya akan teraba pada setiap proses evolusi kultur yang ada di suatu negri, bagaimanapun corak dan kiblatnya.
3.
Semasa saya masih kanak-kanak, seorangpakde(abang dari ibu), di Bojonegoro. Bernama Raden Mas Ngabehi Ruslan Umarkatab sastohamijoyo seringkali mengingtakan, bahwa ukuran kelahiran membawa serta pemahaman batin, betapa peliknya jika ini ditafsirkan dengan memandang waktu yang dialami kini. Sebagai contoh dikatakan, bahwa kalau rela memberikan kepandaian ataupun sesuatu harta milik kepada oranglain, setelah orang tersebut meminta kepada kita (secara langsung)—maka hendaknya kita menyerahkan dengan hati nan lapang pula. Permintaan yang demikian merupakan suatu”ungkap-rohani” yang tersendiri, di mana benda dimaksud telah sepatutnya lepas dari tangan kita, dan dilingsir pihak ketiga. Sebaliknya, manakala berkeinginan memiliki sesuatu yang berharga, mohonlah selalu pada Tuhan, dengan cara yang khusyuk, hingga Dia mengabulkannya. Perbendaharaan alam semesta raya tiada watas dan hingganya, dan sekali lagi, getaran yang menghubungi diri kita dengan dzat rabbani adalah sedemikian halus (namun akrabnya, tulusnya, naluriahnya), sehingga semua itu diperlukan komunikasi halus dan intiem. Soalnya, seraya mendekatkan diri dengan Allah Maha Rakhman dan Rakhim, kita bisa belajar tentang kerelaan hidup yang maujud ke dalam rasa eling lan waspada—dua gatra nan mempertalikan pikir, angan-angan, kalbu dan “osikan lebet” yang ada dalam tubuh kita ini. Sarana eling dan waspada memperkuat disiplin pasrah kepadaNya—dan di mana rengkuhan sanubaru Yang Maha kuat senantiasa pada rengkuhan hati insani, yang mencintai dan menyembahnya; satu kumandang dari binar-terang transendensi yang memikat.
4.
Dalam kitab “Pepali Ki Ageng Selo” (Nasehat Ki Ageng Selo) terungkap dua pupuh sekar Dhandhanggula, sebagai berikut : “Bumi, geni, banyu miwah angin, pan srengenge, lintang lan rembulan, iku aneng kene, segara jurang, gunung, padhang, peteng, pada sumandhing, adoh kalawan parek, wis aneng sireku, mulane ana wong ngucap, sapa bisa wong iku njaring angin, jaba jalma utama. /Tama temen tumanem ing ati, atinira tang nganggo was-uwas, waspada marang ciptae, tan a liyanipun, muhung cipta harjaning ragi, miwah harjaning wuntat, ciptane nrus kalbu, nuhoni inngkang mawenang, wenangira kawula punika pasthi, sumangga ring kadarman.// artinya kurang lebih demikian : “Bumi, api serta angin, matahari, bintang dan rembulan, itu semuanya ada di sini, laut, lembah, dan gunung, terang dan gelap ada di samping, jauh dan dekat, sudah ada dalam dirimu, karena itu ada orang yang berkata, siapa yang dapat menjala angin, kecuali Manusia Utama/ Kuat benar bertanam dalam hati, hatinya tidak mengandung was-was, waspada terhadap ciptanya, tiada yang lainnya, dalam ciptanya meresap dalam kalbu, menyaksikan kenyataan yang kuasa, kekuasaan manusia itu seseungguhnya pasti, terserah kepada kemurahan Tuhan”// Demikian piweling Ki Ageng Selo yang hingga kini masih dapat kita renungkan, bagaimana penjabarannya.
5.
Hidup manusia berpusat di Hati, namun gilir-gulirnya bergerak antara jantung(perasaan) dan dalam otak(fikiran)—sedangkan kemudian bersatupadunya perasaan dan fikiran ialah cipta. Cahya sejati nan gemilang diperoleh, manakala cipta pun memusat ke Hati. Dalam situasi demikian, lenyaplah segala perasaan was-was dan manusia akhirnya ansyaf bahwa dirinya sekadar piranti, yang harus menjalankan petunjukNya. Hidup adalah sumber segala tenaga atau gaya. Sedangkan tenaga(energi) merupakan asal mula segala zat yang ada di alam ini. Belakangan dapat dibuktikan pula, pembuatan bom atom berdasarkan perubahan massa(zat) yang menjadi tenaga. Bila zat dapat menjelma menjadi tenaga, maka sebaliknya tenaga harus dapat pula menjadi zat. Dengan perkataan lain : zat ini tiada lain adalah sumber segala tenaga, sedangkan tenaga adalah asal-kamulanya zat—maka segala zat di alam ini sudah terkandung dalam Hidup!
6.
Sejauh ini, perlu direnungkan, bagaimana setumpukan bidang-bidang yang tak terhingga banyaknya membentuk sebuah benda. Benda itu dapat dipersaksikan dengan indera yang kita miliki, lantaran punya tiga ukuran(dimensi), yakni panjang, lebar dan tinggi. Namun demikian, Karen abenda tersebut terdiri atas unsur-unsur yang tidak dapat dipersaksikan, yaitu titik-titik kemudian garis-garis dan bidang-bidang, maka konsekuensinya benda dan ruang itu sebenarnya maya alias tiada. Ruang dan waktu adanya hanya sebagai manifestasi hidup, yang mula-mula mengandungnya. Karena itu kita bisa mengatakan, bahwa “jauh dan dekat” bersarang dalam pribadi insani. Dengan demikian, menerjemahkan atas kehidupan nan gumelar juga tak jauh dari pandangan kita yang dinukil oleh kesunyataan itu sendiri, yaitu : setiap sejentik getaran pedalaman batin, sebenarnya merupakan resonansi dari Kehendak Buana Mahabesar, yang diracik-temu pada kehendak-kehendak makhluk nan kecil dan laif-dhaif—yang adalah bayangannya jua.
7.
Biarkan daku mewujudkan kekuatan yang bersinar perada dengan bias-sinar yang hanya bisa ditengok orang lain, ketimbang diri sendiri. Dalam keluargaku, aku juga telah memilih “rumah masa depan di atas bukit”, yakni pekuburan yang kelak kuhuni dalam istirah penghabisan. Soalnya, bukan jasa untuk mengantarkan praba dan perada di atas seroja itu, melainkan karena secara adat, kami semua memiliki setelempap tanah yang siap mewadahi detak sebuah swarga bumi. Kurun ini memang menggelisahkan, konon; sehingga maut telah lebih dulu disantunni, ketimbang keringat di bahu yang berlelehan. Sayang, selubung hati manusia masih berkelebatan, kawan.
* Tanggungjawab posting atas PuJa [PUstaka puJAngga]
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar