07/05/11

“Tolok Ukur dan Nilai” dari Kekuatan

M.D. Atmaja
http://sastra-indonesia.com/

Pada periode kehidupan kita sekarang ini, suatu nilai yang hendaknya dimiliki oleh setiap manusia adalah kekuatan. Selayaknya di dalam suatu pertempuran, kekuatan menjadi faktor utama yang dapat menentukan hasil. Menang atau kalah, dapat dilihat dari pola kekuatan yang dimiliki. Meskipun kita belum menyaksikan peperangan yang sebenarnya, dari pengamatan akan kekuatan masing-masing pihak, peramalan kemenangan dapat ditentukan.Kekuatan yang oleh beberapa orang seringkali diucapkan dengan istilah “energi” terdapat tiga bentuk. Penggolongan ini hanya atas hasil dari renungan mengenai paradigma yang berlandaskan pada susunan komponen manusia. Yaitu, kekuatan badan, pikiran dan batin. Masing-masing komponen tersebut memiliki tempat dan kekuatan tersendiri. Juga memiliki tatacara pengembangan yang seringkali berbeda.

Kekuatan badan misalnya, dapat dibangun dengan gaya hidup sehat (secara medis). Mungkin saja, di dalamnya terdapat sikap yang mau menjauhi rokok, minuman berakhohol, Narkoba, menjalankan berbagai ritual di antaranya cukup tidur, berolahraga, dan serta cukup mengkonsumsi makan-makanan empat sehat lima sempurna. Kekuatan pikiran terletak di akal manusia yang dapat dikembangkan dengan proses belajar. Batin juga memiliki kekuatan yang terletak di dalam rasa, yang menurut saya, sangat bergantung tentang bagaimana cara kita memahami nilai-nilai ketuhanan.

Di sini yang ingin saya ketengahkan adalah mengenai kekuatan dari penulisan. Pada ranah tersebut, dipengaruhi oleh ketiga kekuatan di atas. Masing-masing memerankan peranan tersendiri. Akantetapi, yang ingin saya tuangkan sebagai pokok pembicaraan yaitu berkisar tentang bagaimana mengukur kekuatan dari hasil penulisan tersebut. Dapat dipastikan kita akan memiliki pendapat yang berbeda, setiapnya memiliki subjektivitas dalam meletakkan fondasi dasar untuk memperkirakan kandungan kekuatan yang ada di dalam suatu karya tulis. Landasan atau fondasi penilaian yang sudah kita pegang tersebut akan mengarahkan dalam proses pengembangan pemikiran ketika kita menilai suatu karya. Sejauh mana kekuatan tulisan dari karya tertulis tersebut.

Menurut penafsiran saya, kekuatan dari penulisan berdasarkan pada pendapat dari Horatius bahwa sastra hendaknya mampu menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi mendidik dan menggerakkan. Berdasarkan pandangan ini, subjek penulis menanggung beban mengenai sifat mendidik dan menggerakkan melalui tulisan yang dihasilkan. Entah itu mendidik mengenai moral, agama, politik, filsafat, dan lain sebagainya yang di dalamnya juga termasuk seksualitas. Nilai pendidikan yang ingin disampaikan, hak sepenuhnya di tangan penulis, selanjutnya dengan muatan edukatif dari sebuah tulisan, subjek pembaca semestinya tergerak untuk melakukan apa yang sudah diajarkan.

Misalkan saja, pesan sifat mendidik dan menggerakkan yang terdapat di dalam novel “Para Priyayi” karya Almarhum Umar Kayam (30 April 1932 s.d. 16 Maret 2002) yang di dalamnya memuat edukasi mengenai nilai kehidupan manusia Jawa yang berkenaan dengan dunia Priyayi. Melalui novel “Para Priyayi” ini, Umar Kayam menyampaikan para seluruh pembacanya untuk bersikap halus, mengerti tatacara (adat), terpelajar selayaknya priyayi itu sendiri. Namun, Umar Kayam juga berpesan, menjadi priyayi dengan pikiran yang lebih maju ketimbang priyayi Jawa pada umumnya. Mungkin dengan istilah sederhananya, Umar Kayam berpesan, “Menjadilah priyayi Jawa yang modernis!”, sebagai pesan pendidikan. Kekuatan tulisan yang kedua adalah menggerakkan, yang mana aspek ini terjadi di dalam diri subjek pembaca. Pesan yang sudah disampaikan dan ditangkap yang selanjutnya mengerahkan subjek pembaca (dalam tingkatan pribadi) untuk menjalankan pejalaran yang sudah dipahami.

Atau, kekuatan yang ditinjau dari pendapat Aristoteles yang menyatakan bahwa sastra berusaha mensucikan jiwa para subjek pembaca, sebagai katharsis. Nilai utama yang sekaligus menjadi kekuatan, menurut pandangan ini adalah bagaimana peran tulisan (seni dan sastra) membantu manusia untuk menuju kondisi batin yang lebih baik. Kondisi batin yang dimaksudkan di sini dapat saja dikategorikan sebagai pencapaian ketenangan hati, ketuhanan, dan kebijaksanaan/ mensucikan jiwa manusia, membawa manusia pada kebenaran yang hakiki yaitu kebenaran Tuhan.

Jika kita menyimak kekuatan karya dalam paradigma ini, nilai dari suatu tulisan berarti mengikuti kitab suci. Memberikan pencerahan pada manusia untuk mencapai keselamatan hidup. Landasan seperti ini hanya dapat dirasakan oleh setiap pribadi, di dalam hatinya. Pada bagian ini, saya mengajak saudara untuk menyimak sepenggal puisi Maulana Jalaluddin Rumi: “Kalau kita mati, jangan mencari nisan kita di bumi, tetapi dapatkan itu dalam hati manusia.” Nah, sekarang marilah kita saling terbuka untuk jujur dengan diri kita sendiri: Nisan seperti apa yang akan kita goreskan di dalam hati manusia (yang hidup)? Nisan yang bertuliskan sebagai “manusia baik” atau “manusia tidak baik”? Terserah pada kita.

Di dalam tingkatan dua paradigma ini, hal mendasar (dan menurut saya) adalah hal yang terpenting adalah kehadiran kesadaran dan pemahaman di dalam proses pembacaan. Kesadaran manusia dan pemahamannya akan memberikan suatu bahan pertimbangan tersendiri, sebelum vonis dijatuhkan.

Tolok ukur mengenai kekuatan yang ketiga adalah dari pendapat Plato yang menggaris bawahi mengenai pengalaman di dalam tulisan sebagai mimesis (tiruan alam). Paradigma ini terdengar cukup sederhana, hanya sebatas pada aspek peniruan alam sekitar kita. Lebih jauh lagi, yang terdengar sederhana namun teramat kompleks dan rumit, sebab dalam usaha untuk meniru alam seorang subjek penulis harus memiliki data yang detail mengenai alam yang akan ditiru. Tulisan sebagai tiruan, yang kemudian menuntut mengenai tersedianya data yang cukup sehingga tulisan tidak akan dianggap sebagai “omong kosong”.

Tolok ukur yang keempat ini saya hadirkan berdasarkan obrolan ringan di sela-sela perjamuan kopi dan rokok mengenai proses penulisan, yaitu kata “mereka” kekuatan tulisan akan ada bergantung pada waktu yang dibutuhkan dalam menulis dan usaha keras dalam ketatnya revisi. Konon, subjek penulis yang mengerjakan sebuah judul tulisan dalam waktu bertahun-tahun maka tulisan tersebut sudah dijamin kekuatannya.

Apalagi jika lamanya waktu dalam proses pengerjaan ditambahi dengan daftar panjang waktu yang dibutuhkan untuk editing, maka tulisan itu akan semakin memiliki kekuatan yang lebih hebat. Dasyat, begitu kata seseorang yang gemar editing. Hal ini mungkin saja bersebab dari kekuatan (energi) yang digunakan untuk menulis yang besar sehingga karya itu pun (dilamunkan) memiliki kekuatan yang besar juga. Sampai seseorang akan bergumam kagum, “Hebat. Dasyat. Sungguh kuat, dua tahun untuk lima puluh halaman.”

Jikalau tolok ukur yang keempat ini mengandungi kepastian yang benar, maka tulisan yang saudara baca ini, saya katakan tidak memiliki kekuatan apa pun. Bersebab, saya tulis dalam jangka waktu yang tidak lama, yang juga tidak membutuhkan energi yang besar karena saya hanya duduk dan menulis. Ditambah karena aspek pengeditan yang kurang. Akantetapi, saya menuliskan ini dengan spontanitas dan sepenuh hati (cukup penuh saja, tidak sampai luber).

Saya kira cukup empat tolok ukur itu saja yang saya ketengahkan untuk saat ini. Sekarang saatnya kita merambah ke nilai ke nilai dari kekuatan. Dari keempat tolok ukur di atas, sebenarnya sudah memuat nilai dari kekuatan tersebut. Namun dalam kesempatan yang hangat ini, saya mencoba mengangkat satu komponen dalam penulisan, yaitu bahasa.

Aspek ini sering kita akrabi dalam kajian stilistika yang memang mengkhususkan diri untuk menganalisis gaya bahasa. Saya yakin, setiap penulis pasti memiliki gaya bahasa tersendiri yang dihasilkan dari dua proses, yaitu proses menemukan sendiri dan proses meniru. Berkenaan dengan gaya penulisan, saya langsung teringat kata-kata (yang sebenarnya di dalam tulisan juga) Pramoedya, bahwa: “Keindahan itu terletak pada kemanusiaan, yaitu perjuangan untuk kemanusiaan, pembebasan terhadap penindasan. Jadi keindahan itu terletak pada kemurnian kemanusiaan, bukan dalam mengutak-atik bahasa.”

Pendapat Pramoedya ini sangat masuk akal mengingat ideologi Realisme Sosialis yang diyakini. Ideologi penulisan ini berusaha untuk mempropagandakan perjuangan kemanusiaan dan kebenaran sejarah. Paradigma Realisme Sosialis mengesampingkan permainan (boleh juga dibaca: keindahan) bahasa dan lebih menitik-beratkan pada peran penulisan dalam mewujudkan masyarakat sosialis. Sastra (tulisan) yang lahir kemudian adalah sastra propaganda, yang terpenting adalah inti dari penulisan tersampaikan.

Ada juga yang dalam proses penulisannya berusaha menggunakan bahasa yang unik. Pemilihan kata dan pemenggalan setiap barisnya diatur sedemikian rupa sehingga mampu menimbulkan suatu bahasa sastra tersendiri. Permainan bahasa pun, yang kadang dicampur-aduk, mengesankan adanya nilai puitik yang mistis. Si subjek penulis membuat serangkaian bahasa yang justru membuat subjek pembaca mengalami kesusahan di dalam menentukan makna. Apakah ini sebagai keberhasilan si subjek penulis dalam mempermainkan bahasa atau memang adanya gairah yang berlompatan tanpa arah – maksud saya, tanpa makna? Ataukah karena kebodohan subjek pembaca di dalam memahami tulisan yang super pelik kuatnya dengan permainan bahasa?

Bisa jadi, sebuah permainan bahasa sebagai ekspresi yang indah walau makna seringkali tidak tersampaikan. Ekspresi subjek penulis yang lebih terdengar sebagai gumaman merdu namun tidak jelas mengatakan apa. Atau sebagai gerakan di luar kesadaran yang membangun struktur simbol yang tidak bisa diterjemahkan oleh manusia (subjek pembaca)? Kalau begitu, apa pun adanya ya, nikmati saja seadanya!

Di sisi yang lain, jauh di relung kalbu saya sebagai penulis pemula yang sedang belajar, jauh lebih menyetujui pandangan Pramoedya Ananta Toer. Bahwa yang terpenting dari tulisan adalah makna, pesan yang ingin disampaikan sebagai sifat edukatif, menggerakkan dan lebih jauh lagi sebagai pensucian jiwa manusia. Menulis dengan jujur tanpa bermanipulasi, buat saya adalah suatu pilihan. Selarut ini saya menjadi teringat dengan lagu “Bias Warna” yang dimerdukan Ebit G Ade., bahwa: “Sapuan kuas, nyanyian, puisi, harus lahir dari renungan mengendap di jiwa dan tuangkan sejujurnya. Rindu, dendam, kata hati, mesti diterjemahkan dalam bahasa yang jernih.”

Berkarenakan itu, tulisan dari sebuah tulisan menurut saya lebih terletak pada nilai kejujuran saat menulis, ketika kita menuangkan ide dan rasa ke dalam guratan pena. Selamat berkarya untuk mengkristal dan menjadi Abadi..!!!

Bantul – Studi SDS Fictionbooks, Minggu Kliwon 13 Maret 2011.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita