M.D. Atmaja
http://sastra-indonesia.com/
Pada periode kehidupan kita sekarang ini, suatu nilai yang hendaknya dimiliki oleh setiap manusia adalah kekuatan. Selayaknya di dalam suatu pertempuran, kekuatan menjadi faktor utama yang dapat menentukan hasil. Menang atau kalah, dapat dilihat dari pola kekuatan yang dimiliki. Meskipun kita belum menyaksikan peperangan yang sebenarnya, dari pengamatan akan kekuatan masing-masing pihak, peramalan kemenangan dapat ditentukan.Kekuatan yang oleh beberapa orang seringkali diucapkan dengan istilah “energi” terdapat tiga bentuk. Penggolongan ini hanya atas hasil dari renungan mengenai paradigma yang berlandaskan pada susunan komponen manusia. Yaitu, kekuatan badan, pikiran dan batin. Masing-masing komponen tersebut memiliki tempat dan kekuatan tersendiri. Juga memiliki tatacara pengembangan yang seringkali berbeda.
Kekuatan badan misalnya, dapat dibangun dengan gaya hidup sehat (secara medis). Mungkin saja, di dalamnya terdapat sikap yang mau menjauhi rokok, minuman berakhohol, Narkoba, menjalankan berbagai ritual di antaranya cukup tidur, berolahraga, dan serta cukup mengkonsumsi makan-makanan empat sehat lima sempurna. Kekuatan pikiran terletak di akal manusia yang dapat dikembangkan dengan proses belajar. Batin juga memiliki kekuatan yang terletak di dalam rasa, yang menurut saya, sangat bergantung tentang bagaimana cara kita memahami nilai-nilai ketuhanan.
Di sini yang ingin saya ketengahkan adalah mengenai kekuatan dari penulisan. Pada ranah tersebut, dipengaruhi oleh ketiga kekuatan di atas. Masing-masing memerankan peranan tersendiri. Akantetapi, yang ingin saya tuangkan sebagai pokok pembicaraan yaitu berkisar tentang bagaimana mengukur kekuatan dari hasil penulisan tersebut. Dapat dipastikan kita akan memiliki pendapat yang berbeda, setiapnya memiliki subjektivitas dalam meletakkan fondasi dasar untuk memperkirakan kandungan kekuatan yang ada di dalam suatu karya tulis. Landasan atau fondasi penilaian yang sudah kita pegang tersebut akan mengarahkan dalam proses pengembangan pemikiran ketika kita menilai suatu karya. Sejauh mana kekuatan tulisan dari karya tertulis tersebut.
Menurut penafsiran saya, kekuatan dari penulisan berdasarkan pada pendapat dari Horatius bahwa sastra hendaknya mampu menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi mendidik dan menggerakkan. Berdasarkan pandangan ini, subjek penulis menanggung beban mengenai sifat mendidik dan menggerakkan melalui tulisan yang dihasilkan. Entah itu mendidik mengenai moral, agama, politik, filsafat, dan lain sebagainya yang di dalamnya juga termasuk seksualitas. Nilai pendidikan yang ingin disampaikan, hak sepenuhnya di tangan penulis, selanjutnya dengan muatan edukatif dari sebuah tulisan, subjek pembaca semestinya tergerak untuk melakukan apa yang sudah diajarkan.
Misalkan saja, pesan sifat mendidik dan menggerakkan yang terdapat di dalam novel “Para Priyayi” karya Almarhum Umar Kayam (30 April 1932 s.d. 16 Maret 2002) yang di dalamnya memuat edukasi mengenai nilai kehidupan manusia Jawa yang berkenaan dengan dunia Priyayi. Melalui novel “Para Priyayi” ini, Umar Kayam menyampaikan para seluruh pembacanya untuk bersikap halus, mengerti tatacara (adat), terpelajar selayaknya priyayi itu sendiri. Namun, Umar Kayam juga berpesan, menjadi priyayi dengan pikiran yang lebih maju ketimbang priyayi Jawa pada umumnya. Mungkin dengan istilah sederhananya, Umar Kayam berpesan, “Menjadilah priyayi Jawa yang modernis!”, sebagai pesan pendidikan. Kekuatan tulisan yang kedua adalah menggerakkan, yang mana aspek ini terjadi di dalam diri subjek pembaca. Pesan yang sudah disampaikan dan ditangkap yang selanjutnya mengerahkan subjek pembaca (dalam tingkatan pribadi) untuk menjalankan pejalaran yang sudah dipahami.
Atau, kekuatan yang ditinjau dari pendapat Aristoteles yang menyatakan bahwa sastra berusaha mensucikan jiwa para subjek pembaca, sebagai katharsis. Nilai utama yang sekaligus menjadi kekuatan, menurut pandangan ini adalah bagaimana peran tulisan (seni dan sastra) membantu manusia untuk menuju kondisi batin yang lebih baik. Kondisi batin yang dimaksudkan di sini dapat saja dikategorikan sebagai pencapaian ketenangan hati, ketuhanan, dan kebijaksanaan/ mensucikan jiwa manusia, membawa manusia pada kebenaran yang hakiki yaitu kebenaran Tuhan.
Jika kita menyimak kekuatan karya dalam paradigma ini, nilai dari suatu tulisan berarti mengikuti kitab suci. Memberikan pencerahan pada manusia untuk mencapai keselamatan hidup. Landasan seperti ini hanya dapat dirasakan oleh setiap pribadi, di dalam hatinya. Pada bagian ini, saya mengajak saudara untuk menyimak sepenggal puisi Maulana Jalaluddin Rumi: “Kalau kita mati, jangan mencari nisan kita di bumi, tetapi dapatkan itu dalam hati manusia.” Nah, sekarang marilah kita saling terbuka untuk jujur dengan diri kita sendiri: Nisan seperti apa yang akan kita goreskan di dalam hati manusia (yang hidup)? Nisan yang bertuliskan sebagai “manusia baik” atau “manusia tidak baik”? Terserah pada kita.
Di dalam tingkatan dua paradigma ini, hal mendasar (dan menurut saya) adalah hal yang terpenting adalah kehadiran kesadaran dan pemahaman di dalam proses pembacaan. Kesadaran manusia dan pemahamannya akan memberikan suatu bahan pertimbangan tersendiri, sebelum vonis dijatuhkan.
Tolok ukur mengenai kekuatan yang ketiga adalah dari pendapat Plato yang menggaris bawahi mengenai pengalaman di dalam tulisan sebagai mimesis (tiruan alam). Paradigma ini terdengar cukup sederhana, hanya sebatas pada aspek peniruan alam sekitar kita. Lebih jauh lagi, yang terdengar sederhana namun teramat kompleks dan rumit, sebab dalam usaha untuk meniru alam seorang subjek penulis harus memiliki data yang detail mengenai alam yang akan ditiru. Tulisan sebagai tiruan, yang kemudian menuntut mengenai tersedianya data yang cukup sehingga tulisan tidak akan dianggap sebagai “omong kosong”.
Tolok ukur yang keempat ini saya hadirkan berdasarkan obrolan ringan di sela-sela perjamuan kopi dan rokok mengenai proses penulisan, yaitu kata “mereka” kekuatan tulisan akan ada bergantung pada waktu yang dibutuhkan dalam menulis dan usaha keras dalam ketatnya revisi. Konon, subjek penulis yang mengerjakan sebuah judul tulisan dalam waktu bertahun-tahun maka tulisan tersebut sudah dijamin kekuatannya.
Apalagi jika lamanya waktu dalam proses pengerjaan ditambahi dengan daftar panjang waktu yang dibutuhkan untuk editing, maka tulisan itu akan semakin memiliki kekuatan yang lebih hebat. Dasyat, begitu kata seseorang yang gemar editing. Hal ini mungkin saja bersebab dari kekuatan (energi) yang digunakan untuk menulis yang besar sehingga karya itu pun (dilamunkan) memiliki kekuatan yang besar juga. Sampai seseorang akan bergumam kagum, “Hebat. Dasyat. Sungguh kuat, dua tahun untuk lima puluh halaman.”
Jikalau tolok ukur yang keempat ini mengandungi kepastian yang benar, maka tulisan yang saudara baca ini, saya katakan tidak memiliki kekuatan apa pun. Bersebab, saya tulis dalam jangka waktu yang tidak lama, yang juga tidak membutuhkan energi yang besar karena saya hanya duduk dan menulis. Ditambah karena aspek pengeditan yang kurang. Akantetapi, saya menuliskan ini dengan spontanitas dan sepenuh hati (cukup penuh saja, tidak sampai luber).
Saya kira cukup empat tolok ukur itu saja yang saya ketengahkan untuk saat ini. Sekarang saatnya kita merambah ke nilai ke nilai dari kekuatan. Dari keempat tolok ukur di atas, sebenarnya sudah memuat nilai dari kekuatan tersebut. Namun dalam kesempatan yang hangat ini, saya mencoba mengangkat satu komponen dalam penulisan, yaitu bahasa.
Aspek ini sering kita akrabi dalam kajian stilistika yang memang mengkhususkan diri untuk menganalisis gaya bahasa. Saya yakin, setiap penulis pasti memiliki gaya bahasa tersendiri yang dihasilkan dari dua proses, yaitu proses menemukan sendiri dan proses meniru. Berkenaan dengan gaya penulisan, saya langsung teringat kata-kata (yang sebenarnya di dalam tulisan juga) Pramoedya, bahwa: “Keindahan itu terletak pada kemanusiaan, yaitu perjuangan untuk kemanusiaan, pembebasan terhadap penindasan. Jadi keindahan itu terletak pada kemurnian kemanusiaan, bukan dalam mengutak-atik bahasa.”
Pendapat Pramoedya ini sangat masuk akal mengingat ideologi Realisme Sosialis yang diyakini. Ideologi penulisan ini berusaha untuk mempropagandakan perjuangan kemanusiaan dan kebenaran sejarah. Paradigma Realisme Sosialis mengesampingkan permainan (boleh juga dibaca: keindahan) bahasa dan lebih menitik-beratkan pada peran penulisan dalam mewujudkan masyarakat sosialis. Sastra (tulisan) yang lahir kemudian adalah sastra propaganda, yang terpenting adalah inti dari penulisan tersampaikan.
Ada juga yang dalam proses penulisannya berusaha menggunakan bahasa yang unik. Pemilihan kata dan pemenggalan setiap barisnya diatur sedemikian rupa sehingga mampu menimbulkan suatu bahasa sastra tersendiri. Permainan bahasa pun, yang kadang dicampur-aduk, mengesankan adanya nilai puitik yang mistis. Si subjek penulis membuat serangkaian bahasa yang justru membuat subjek pembaca mengalami kesusahan di dalam menentukan makna. Apakah ini sebagai keberhasilan si subjek penulis dalam mempermainkan bahasa atau memang adanya gairah yang berlompatan tanpa arah – maksud saya, tanpa makna? Ataukah karena kebodohan subjek pembaca di dalam memahami tulisan yang super pelik kuatnya dengan permainan bahasa?
Bisa jadi, sebuah permainan bahasa sebagai ekspresi yang indah walau makna seringkali tidak tersampaikan. Ekspresi subjek penulis yang lebih terdengar sebagai gumaman merdu namun tidak jelas mengatakan apa. Atau sebagai gerakan di luar kesadaran yang membangun struktur simbol yang tidak bisa diterjemahkan oleh manusia (subjek pembaca)? Kalau begitu, apa pun adanya ya, nikmati saja seadanya!
Di sisi yang lain, jauh di relung kalbu saya sebagai penulis pemula yang sedang belajar, jauh lebih menyetujui pandangan Pramoedya Ananta Toer. Bahwa yang terpenting dari tulisan adalah makna, pesan yang ingin disampaikan sebagai sifat edukatif, menggerakkan dan lebih jauh lagi sebagai pensucian jiwa manusia. Menulis dengan jujur tanpa bermanipulasi, buat saya adalah suatu pilihan. Selarut ini saya menjadi teringat dengan lagu “Bias Warna” yang dimerdukan Ebit G Ade., bahwa: “Sapuan kuas, nyanyian, puisi, harus lahir dari renungan mengendap di jiwa dan tuangkan sejujurnya. Rindu, dendam, kata hati, mesti diterjemahkan dalam bahasa yang jernih.”
Berkarenakan itu, tulisan dari sebuah tulisan menurut saya lebih terletak pada nilai kejujuran saat menulis, ketika kita menuangkan ide dan rasa ke dalam guratan pena. Selamat berkarya untuk mengkristal dan menjadi Abadi..!!!
Bantul – Studi SDS Fictionbooks, Minggu Kliwon 13 Maret 2011.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar