11/08/11

MALIN PASAL PENGHABISAN, MALIN KUNDANG JILID KEDUA

Catatan Singkat Proses Kreatif Teater Wadtera SMP 1 Mojoagung dalam rangka Pekan Seni Pelajar Jatim 2011
Bambang Irawan*
http://www.radarmojokerto.co.id/

Antara Wewe Gombel dan Malin

Setelah sengaja terlibat secara langsung dalam dua proses kreatif terakhir teater Wadtera SMP 1 Mojoagung, yaitu proses drama Wewe Gombel dan proses Malin Pasal Penghabisan, penulis menemukan sesuatu yang menarik untuk diungkap. Yaitu, kedua drama tersebut memiliki beberapa persamaan, baik secara kontekstual atau persamaan nasib. Berbicara mengenani nasib, Wewe Gombel dipilih menjadi penampil terbaik atau dalam bahasa halus Dewan Kesenian Jombang, kelompok penerima dana hibah dalam hajatan Hibah Teater Kompetitif 2010. Sedangkan Malin Pasal Penghabisan berhak menyandang predikat 5 penyaji terbaik non ranking dan 5 sutradara terbaik non ranking (M.S. Nugroho) Lomba Teater tingkat SMP/MTs Pekan Seni Pelajar Jawa Timur 2011 di Probolinggo 22 Juni yang lalu.

Kesamaan selanjutnya, keduanya mengusung tema yang sama, tentang eksistensi seorang ibu, walau dalam perspektif yang berbeda. Ibu (mama) dalam Wewe Gombel lebih condong kepada penggambaran ibu yang zalim kepada anaknya (Bella). Sebaliknya, Malin Pasal Penghabisan memberikan porsi terzalimi untuk seorang ibu (Bundo). Walau pada akhirnya dia pun ikut-ikutan terseret untuk zalim kepada putranya sendiri, Malin Kundang, dengan mengutuknya menjadi batu. Terlepas dari hal zalim menzalimi, sadar atau tidak hal-hal semacam itulah yang sekarang sedang terjadi menjadi peristiwa sosial di sekitar kita. Ibu menelantarkan anak-anaknya, peristiwa penolakan pada kehadiran sang anak, yang sampai pada perbuatan kriminal. Pula sebaliknya, anak-anak yang memilih untuk meniadakan rasa bakti kepada orang tua mereka atau menelantarkannya balik.

Atau barangkali karena naskah drama ini ditulis oleh orang yang sama, M.S. Nugroho yang notabene adalah seorang bapak. Yang secara otomatis dengan naluri kebapakannya (tapi sebenarnya saya lebih condong ke diksi naluri keibuan) menuangkan segala ketakutan psikologisnya secara mendalam sebagai orang tua dalam bentuk karya drama. Sehingga dengan sisi psikologi yang mengena, dua naskah drama ini mendapatkan juara 3 (Wewe Gombel) dan nominator (Malin The End Scene) pada lomba penulisan naskah drama remaja Dewan Kesenian Jawa Timur 2008. Jadi persamaan terakhirnya adalah, teater Wadtera memilih dua naskah drama yang telah teruji dan kredibel dalam dua proses terakhirnya.

Pemilihan naskah yang berat

Seorang bijak pernah berkata bahwa sangat sulit menjelaskan bagaimana rasanya asin kepada orang yang belum pernah merasakan asin. Atau kita ambil salah satu contoh pada konteks dunia penulisan saat ini, rumitnya menjelaskan tentang isu plagiarisme cerpen Dodolitdodolitdodolibret karya Seno Gumira Ajidarma dan Tiga Pendeta-nya Tolstoy kepada anak TK yang belum mengenal sastra. Gambaran Itulah yang dihadapi M.S. Nugroho sebagai sutradara.

Merunut apa yang disampaikan dewan juri, Harwi Mardiyanto, Rusdi Zaky dan Darmanto Rajab, ketika evaluasi sesaat sebelum pengumuman pemenang. Ketiga juri mempunyai pendapat yang hampir seragam tentang pemilihan naskah. Harwi menyatakan ketidak nyamanannya kepada pemaksaan naskah-naskah atau tokoh-tokoh dewasa untuk pelajar SMP. Rusdi Zaky berpendapat proses adaptasi naskah harus dengan pola pikir yang bisa dipakai untuk para pelajar, karena pada dasarnya drama itu menyenangkan dan mencerahkan. Dan Darmanto Rajab lebih ekstrim lagi, “Drama itu tidak harus menderita, menderita bagi pelakonnya atau bagi penontonnya.”

Di sinilah kapabilitas seorang sutradara dipertaruhkan, bagaimana cara memamah sesuatu yang keras menjadi lunak, untuk diberikan dan lantas dicerna aktor-aktornya. Perjuangan yang sangat berat untuk menanamkan karakter dengan psikologi yang complicated, karakter seorang bundo kepada pelajar SMP, yang ternyata empat kali lipat dari usia sebenarnya.

Pledoi seorang bundo

Sebelum menyaksikan repertoar ini, atau sekedar membaca naskah dramanya, tentu orang akan membayangkan atau mengingat kembali tentang cerita si anak durhaka Malin Kundang. Atau jangan-jangan orang akan malas membacanya atau emoh untuk memasang mata menyaksikan pertunjukan, lantas ngeluyur pergi. Semata karena cerita rakyat ini sudah begitu klise di masyarakat, karena sebagian orang beranggapan, sangat tidak menarik melakukan atau menikmati sesuatu pada hal-hal yang predictable atau mudah diduga. Walaupun sebenarnya naskah/pertunjukan ini menawarkan sesuatu yang unpredictable.

Malin kundang adalah cerita rakyat asal Sumatera Barat, berkisah tentang seorang anak yang durhaka kepada ibunya, dan karena kedurhakaannya tersebut, ia dikutuk menjadi batu oleh ibunya sendiri. Cerita serupa atau hampir mirip juga dapat ditemukan di negara lain. Di Brunei Darussalam ada cerita Nakhoda Manis. Di Malaysia terdapat Si Tenggang. Bahkan yang terakhir ini pernah diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun 1975, dengan judul Nakoda Tenggang : sebuah legenda dari Malaysia / oleh A. Damhoeri. Akan tetapi dari semua cerita tersebut lebih mengekspos tokoh Malin dengan jalan hidupnya. Bagaimana bila fokus penceritaan diseret dari tokoh Malin ke tokoh Bundo?

Dengan label “Revitalisasi cerita Rakyat Sumatera Barat”, penulis naskah mencoba melakukan hal tersebut di atas. Memulai cerita dengan kesedihan dan rasa sepi seorang bundo, karena telah kehilangan anak semata wayangnya, menjadi batu. Kesepian yang mendalam sampai pada akhirnya membawa bundo dalam dunia imaginer yang menyakitkan.

Tokoh bundo membuat pembelaan bahwa pengutukan adalah bukan kehendaknya, melainkan hanya faktor ketidak sengajaan, dan betapa bundo menyesali perbuatannya.

“...Bundo memang bersalah. Bundo memang telah mengutuk kau. Badan ini memang tak layak sebagai seorang Bundo. Bundo memang pantas mati untuk menebus kesalahan bundo...”(adegan 2)

“(Bundo menangis sendiri) Kutuk apa, dosa apa. Mengapa langit tidak mengubahku menjadi batu saja? Menjadi batu lebih punya makna daripada kesedihan seorang bundo. (Mengutuk diri sendiri) Batulah aku. Batulah aku. Batulah aku! (Sepi) Mengapa langit tak menjawab? Mengapa aku tak menjadi batu?...” (adegan 7)

Keberanian sang penulis naskah dalam mendobrak cerita konvensional dan kepiawaian sang sutradara dalam memvisualisasikannya di panggung pertunjukan adalah hal yang perlu diapresiasi secara bijak. Menawarkan bentuk baru yang secara otomatis memberikan khasanah berbeda pada perkembangan cerita rakyat nusantara. Apalagi dalam pemanggungannya, sutradara memilih bentuk pertunjukan randai, sebuah seni pertunjukkan rakyat dari Sumatera Barat. Teater rakyat yang berangkat dari pengembangan sile atau silat.

Dengan kata lain Malin Pasal Penghabisan, mempunyai posisi sebagai sekuel dari cerita sebelumnya, yang ini menurut pandangan bebas saya. Bukan mustahil apabila dikemudian hari akan muncul sekuel atau bahkan prekuelnya, mungkin. Atau setelah ini akan bermunculan naskah-naskah baru revitalisasi cerita rakyat nusantara yang lain? Cerita rakyat Jombang misalnya?
__________

Penulis: Bambang Irawan, Pelaku teater dan penikmat seni, sekarang aktif di kelompok Alief Mojoagung, Jombang

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita