04/07/12

Standardisasi Pendidikan

Asarpin
http://sastra-indonesia.com/

Standardisasi pendidikan tak jarang membawa efek penyeragaman. Apa-apa yang beda dan karena itu kreatif, hendak distandarkan. Cara berpikir standar semacam ini sudah lama dijalankan, dan terus dilanjutkan dengan model-model yang sepintas beda tapi tampaknya mengungkapkan hal yang sama.

Apa sesungguhnya makna berbeda bagi kita di hari ini? Benarkah perbedaan adalah berkat dan membawa rahmat? Kalau ya, mengapa begitu sering kita menyaksikan pertikaian hanya karena kita beda agama, beda budaya, beda suku, beda bahasa dan beda warna kulit, hingga beda cara? Dan pendidikan agama, yang selama ini kita klaim instrumen yang diharapkan membawa rahmat, ternyata tak berbuat banyak, bahkan tak jarang menimbulkan akibat sebaliknya. Lalu apakah agama masih pantas dianggap sebagai pembawa rahmat dan kedamaian?

Jika memang Tuhan menciptakan perbedaan agar manusia saling mengenal, menyapa dan hidup berdampingan dengan kekeluargaan, pantaskah kita sebagai manusia mengingkari keragaman yang diciptakan oleh Tuhan itu? Kalau ada di antara kita merasa terganggu dengan pluralitas dan kemajemukan agama, bahasa, suku, adat, warna kulit, apakah ini artinya kita mengingkari kehendak Tuhan?

Sayang sekali kita tak pernah siap untuk beda: beda pikiran, beda penampilan, beda segalanya. Jika ada sesuatu yang beda dari kebanyakan, tak jarang kita memberi cap gila. Padahal perbedaan adalah inheren dalam kehidupan manusia. Keunikan dan keragaman, potensi alamai kita yang terhebat, sudah semestinya kita akui kembali, kita hargai kembali, dan kita berdayakan kembali. Jangan jadikan hidup melulu seragam dengan acuan standar tanpa tahu nikmatnya perbedaan.

Ada sebuah dongeng Afrika yang bertajuk Hati Seekor Elang, yang diceritakan kembali oleh Dawna Markova, Ph.D dalam sebuah bukunya tentang pendidikan. Pada suatu hari, ketika mengembara ke mana-mana, seorang perempuan dan anak lelakinya tiba di sebuah peternakan unggas. Anak laki-laki itu begitu ingin tahu. Ia menekankan wajahnya ke pagar kawat berkarat yang membentengi ratusan ayam. “Ibu, ada seekor ayam yang kelihatan aneh dalam kandang ini. Ia tidak seperti ayam lainnya”. Ketika perempuan itu memandangi burung yang ditunjukkan oleh anaknya, seorang laki-laki berpakaian kotor mendekati mereka.

“Apa yang kamu lakukan pada ayam-ayamku?” ia menggeram.“Cuma melihat saja. Tetapi, maukah anda memberi tahu saya tentang burung ganjil yang berimpit-impit di sudut sana? Ia tampak sangat berbeda dengan ayam-ayam lainnya. Sesungguhnya, saya pikir, ayam itu mungkin adalah elang yang masih muda”. “Tidak mungkin”, jawab sang petani. “Aku sudah memilikinya sejak ia baru menetas. Ia bertingkah dan makan seperti seekor ayam, karena itu ia adalah seekor ayam”. “Bolehkah kami masuk ke kandang ini untuk melihatnya lebih dekat lagi?” “Lakukan saja apa maumu,”, gerutu laki-laki itu.

Perempuan itu dan anaknya harus membungkuk agar bisa melewati pintu kandang. Ia berlutut dan menggendong burung itu. “Kamu adalah seekor elang, bukan ayam. Kami bisa terbang. Kamu bisa terbang bebas!” Ia mengangkat burung itu di atas kepalanya dan membubungkannya ke udara. Burung itu mengepakkan sayapnya sekali, dua kali, namun jatuh tepat di paruhnya ke lantai, kemudian mulai mengais lumpur. Petani itu, menyaksikan dari sudut pagar lainnya, mendengus. “Sudah kubilang. Burung itu adalah sesekor ayam, hanya ayam biasa. Kamu ini buang-buang waktu saja!”

Perempuan itu berniat ingin membeli burung itu untuk anaknya. Dan si petani tidak keberatan. Maka terjadilah transaksi. Burung itu di bawah oleh perempuan itu dan anaknya di sebuah tebing yang luas. Anaknya mengangkat burung muda itu setinggi tangannya dan berkata: “Kamu punya hati seekor ekor. Saya tahu kamu punya. Kamu baik-baik saja dan makhluk yang sangat indah. Burung seperti kamu mestinya bebas. Bentangkan sayapmu, ikuti hatimu, dan terbanglah. Terbang, burung elangku, terbang!” Elang tersebut meluncur dengan lancar membuat sebuah lingkaran besar di atas mereka berdua, di atas pertanian dan lembah. Perempuan itu dan putranya tak pernah lagi melihat elang itu. Mereka tidak pernah tahu arah yang dituju hati sang elang. Yang mereka ketahui adalah bahwa elang itu tidak akan pernah kembali ke kandang ayam.

Kesalahan paling umum yang kita buat sebagai orang tua dan guru adalah berpikir bahwa seseorang tak dapat membuat perbedaan. Malah kita singkirkan cara berpikir berbeda. Kita selalu mengejar yang sama, yang seragam. Dan ini adalah tragedi pendidikan yang sangat menyedihkan!

Jarang sekali kita melakukan apa yang dilakukan anak kecil tentang ayam yang dianggapnya elang itu. Pendidikan yang baik sejatinya membantu siswa menemukan elang dalam dirinya. Anak-anak bukanlah ayam-ayam dan tidak perlu menjalani kehidupannya seakan-akan mereka adalah ayam.

Alam mencintai keragaman. Keragaman intelektual merupakan suatu kondisi alami dan anugerah bagi spesies kita. Dalam bahasa agama, keragaman adalah rahmat. Perbedaan tak mungkin terelakkan. Kita tak bisa menolak keragaman karena ia niscaya dalam kehidupan kita. Semua yang berbeda menjadi bagian dari kita, maka anak-anak akan berhenti menghakimi, mengisolasi, dan mengasari mereka yang tidak sesuai dengan norma-norma yang terstandardisasi sejauh mereka mengenal dengan baik potensi perbedaan. Kondisi keragaman merupakan sumber daya sekaligus tantangan yang mau tidak mau harus dihadapi dengan cara-cara mengenal potensinya yang akan membawa berkat.

Kita semua memiliki aspek diri yang beda. Inilah yang justru menjadikan kita manusia. Tatkala kita dapat menerima dan mengintegrasikan beda-beda dengan tepat, maka alam dan Tuhan akan mendatangkan rahmat bagi kita. Kita berusaha mengubah seluruh yang beda seakan-akan perbedaan itu sesuatu yang harus diperbaiki, diakali, diisolasi dan dihancurkan sepenuhnya. Hasilnya adalah hilangnya getaran, vitalitas dan energi kehidupan. Saat kehilangan perasaan akan keunikan dan perbedaan kita, kita menjadi komponen lain di dalam roda dan kehilangan setiap pemahaman mengenai tujuan hidup.

Sejak kecil anak-anak kita telah kehilangan kapasitas dan potensi mereka untuk berbeda. Seluruh sistem dan norma kehidupan dibuat se-standar mungkin. Bahkan mirip baju tentara, seluruh pakaian fisik dan batin kita seragam. Mirip paduan suara, jadilah kita kehilangan kreasi dan kemampuan untuk mengenal keragaman ciri-ciri.

Dalam pendidikan, kita mengukur pembelajaran melalui tes-tes yang tersatandardisasi, menggolongkan mereka sebagai ini dan itu, mengisolasi siapa pun yang berbeda, seakan-akan mereka adalah penyakit. Sungguh, inilah hasil pendidikan penyeragaman warisan Orde Baru yang sampai kini belum terkikis, bahkan kian tebal dan banal!

Untuk menghadapi realitas perbedaan sebagai keniscayaan itu, dimana batas-batas kultural bangsa dan negara sudah semakin menyempit, yang kita butuhkan kini adalah semangat keterbukaan menerima segala yang beda, kemudian mengakui sebagaimana kita mengakui dan memelihara tubuh kita sebagai anugerah dari yang ilahi.
__________
*) ASARPIN, lahir di dekat hilir Teluk Semangka, propinsi Lampung, 08 Januari 1975. Pernah kuliah di jurusan Perbandingan Agama IAIN Raden Intan Bandar Lampung. Setelah kuliah, bergabung dengan Urban Poor Consortium (UPC), 2002-2005. Koordinator Uplink Lampung, 2005-2007. Pada 2009 mengikuti program penulisan Mastera untuk genre Esai di Wisma Arga Mulya, 3-8 Agustus 2009. Tahun 2005 pulang lagi ke Lampung, dengan membuka cabang Urban Poor Linkage (UPLINK). Di UPLINK pernah menjabat koordinator (2005-2007). Menulis esai sudah menjadi bagian perjalanan hidup, yang bukan untuk mengelak dari kebosanan, tapi ingin memuaskan dahaga pengetahuan. Sejak 2005 hampir setiap bulan esai sastra dan keagamaan terbit di Lampung Post. Kini telah beristri Nurmilati dan satu anak Kaila Estetika. Alamat blognya: http://kailaestetika.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita