03/09/11

A LETTER TO EMBASSY

SURAT MERAH!! UNTUK KEDUTAAN INDONESIA DI SAUDI…
Nuruddin Al Indunissy

Masih hangat di ingatan tentang sebuah nama, saudari kita yang dipancung di saudi.. iyah ia sudah tiada dan berita menggetarkan menyebar keseluruh dunia, lalu Indonesia seperti menangis semua hati pilu satu jiwa terbunuh demi satu kelalaian..

Satu leher terlihat jelas, dipenggal disaudi..

Seluruh media ramai berkomentar; “Ya..itu karena mereka tidak berpendidikan..” sebagian mereka berkata; “Memalukan..” sebagian lagi berkata “Akh. Itu kesalahan mereka, saja..” bla bla bla…

Ya sudah, ya sudahlah.

Tapi tidak kah kalian melihat dari sisi lain?

Hari ini aku berdiri sebagai saksi wajah wajah ketakutan mereka yang butuh perlindungan bukan cacian..

Pelan kudengar,..

Peminpin Negeri di tanah air menghentikan armada TKW ke Saudi?

Iyah, aku saksinya di kota ini. Pihak Saudi pun telah mengganti TKW Indonesia dengan Somalia..

“Mafi muskilah… tak apa, TKW dari Somalia lebih murah…”

Ujar saudi, lalu Indonesia menimpali: “Bagus lah.. sudah hentikan saja!”

LALU BERESKAH SEMUANYA?

Tentunya kematian adalah bagian dari takdir Allah yang Maha Sempurna dengan segala Perencanaan-Nya. Tapi disisi lain, dalam setiap peristiwa terkecil sekalipun pasti terdapat makna makna jika kita rajin bertafaqur.

Subhanallah..

Satu nyawa Muslimah itu bukan harga murah…

Aku begitu terkejut ketika dua hari lalu mampir ke Jeddah.

Tentu ini bukanlah satu ketidaksengajaan..

Hari ini telingaku mendengar sayup sayup jeritan mereka dari balik penjara.

BRIMAN…

Penjara wanita terbesar di negeri 1001 TKI ini.

Penjara ini lebih besar jika dibanding penjara lain di Makkah, Riyadh atau Madinah.

Penjara ini masih menyimpan rahasia..

Bau busuk mengusik hidungku, setumpuk kasus tertimbun disana..

Ratusan wanita Muslimah Indonesia yang seharusnya berharga terbuang disana…

Dengarkanlah baik baik..

Dari balik penjara itu terdengar desahan kesal..

Kekhawatiran tanpa ujung.. Menanti keadilan atau kematian!

Mereka merayu dipercepat hukuman..

Bukan ditelantarkan disana!

Iyah, mereka mungkin salah..

Tapi ketahuilah, mereka hanyalah wanita lemah!

Mereka hanya mampu menangis dan berdo’a..

Bukankah tugas Embassy untuk menjadi peneduh bagi mereka?

Anisa Turmudi (nama sebenarnya)

28 Syawal 1431 Hijriyah tertangkap mutawwa sedang pacaran di salah satu pantai di Jeddah dengan Khaled. Duduk duduk berdua di pantai Jeddah tanpa surat nikah adalah kriminal.. beda dengan remaja remaja yang nongkrong ciwalk-bandung…apalagi saat diperiksa, Anisa tidak punya Iqama..

Ia ditangkap lalu dipenjara hari itu juga, lalu diam disana menanti persidangan..

Polisi kerajaan mungkin mengira Anisa adalah prostisusi,

Padahal saat itu Anisa dan Khaled hanya sedang duduk duduk di pantai Jeddah.

Entahlah, lupakan..

21 Safar 1432 Hijriyah..

Empat bulan kemudian Anisa baru di sidang.

Anisa diputuskan untuk dipenjara selama 4 bulan plus hukuman cambuk sebanyak 200 kali. Tapi Anisa telah membayar 3 bulan 23 hari sebelum sidang, artinya hanya tersisa 7 hari dan hukuman cambuk.

Anisa bernafas lega, akhirnya ia telah mendapat kepastian hukum dari kesalahannya. Khaled telah dibebaskan beberapa bulan lalu, Khaled hanya dipenjara 3 Hari saja. Karen dia saudi… tapi Anisa masih harus menanti 7 hari lagi + hukum cambuk yang masih utuh 200 pukulan..

“Tak apa, aku memang salah..”

Ungkapnya ketika saya telusuri dari ujung telpon dipenjara deritanya.

Ia memang salah, sudah 11 tahun tinggal di Jeddah dan tak punya iqama..

Dan ia telah menjalani hukuman.

Hanya tersisa satu minggu lagi…

“Saat itu aku sedikit tegar” Ungkapnya.

Biarlah..

Waktu ia tunggu, jam demi jam ia menanti,

Tujuh hari seperti tujuh tahun..

Akhirnya hari itu tiba..

Hari mendebarkan itu ia menanti kedutaan Indonesia untuk menjemputnya..

Tapi kedutaan Indonesia sepertinya sedang tidak ramah kepadanya. Sebenarnya selama 4 bulan itu, tidak seharipun mereka menjenguknya.

Hari inipun sepertinya mereka sedikit telat.

Anissa hanya berharap semoga besok pagi, kedutaan Indonesia yang terhormat itu mau bangun lebih awal… dan sebentar saja menyempatkan diri untuk melirik namanya dari sederetan kasus yang menumpuk dimeja kerja beliau beliau..

Sayang,..

1 hari, 2 hari sampai 7 hari kemudian tidak ada kabar..

7 minggu kemudian masih belum ada kabar, hingga saat ini… hampir 7 BULAN ia menanti pahlawannya di penjara itu..

7 bulan wahai telinga yang mendengar..

Sekali lagi..

7 BULAN DI PENJARA BRIMAN JEDDAH..

Sedangkan seharusnya ia sudah bebas, hanya sang duta lupa menjemputnya..?

Khaled menuturkan:

“Disaudi, jika wanita dipenjara lalu saatnya ia bebas hari itu juga ia bebas jika kedutaannya mengurusi. Jika kemudian hari itu ia tidak dibebaskan, dan baru dibebaskan besok hari karena sesuatu.. maka pihak kerajaan harus membayar 1000 Real/Hari terhitung hari pertama ia bebas!”.

Khaled adalah pacar Anisa yang tertangkap di pantai itu.

Saya tersentak dan spontan bertanya kepada Khaled?

“Masha Allah… may be Anissa is geting reach right?” (Ya ampuun.. mungkin nanti Anisa bakal menjadi kaya raya dengan uang keterlambatan pembebasannya itu ya?”

Khaleed menjawab:

“Yes.. but nothing right now, because your embassy is sleeping?”

(Iah, tapi itu tak berarti lagi karena kedutaan Indonesianya tidur?)

“She’s crying ya nuruddin! this is crucial thing”.

(Dia hanya bisa menangis nuruddin.. ini hal yang sangat serius) dia menambahkan.

7 bulan ia menanti Jemputan..

Itu penantian panjang keduanya, setelah 4 bulan sebelumnya menanti sidang..

4+7 = 11 bulan..

dari 28 Syawal 1431 Hijriah hingga 23 Ramadhan 1432 Hijriyah..

11 Bulan menanti..

Apa kalian mengira saya sedang membacakan dongeng sebelum tidur?

INI NYATA BRADER…

DENGARKANLAH… LIHATLAH DENGAN MATA HATI..

Dipenjara Briman, Jeddah.

Kedutaan Philippine biasa datang menjenguk penjara 2 minggu sekali, ada atau tidak ada wanita Philippine yang dipenjara disana..

Mereka rutin mengecek jika saja ada masalah.

Khaled menambahkan:

“Beberapa waktu lalu, pernah ada wanita Philippine didalam penjara Bruman. Kedutaan mereka mengeceknya secara continue selama masa tahanan itu… kedutaan mereka tetap datang meski wanita pilipina itu telah diputuskan hukuman penjara, mereka tetap datang menanyakan tentang bagaimana makanan didalam penjara, bagaimana tempat tidur, bagaimana baju dan fasilitas lain… bahkan mereka menawari jika saja ada saudara wanita itu di Riyadh atau kota lain disaudi yang mungkin untuk didatangkan untuk menjenguknya….”

Tapi…

Tapi ada apa dengan kedutaan Indonesia yang tidak pernah jalan kesana?

Tidak kah engkau mendengar suara jeritan wanita teraniyaya itu, semakin hari suara mereka semakin melemah menanti keadilan? Disana tidak hanya Anisa…

Banyak Anisa Anisa lain….

Saya tertegun.

Penasaran saya langsung ambil hape dari tangan Khaleed..

Saya tanyakan Anisa di dalam penjara sana: “Anisa! ada berapa banyak wanita Indonesia disana?”

Dia jawab: “Banyak mas..”

Saya tanya lagi: “Iya ada berapa kira kira, sepuluh dua puluh?”

Dia jawab:

“Ratusan mas…!

“Berapa ratus?”

Tanyaku lagi sambil menulis draft catatan ini di laptop didepanku.

“Tidak terhitung mas, mungkin lebih dari 300..” jawabnya.

“Astaghfirullah… 300…?”

Saya terperanjat..

Dan dari ujung telpon suara anisa makin parau.

“Tolong mas.. please, aku sudah capai. Aku dipukul 200 kali ga papa. Aku rela..”

Ungkapnya lagi memelas dari ujung telephone di penjara sana..

Aku terharu, lalu kutimpali sekedar menenangkan:

“Kamu dicambuk 200 itu memang mudah? Itu sakit nis.. mungkin jauh lebih baik seperti itu. Tinggal disana rame rame. Gimana makanan disana?”

Dari ujung telpon Anisa seperti tertawa dipaksakan.

“Yah.. Makanan disini biasa lah mas, sambosa.. roti.. kayak gitu. Aku gak punya duit, yang punya uang bisa beli. Disini ada canteen juga”

“Ya itu lebih baik kan, daripada dicambuk?” tanyaku menguji.

Anisa menjawab:

“Saya punya keluarga di Surabaya mas…”

Hatiku benar benar terluka ketika mendengar kata itu..

Keluarga, aku pun memiliki keluarga..

Tapi saya adalah laki laki.

Ketika ketidak adilan didepan saya terjadi, saya bisa teriak dan membentak..

Tapi wanita..?

Suara hati mereka halus..

Mereka kadang tidak mampu berkata kata..

Apalagi bahasa arab mereka pas pasan..

Bahasa ingris nol besar..

“Annissa..” ungkapku, hatiku terharu.

“Annisa. Saya adalah penulis, ya.. meski menulis hanya di facebook, tapi insya Allah pendengar saya cukup banyak. Inysa Allah saya berjanji untuk menerjemahkan rintihanmu disana.. ”

“Tolong mas. please..”

Anisa hanya menjawab itu, selanjutnya hanphone mati.

Berbicara dipenjara tentu tidak sebebas di dunia luar..

Ini adalah Amanah yang harus kusampaikan..

Suara halus itu harus kuterjemahkan, agar suara itu terdengar…!

Amanah ini harus tetap kusampaikan meski telinga telinga itu telah tuli, meski mungkin tak sesiapa peduli..

Wahai engkau yang terhormat di kursi embassy?

Harus kah kalian aku bangunkan dengan cara seperti ini?

MEMALUKAN..!

Khaled Asyiri,

Warga lokal Arab yang sangat peduli dengan warga Indonesia di Jeddah, adalah seseorang yang mencatat dengan details perkembangan Annisa dari mulai dipenjara hingga hari ini. Dia menyayangi Anisa. Ia bercerita kepadaku dengan menggebu gebu..

Setelah Khaled mendengar Anisa disidang ..

Dan tak ada seorangpun menjemputnya ke penjara, Khaled gundah..

Ada apa dengan embassy Indonesia?

Ia menemui kedutaan Indonesia cabang Jeddah..

Dilihatnya banyak wanita Indonesia sedang berkumpul ditaman kedutaan, tapi tak ada satu kepala pun keluar untuk menyapanya..

Oh iya, embassy itu mungkin sibuk..

Iya masuk kedalam, bertanya dengan nada tinggi..

Tapi tak ada solusi.

Iya menawarkan untuk menjadi wakil kedutaan Indonesia untuk menjemput Anissa di penjara, ia berjanji akan membelikan tiket untuk Anisa pulang ke Indonesia. Ia juga menawarkan SR 1000 untuk staff embassy yang sedang mengantuk itu, tapi kedutaan tetap mengantuk..

Khaled menggebrak meja!

“Pennnnn enta mudirrr…?”

(Mana big boss kalian disini..? saya ingin bicara…)

Apa yang dilakukan staff KJRI JEDDAH tersebut?

Ia marah, ia bangun dan memanggil polisi Saudi yang ada digedung sebelah..

Ia berdiri tegak dan berkata:

“Tidak tahukah anda bahwa ini lembaga Internasional??”

Khaled menahan sesak dadanya..

Beberapa polisi saudi memaksanya keluar dari KJRI Jeddah..

Khaled pulang, menelpon Anisa di penjara..

Ma’alish..

Maafkan kekasihmu yang tidak bisa membantu lagi..

Kedutaan mu sedang tidur pulas dan tidak mau diganggu.

Anisa terdiam..

Ia memegangi koran yang sudah lusuh ditangannya,..

Membaca janji manis penegak hukum di tanah air yang katanya akan memberi ia bebas Ramadhan ini..

Ramadhan ini kawan..

Hari ini sudah 23 Ramadhan sebentar lagi lebaran..

Anisa masih berharap harap cemas, bisakah ia menemui keluarganya lebaran ini?

Anisa masih menangis pedih di penjara BRUMAN..

Menanti kedutaan Indonesia yang molor..

Biar kukatakan lebih lantang..

KEDUTAAN INDONESIA DI SAUDI MOLOR…

Saya sebenarnya tidak peduli kalian mau ngantor ataupun molor..

Pertanyaan saya adalah sampai kapan kalian akan tertidur pulas dan pesta iftar disana, sementara wanita lemah tanggung jawab kalian memakan roti kering setiap hari di saat sahur dan buka puasa…

Apa wanita wanita lemah itu akan tetap disana hingga puasa tahun depan?

Apa kalian tidak enggan memakan gaji haram.. !

Bukankah rakyat Indonesia telah membayar kalian mahal untuk duduk di kursi itu?

Apa harus saya jelaskan apa yang harus kalian kerjakan selain duduk manis di kursi itu?

Tidakkah terlintas untuk sehari saja lihat lihat situasi?

Lihat lihat situasi bung…!

Malu lah sama kedutaan Philippine..

Mereka peduli sama warga Negara yang menjadi tanggung jawabnya?

Semoga kalian marah membaca tulisan ini.

Semoga kalian cepat cepat tanggapi wanita wanita lemah itu.

Sebelum catatan ini tersebar di blog blog dan masuk media cetak di Indonesia.

Hari sudah siang brader..

Cerita ini bukan karangan, no Hp Anisa masih ada di inbox handphone saya. Khaled masih bersama saya di sini.. di jedah. Semua details informasi masih tercatat di Khaleed. Jika mungkin kalian lupa, atau pura pura tidak ingat lagi kapan Anisa ditangkap dan seharusnya bebas silahkan telpon nomor saya di profile facebook…

Saya berkerja di InterContinental Riyadh.

Saya tidak sengsara seperti mereka, karena saya laki laki.

Sama seperti antum semua..

Kita ini laki laki..

Dan mereka itu adalah perempuan.

Tidakkah kalian berfikir sesaat sahaja..

Dan bayangkan jika wanita wanita itu adalah anakmu atau istrimu..

Apa yang kamu rasakan?

Hmm?

Di bahwah jembatan ini, dulu berita memalukan para TKI Indonesia yang terlantar di ungkap media dan berita tersebar kepeloksok negeri – lalu – apakah penjara BRIMAN harus di ungkap media agar kalian terbangun?

Semoga pesan kecil ini merambat keseluruh peloksok tanah air..

Ini adalah amanah dari Anisa yang harus saya sampaikan kepada kalian.

Ingat bukan hanya Anisa, disana banyak Anisa Anisa lain..

Anisa Anisa lain..

Posted in Jeddah 23/08/2011
NORTHERN JEDDAH – SAUDI ARABIA 2011
Sumber: http://www.facebook.com/notes/nuruddin-al-indunissy/a-letter-to-embassy/141127295976995

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita