Pengisah Akutagawa Cerpen Kappa Cerpen yang Sama
S Yoga
http://www.facebook.com/notes/m-anshor-sjaroni/hasil-penelusuran-penyair-s-yoga-soal-karya-plagiat-di-horison-edisi-januari-201/10150093109338476
Ada cerpen Dadang Ari Murtono di Majalah Horison, judulnya Pengisah Akutagama, kok hampir mirip dan kalimat-kalimatnya banyak yang sama ya dengan cerpen Kappa, akutagama Ryunossuke, terjemahaan Bambang Wibawarta. Kalau yang di Kompas dan Lampung Post, kan udah lama dipermasalahkan dan Kompas juga udah mencabut cerpen itu dan dianggap tidak ada. Tapi ini yang di Majalah Horison yang orang jarang baca, aku beli awal Januari tapi baru sempat baca awal februari, monggo di baca sendiri. atau mungkin akutagama menjelma menjadi dadang. Kalau di Kappa dan Pengisah Akutagawa ada tokohnya yang bunuh diri dengan menembak kepalanya, apa mungkin Dadang juga sedang merencanakan bunuh diri. Entahlah.
Salah satunya yang sama adalah surat/sajak setelah tokoh Tock bunuh diri kalimatnya sama persis:
Ayo bangkit dan pergi
Melintasi dunia ini menuju jurang dalam
Jurang terjal penuh batu karang
Tempat air pegunungan mengalir jernih
Dan tercium wangi bunga rerumputan
Bahkan dalam sub judul yang sama persis dengan cerpen Kappa, yakni Laporan Tentang Arwah Penyair Tock, kurang lebih ada 21 pertanyaan dan jawaban, antara tokoh kami dan Nyonya Hop yang dirasuki arwah Tock, yang sama persis tanpa diedit, kata-kata/kalimat-kalimatnya.
Paling mudah baca aja sub judul Laporan Tentang Arwah Penyair Tock ke belakang, kurang lebih di terjemahan Bambang Wibawarta, berturut-turut ada 6 halaman, yang ditulis sama persis dalam cerpen Pingisah Akutagawa-Dadang Ari Murtono
80% hanya mengetik ulang tanpa diedit
Lihat: http://syoga.blogspot.com/2011/02/cerpen-pengisah-akutagawa-plagiat.html
Bagikan
*
*
Ricky Rayhan, Pringadi Abdi Surya dan 5 orang lainnya menyukai ini.
*
o
Syt Ethex walah…..apa yang aku pridiksi akhirnya terjawab juga
22 jam yang lalu
o
Fahri Asiza Wah, jadi itu???? Halaaah! Dadang memang plagiator ulung!!!
22 jam yang lalu
o
Pringadi Abdi Surya PARAH!
22 jam yang lalu
o
Pringadi Abdi Surya Sebagai penggemar besar Kappa, yang membuatku murung membacanya berminggu-minggu, nggak rela Kappa diplagiat.
22 jam yang lalu · 1 orangMemuat…
o
Gunawanti Armadani oalah mas dadang2,kl ga bs nulis mbok ya ga usah jadi penulis,kl BU ya cr kerja lainx jangan karya orang diobok-obok,.
21 jam yang lalu
o
Penumpang Sepur Ekonomi ha3…ini plagiat atau copy paste Mas Anshor? Mas, klo rumah sampean d daerah Sedati dan dekat dgn rumah Pak Andik kpn2 boleh main k rumah?
Salam
Dody Kristianto
21 jam yang lalu
o
Bamby Cahyadi Sebenarnya, aku sudah membaca Pengisah Akutagawa di majalah Horison awal Januari lalu. Berhubung masalah plagiatnya di Lampung Post tdk mendapat respon dari para redaktur sastra/koran dan majalah, dgn dimuatnya karya2 cerpen dadang secara bertubi-tubi di koran2 nasional dan lokal. Aku pikir sudahlah. Mungkin karya2 dia memang layak dimuat, tapi saat perempuan tua dalam rashomon dimuat ulang di kompas aku sangat geram. Dan kekesalanku kutumpahkan pada redaktur kompas. Mengenai yang Hiroson, sebaiknya ada yang menyurati redakturnya.
20 jam yang lalu · 1 orangMemuat…
o
Bamby Cahyadi Ada kecenderungan redaktur sastra koran2 papan atas memilih cerpen yang bersetting luar negeri? Atau cerpen2 dgn bahasa yang belibet (kata pak hamsad rangkuti, akrobat kata2)
20 jam yang lalu · 1 orangMemuat…
o
Faradina Izdhihary Hehehe iya kali Mas Bam… apa redaktur mikir kalau settingnya LN berarti membutuhkan daya imajinasi yang tinggi?
20 jam yang lalu
o
Sujai Marali Meski tulisan saya belum pernah sama sekali dimuat di media sastra besar, kompas dan horison, sebagai penulis, saya betul-betul SEDIH, MALU dengan peristiwa ini. ini soal kejujuran–salah satu paling krusial dari ruh kesusastraan. TIDAK SAMPAI HATI saya untuk memperlakukan sastra dan diri saya seperti itu. salam buat kawan-kawan semuanya.
20 jam yang lalu · 2 orangMemuat…
o
Pringadi Abdi Surya kemana ya teman2 pendukung dadang itu sekarang???
20 jam yang lalu · 1 orangMemuat…
o
Penumpang Sepur Ekonomi Maksudnya penjual salak tho Pri?he3.aq msh tringat dgn tukang salak!
20 jam yang lalu
o
Penumpang Sepur Ekonomi Saya salut dan hormat dgn komentar Pak Suyitno Ethex, meski sm2 brasal dr mojokerto, Pak Suyitno Ethex tetap objektif
20 jam yang lalu · 2 orangMemuat…
o
Hananto Widodo tapi tulisan ini kok diposting di fesbuk..khan kasihan orgnya..apalagi orgnya masuk dalam catatan yg ditandai..
19 jam yang lalu · 1 orangMemuat…
o
Imam Muhtarom sastra oh sastra…
17 jam yang lalu · 1 orangMemuat…
o
Ahmad Faishal Hem…
17 jam yang lalu
o
Han Gagas Email cerpen horison apa benar ini: horisoncerpen@gmail.com, nanti saya kirimi email hasil amatan Mas Yoga ini.
17 jam yang lalu · 2 orangMemuat…
o
Sumar Yoga udah aku kasih surat ke redaksi majalah horison, buat tulik,ndak apa2. karena dia sendiri juga ndak kasihan sama para pembaca setia sastra. dia tidak memiliki moralitas. sehingga moralitas dan agama pun tidak akan mampu mengikat jiwanya. saya kira dia benar-benar sakit
17 jam yang lalu · 4 orangMemuat…
o
Sumar Yoga bayangkan 80% cerpen Kappa ditulis ulang tanpa diedit, kalau yang di kompas mungkin hanya 25%/35% aja, apa bukan orang gila itu
17 jam yang lalu · 3 orangMemuat…
o
Sumar Yoga kalau ingin lihat detail-detailnya. udah saya scan cerpen dadang di horison dan cerpen kappa, silahkan lihat di www.syoga.blogspot.com
16 jam yang lalu
o
Hutasuhut Budi Barang bukti lain. Kalau di dunia hukum, namanya novum. Tolong dibuat BAP tersangka.
15 jam yang lalu
o
Faradina Izdhihary Mas Sumar, salam kenal. Saya sdh intip.Hiiiii sampai gemetar aku membacanya. Waduuuh, mgkn karena telah berhasil lolos dan apa ya namnya …. redaktur Horison dia nekad mengulang lagi di Kompas. Tidak hanya menyakiti para pembaca sastra, tetapi juga sangat tdk fair pada penulis lain yg menulis dg sungguh2, jujur,m dan harus antri buat dimuat hehehehe
15 jam yang lalu
o
Reni Teratai Air
Aku pernah membaca Kappa, akutagama Ryunossuke. Meski agak-agak lupa lagi… tapi aku belum baca Pengisah Akutagama ‘ala’ Dadang…
Mungkin maksudnya ‘Pengisah Akutagama’ versi Dadang… adalah : ‘Ini cerpennya akutagama yg aku tulis ulang’ … :D Lihat Selengkapnya
14 jam yang lalu
o
Hardho Sayoko Spb
Kasus seperti ini selain sangat menodai sejarah sastra di tanah air, juga sangat melukai hati para penulis yang selama hidupnya berdarah-darah untuk terus serius berkarya.
Betapa memalukannya mereka yang selama ini dengan berlindung di bali…k nama besar sebuah media, yang dengan kewenangan menyeleksi naskah yang masuk, dan tanpa boleh diganggu gugat meloloskan kiriman cerpen atawa puisi pemilik nama yang dianggap pakar kata belibet (maaf pinjam isitlahnya bang Hamsad lewat Bamby), atau menulis dengan seting luar negeri seperti yang disangka Bamby, ternyata wawasannya tak seluas yang dibayangkan orang. Hehe
Menurut pendapat simbah, mereka yang entah karena kelalaiannya atau sedikit karya sastra yang dibacanya, hingga ikut meloloskan karya jplakan yang sungguh memalukan itu, sebaiknya mengundurkan diri saja, dan digantikan para sastrawan lain yang jelas mumpuni dalam bidangnya.Lihat Selengkapnya
14 jam yang lalu · 2 orangMemuat…
o
Sumar Yoga ?@Reni, kalau pernah baca kappa nya akutagama,disitu ada tanya jawab antara tokoh kami dan Nyonya Hop yang dirasuki arwah penyair Tock, dana tanya jawab itu seluruhnya dioper oleh dadang tanpa diedit ke dalam cerpen ala dadang, pengisah akutagawa
14 jam yang lalu
o
Sumar Yoga selain itu masih ada lagi beberapa aline yang juga sama persis.tapi yang paling menonjol dan dominan ya tadi yang tanya jawab
14 jam yang lalu
o
Sumar Yoga ?@hardho, piye ngawi, kapan ketemu,kegiatanku wis rada berkurang ini, katanya mau bikin acara di ngawi
14 jam yang lalu · 2 orangMemuat…
o
Sumar Yoga
Ini email jamal d rahman, yang tadi malam langsung aku sms dan email, berkait keberatan cerpen dadang dimuat,karena merupakan plagiat cerpen kappa. joni aridnata juga langsung aku sms tadi malam
Kepada Yth.
Sdr. S. Yoga
…Apa kabar? Semoga baik-baik.
Terima kasih atas masukan ini. Kami akan segera pelajari masalah ini, dan tentu kami akan ambil sikap.
Sekali lagi, terima kasih.
Salam hangat,
Jamal D. RahmanLihat Selengkapnya
14 jam yang lalu · 1 orangMemuat…
o
Muntamah Sekar Cendani Ijin menyimak kepada para sesepuh, salam takzim.
14 jam yang lalu
o
Han Gagas aku merasa redaktur yg kelamaan pegang media jd ga peka dlm pembacaannya trutama kompas ma horison. Ingat Soeharto diktator, rejim sastra akankah sama sj dg rezim politik, yg makin lama bercokol makin rabun dan malas membaca buku.
13 jam yang lalu
o
Miftah Fadhli yah, paling tidak ada dua media cetak BESAR (Kompas dan Horison) yang diBODOH-BODOHI (bukan ‘kecolongan’) oleh si Dadang itu..
Damn it!! KECEWA BESAAAAAAAAARRRRRRRRRRR!!!!!!!
12 jam yang lalu
o
Hananto Widodo ?@sumar yoga:ok,tp lebih baik ini bukan sekedar forum ini menghujat dia.tp kalau bisa beri ruang utk klarifikasi.mengapa dia sampai berbuat begitu.oleh karena itu yg namanya dadang lebih baik nongol saja.
10 jam yang lalu
o
Sumar Yoga lha orangnya ndak berani nonggol, gimana lagi.
10 jam yang lalu
o
Bamby Cahyadi Apakah mungkin ada mafia cerpen, sehingga cerpen2 dadang yg plagiat itu bisa tembus media besar? Inilah yg menjadi pertanyaan saya berikutnya.
Sumber lain: http://www.facebook.com/notes/sumar-yoga/pengisah-akutagama-dan-kappa-cerpen-yang-sama/149837945074109
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Tampilkan postingan dengan label S Yoga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label S Yoga. Tampilkan semua postingan
04/02/11
21/01/09
Puisi-Puisi S Yoga
http://www.kompas.com/
http://syoga.blogspot.com/
PELANCONG
mereka turun dari kapal di gelap malam
membawa senter, oncor dan peta masa lalu
dan gerimis senja mengantarnya pada hutan belukar
di sebuah tempat yang tak terduga
sebuah semenanjung di sebuah pulau
tempat budak-budak diternak
terdengar lolong serigala di perbukitan
tubuhnya bercahaya di antara bayangan bulan
dan hutan yang terbakar
rupanya bayang-bayang lebih gaib dari pikiran
karena ia selalu lepas dari genggaman
beri aku senapan, beri aku peluru teriakmu
ketika mendengar suara-suara binatang malam
kubisikkan kata-kata muram sebelum matanya lebih jalang
tunggu semua burung-burung pulang ke sarang
agar kau jumpai pikiran lepas dengan badai ingatan
ah kau inlander tahu apa tentang masa lalu
aku pun diam di bawah pohon besar
dekat sebuah makam purba bernisan batu
aku pun tahu sebentar akan sampai pada batas
di pantai ini hanya nasib yang mempertemukan
sebelum esok pagi kita pergi ke besuki
panarukan, panji dan asembagus
melihat pabrik-pabrik dan bising mesin
meminta kita untuk kembali ke masa-masa silam
ketika senjata menjadi panglima
dan pikiran-pikiran berputar-putar pada hasrat dunia
pejamkan matamu dan kau akan melayari semua impian
yang pernah terlupakan, sebelum tergadaikan
di pagi hari di pelabuhan jangkar sebelum gempa
kau memandang kapal-kapal yang berkabut
terdampar di pelupuk matamu yang biru
asap dan bayang-bayang masih menyelimuti
sebuah pulau, nun jauh di sana yang tak terjangkau
seolah diterjunkan dari bukit-bukit tandus
kebun-kebun tebu, sawah dan ladang hangus
dan di pabrik gula, mesin-mesin terus bekerja
memeras keringat dari madu kemurnian
dan sungai-sungai dipenuhi kegelapan
mengalir dari hulu menuju muaramu
sebelum kau layarkan ke pulau-pulau asing
tempat terjauh yang tak pernah kukenal
sebuah gudang tua milik tuan tanah
menyimpan sejarah gelap perbudakan
di ladang tebu, tembakau dan perkebunan
tubuh yang hitam berdiri memandang senja
di antara sihluet patung raksasa berambut gimbal
kau duduk di antara pohon-pohon tua
di pelabuhan kau berteriak, ini juga tanah airku
kau ambil peta dan kau bubuhi tanda
dulu aku juga dilahirkan di sini
aku tenggelam dalam kenangan
bunga harum yang kuharap telah jadi bangkai
ah kau hanya merayu untuk sesuatu yang sesat
ini bukan birahiku di antara sepi dan api
tapi hanyalah lelaki jalang yang mengembara
di antara pulau-pulau yang masih perawan
dan tanah-tanah yang minta diberkahi
aku beri tanda dan kau hanya bisa tengadah
nyalakan obor di kandang dan gubuk sebagai tawanan
hambamu hanyalah hamba yang tunduk pada takdir
kau hanya boleh memainkan kincir di batas mimpi
bau kemarau masih menyimpan tubuhmu dari seberang
di tanah ini telah kau tandai waktu dan sejarah
dengan pabrik, lori, tebu, tembakau dan kapal-kapal
agar masa lalu bisa terulang dan aku terkenang pada noni-noni
ah wajahnya putih susu dan betisnya seharum bunga leli
sedang bau keringatku seapek tembakau di gudang tua
kini kami mainkan tambur dan genderang di ladang-ladang
agar semangat kerja menjadi doa dan pahala
Situbondo, 2008
LAYANG -LAYANG
layang-layang adalah masa kecil yang hilang
ia terbang ke atas dan turun menukik
dan sesekali menyambar-nyambar angin
ketika putus kau terperanggah dan menangis
lalu bangkit dan mengejar-ngejar bayangan
melintasi sawah, ladang, rumah dan menara
ke arah susuh angin yang tak kutahu di mana rimbanya
yang begitu sempurna mempermainkan sayap sihirnya
dalam pengejaran ini aku semakin tercekam
ketika memasuki senja dengan cahaya suram
yang kulihat hanya bayang-bayang gelap
yang mengejar-ngejar dan mempermaikan waktu
Ngawi, 2008
ASMARALAYA
di antara pohon-pohon kamboja
dan rerontokan bunga kenanga
ilalang panjang dan nyanyian rembang
kusaksikan sebuah isyarat senja
di epitat reruntuhan makam
kekasih adalah batu yang dipahat waktu
Ngawi, 2008
http://syoga.blogspot.com/
PELANCONG
mereka turun dari kapal di gelap malam
membawa senter, oncor dan peta masa lalu
dan gerimis senja mengantarnya pada hutan belukar
di sebuah tempat yang tak terduga
sebuah semenanjung di sebuah pulau
tempat budak-budak diternak
terdengar lolong serigala di perbukitan
tubuhnya bercahaya di antara bayangan bulan
dan hutan yang terbakar
rupanya bayang-bayang lebih gaib dari pikiran
karena ia selalu lepas dari genggaman
beri aku senapan, beri aku peluru teriakmu
ketika mendengar suara-suara binatang malam
kubisikkan kata-kata muram sebelum matanya lebih jalang
tunggu semua burung-burung pulang ke sarang
agar kau jumpai pikiran lepas dengan badai ingatan
ah kau inlander tahu apa tentang masa lalu
aku pun diam di bawah pohon besar
dekat sebuah makam purba bernisan batu
aku pun tahu sebentar akan sampai pada batas
di pantai ini hanya nasib yang mempertemukan
sebelum esok pagi kita pergi ke besuki
panarukan, panji dan asembagus
melihat pabrik-pabrik dan bising mesin
meminta kita untuk kembali ke masa-masa silam
ketika senjata menjadi panglima
dan pikiran-pikiran berputar-putar pada hasrat dunia
pejamkan matamu dan kau akan melayari semua impian
yang pernah terlupakan, sebelum tergadaikan
di pagi hari di pelabuhan jangkar sebelum gempa
kau memandang kapal-kapal yang berkabut
terdampar di pelupuk matamu yang biru
asap dan bayang-bayang masih menyelimuti
sebuah pulau, nun jauh di sana yang tak terjangkau
seolah diterjunkan dari bukit-bukit tandus
kebun-kebun tebu, sawah dan ladang hangus
dan di pabrik gula, mesin-mesin terus bekerja
memeras keringat dari madu kemurnian
dan sungai-sungai dipenuhi kegelapan
mengalir dari hulu menuju muaramu
sebelum kau layarkan ke pulau-pulau asing
tempat terjauh yang tak pernah kukenal
sebuah gudang tua milik tuan tanah
menyimpan sejarah gelap perbudakan
di ladang tebu, tembakau dan perkebunan
tubuh yang hitam berdiri memandang senja
di antara sihluet patung raksasa berambut gimbal
kau duduk di antara pohon-pohon tua
di pelabuhan kau berteriak, ini juga tanah airku
kau ambil peta dan kau bubuhi tanda
dulu aku juga dilahirkan di sini
aku tenggelam dalam kenangan
bunga harum yang kuharap telah jadi bangkai
ah kau hanya merayu untuk sesuatu yang sesat
ini bukan birahiku di antara sepi dan api
tapi hanyalah lelaki jalang yang mengembara
di antara pulau-pulau yang masih perawan
dan tanah-tanah yang minta diberkahi
aku beri tanda dan kau hanya bisa tengadah
nyalakan obor di kandang dan gubuk sebagai tawanan
hambamu hanyalah hamba yang tunduk pada takdir
kau hanya boleh memainkan kincir di batas mimpi
bau kemarau masih menyimpan tubuhmu dari seberang
di tanah ini telah kau tandai waktu dan sejarah
dengan pabrik, lori, tebu, tembakau dan kapal-kapal
agar masa lalu bisa terulang dan aku terkenang pada noni-noni
ah wajahnya putih susu dan betisnya seharum bunga leli
sedang bau keringatku seapek tembakau di gudang tua
kini kami mainkan tambur dan genderang di ladang-ladang
agar semangat kerja menjadi doa dan pahala
Situbondo, 2008
LAYANG -LAYANG
layang-layang adalah masa kecil yang hilang
ia terbang ke atas dan turun menukik
dan sesekali menyambar-nyambar angin
ketika putus kau terperanggah dan menangis
lalu bangkit dan mengejar-ngejar bayangan
melintasi sawah, ladang, rumah dan menara
ke arah susuh angin yang tak kutahu di mana rimbanya
yang begitu sempurna mempermainkan sayap sihirnya
dalam pengejaran ini aku semakin tercekam
ketika memasuki senja dengan cahaya suram
yang kulihat hanya bayang-bayang gelap
yang mengejar-ngejar dan mempermaikan waktu
Ngawi, 2008
ASMARALAYA
di antara pohon-pohon kamboja
dan rerontokan bunga kenanga
ilalang panjang dan nyanyian rembang
kusaksikan sebuah isyarat senja
di epitat reruntuhan makam
kekasih adalah batu yang dipahat waktu
Ngawi, 2008
Langganan:
Postingan (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita