08/01/11

Dewan Kesenian, Strategi Kebudayaan, dan Politik Lokal

Halim HD
Jurnal Jombangana, Nov 2010

Bagaimana sesungguhnya posisi lembaga kesenian yang semi swasta dan semi pemerintah ini, dan bagaimana pula fungsinya di tengah-tengah masyarakat kita yang kian ditumbuhi oleh berbagai pola konsumsi seni budaya yang dihantarkan oleh media elektronika; bagaimana pola hubungan lembaga yang namanya Dewan Kesenian (DK) dengan pengelola daerah; adakah DK di tingkat kabupaten/kota/propinsi memiliki jalinan kuat, atau sekedar pelengkap penderita, agar dikatakan bahwa kabupaten/kota/propinsi mempunyai wadah bagi seniman; sejauh manakah DK mempunyai akses strategis dalam memberikan masukan untuk kebijakan pengembangan kesenian di wilayah masing-masing?

Pengalaman saya bertemu dengan para pengelola DK dari berbagai tingkat di daerah masing-masing, dan melihat realitas permasalahan yang ada, hampir rata-rata DK tidak memiliki akses dalam memberi masukan kebijakan. Hal ini dikarenakan nampaknya pihak pemda menganggap DK hanya sekedar lip service; dan hanya disapa jika ada perlunya, sekedar imbuh suatu daerah yang menabalkan diri memiliki arena dan lembaga bagi senimannya. Dalam kondisi seperti itu maka pemda hanya memberikan dana sekedarnya saja, atau bahkan tidak menggubris dan tidak mengikut-sertakan apa pun di dalam berbagai kegiatan.

Adakah pemda salah? Tidak sepenuhnya. Titik lemah dari masalah yang ada, banyak DK tidak memiliki visi tentang kehidupan kesenian dan kebudayaan. Mereka menganggap bahwa lembaga itu hanya “menunggu belas kasihan”. Pada sisi lainnya, banyak pula seniman yang justru mendiamkan posisinya seperti “waiting for godot” atau menanti durian runtuh dalam kaitannya dengan dana. Seluruh mekanisme soal yang dihadapi oleh DK berkaitan dengan dana, dan keluh kesah itu pula yang terjadi. Namun jika kita melihat kasus di Muara Enim misalnya, membuat saya melongo, ketika pemda menyodorkan dana 250 juta, ternyata DK tidak mampu, dan akhirnya dana kembali kepada pemda, dan pemda Muara Enim mengalihkannya kepada Dinas Parbudpora. Itulah ironi yang ada: kebebalan dari seniman dan sejumlah birokrat yang nongkrong di posisi masing-masing di dalam DK, namun tak tahu apa yang akan mereka kerjakan.

Di berbagai daerah banyak hubungan antara pemda dengan DK bersifat sangat psikologis: tergantung sejauh manakah hubungan baik personal antara Bupati/Walkot/ Gubernur, dan di situ pula DK akan mendapatkan perhatian. Kasus di Makassar di zaman DKM dikelola oleh Rachman Arge misalnya, atau DK Surabaya di zaman Gatot Kusumo atau zaman Trisno Sumarjo, Umar kayam dkk dengan DK Jakarta di zaman Ali Sadikin yang membuat Jakarta menjadi sorotan bukan hanya di Indonesia, tapi juga di berbagai negeri Asia Tenggara: Jakarta zaman Ali Sadikin dianggap memiliki hubungan politik kebudayaan yang paling ideal. Bahkan sampai kedengaran di Jepang. Kunjungan saya beberapa kali tahun 1990-an ke negeri Sakura itu, beberapa dedengkot seniman di sana masih bertanya tentang TIM (Taman Ismail Marzuki) dan DKJ.

Pertanyaan kita, kenapa bisa begitu. Marilah kita tengok sejarah yang belum lama: adanya Akademi Jakarta (AJ) yang dikelola oleh pemikir, budayawan, dan filsuf dengan sosok Sutan Takdir Alisjahbana, Soedjatmoko, Affandi, Mohammad Said (tokoh Taman Siswa) dan sejumlah pemikir lainnya, dan DK Jakarta yang benar-benar visioner sebagai wadah bagi hadirnya pembaharuan dan juga menyampaikan penyajian karya terbaru. Dan juga penting, DKJ dan AJ ikut memberikan masukan pemikiran untuk strategi kebudayaan kota Jakarta pada setiap dua tahun dirumuskan, dan setiap tahun disampaikan kepada pemda Jakarta apa yang perlu dilakukan dari sistem pendidikan, lingkungan hidup, sistem transportasi, tatanan nilai yang berkaitan dengan urbanisasi, dan urbanisasi dengan proses peng-Indonesia-an, serta dialog antar kepercayaan/agama.

Adakah hal itu terjadi di Sumatra Selatan, khususnya di Palembang? Sejauh manakah DK Palembang atau Sumatra Selatan telah merumuskan strategi kebudayaan bagi kehidupan warga dan penciptaan citra dan pengembangan ruang publik dalam kaitannya dengan kesenian, dan bagaimana pula kegersangan kota bisa diatasi dengan cara reboisasi dalam kaitannya dengan kebudayaan; bagaimana dengan tata hubungan politik lokal dengan seniman. Banyak pertanyaan perlu kita sodorkan berkaitan dengan rencana Rakorda (Rapat Kerja Koordinasi Daerah) DK Sumatra Selatan yang akan diselenggarakan bulan Juli. Saatnya sekarang bagi seniman dengan lembaganya itu untuk memberikan rumusan pemikiran yang visioner.

Misalnya kita ambil contoh hubungan antara tradisi dan dunia pariwisata. Pada segi pengembangan kesenian atau seni budaya dalam kaitannya dengan pariwisata, di sini terdapat dilema. Pada satu sisi bahwa pariwisata dianggap menciptakan citra dan peningkatan ekonomi, pada sisi lainnya, konsekuensi logis dari industrialisasi kesenian akan menciptakan sesuatu yang bersifat “kitsch”. Dunia pariwisata kita yang lebih banyak mengandalkan kehidupan tradisi membutuhkan strategi yang benar-benar berangkat dari perspektif sosio-historis yang mendalam dan matang. Selama ini kita menyaksikan tradisi selalu masuk ke dalam berbagai kemasan yang artifisial dan dangkal, dan bahkan tak jarang banal. Tradisi yang akan diagungkan justru sering mengalami proses degradasi dalam kemasannya maupun nilai. Hal itu dikarenakan pemahaman tentang tradisi atau khasanah seni budaya kita dianggap “asal ter/di-jual”. Padahal, semestinya tradisi dan khasanah seni budaya lainnya mestilah dilihat sebagai fungsi utamanya: menyatukan dan mengikat solidaritas serta menciptakan memori sosial bagi warga agar tumbuh dan berkembang kesadaran sejarah secara kritis, bahwa warga adalah pemilik sah dari suatu zaman yang telah ikut meletakkan dasar-dasar bagi kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan politik di zaman kiwari.

Dalam konteks itulah, betapa pentingnya DK untuk merumuskan strategi dan mengajukan kepada partai, pemda di masing-masing tingkat, dan terpenting lagi, bagaimana agar warga tahu, bahwa DK bukan hanya wadah bagi seniman. Tapi media bagi warga untuk menyatakan diri; dan pernyataan ini penting sehubungan dengan kanalisasi kebudayaan melalui media elektronika yang cenderung menyeragamkan, dan menciptakan cara berpikir konsumtif. Maka DK pada tahap awal haruslah melakukan oto kritik. Jika tidak, maka hanya akan menjadi katak dalam tempurung yang tak pernah tahu betapa luasnya lingkungan hidupnya.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita