19/08/10

Sitor Situmorang, Penyair dengan Masa Kerja Terpanjang

Faidil Akbar
http://www.suarakarya-online.com/

Seorang sastrawan yang unggul adalah ia yang meresapi semangat anggatannya, namun pada saat yang sama ia menerjemahkannya dengan cara yang istimewa, sehingga ia mengubahn tanggapan sidang pembaca terhadap karya-karya yang dihasilkan angkatan itu. Demikianlah penyair Sitor Situmorang. yang menulis sejak 1948. Tengtu saja ia adalah bagian dari Angkatan 45 yang, langsung atau tidak, digerallan oleh Chairil Anwar. Dengan menyatakan diri sebagai “ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia”, angkatan ini sesungguhnya menegaskan sifat internasional dari seni modern Indonesia; demikianlah, sastra Indonesia, yaitu sastra berbahasa Indonesia, haruslah bergabung dengan, dan menyerap dari modernisme dunia.

Bagaimanapun, dalam amalan, karya-karya sang bekas jajahan berisiko menjadi bayang-bayang belaka dari khazanah terbaru Eropa dan Amerika Utara. Adapun Sitor Situmorang adalah alternatif terhadap generasinya. Ia memperkaya dunia melalui kampung halaman, dan ia menjadikan dunia kampung halaman berifat dunia.

Pada akhir 1940-an dan selama 1950-an, para penyair kita, dengan meneladani Chairil Anwar, begitu gencar menggalakkan puisi bebas, yaitu puisi yang mengabaikan aturan persajakan. Bagi mereka, puisi yang mendedahkan sang aku yang hendak lepas dari ikatan lama (boleh jadi ia adalah semacam binatang jalang yang terbu8ang dari kumpulannya) haruslah menggunakan bentuk yang sebebas-bebasnya.

Namun, sebagaimana terjadi, di tangan para penyair yang tak menguasai bahasa, puisi bebas seringkali menjadi puisi gelap, puisi yang tak bisa berkomunikasi; atau hanya menjadi sesuatu yang “bebas” tapi tak kunjung menjadi puisi. Seakan bereaksi terhadap semua ini (namun tanpa menyangkal puisi bebas, yang juga dikerjakannya), Sitor Situmorang membuktikan bahwa puisi buisa menjadi sangat modern dengan kembali kepada bentuk-bentuk yang sangat tradisional, yaitu syair, pantun dan sonet.

Puisi-puisinya menjadi pantun baru, syair baru dan sonet baru, yang memang berutang kepada puitika lama itu, namundengan bebas Sitor “menyelewengkan”-nya.Kita baca, misalnya, sajak “The Tale of Two Continents”: Dua Kota Satu Kekosongan//dua alamat satu kehilangan//antara nyiur dan salju//merentang ketakpedulian tuju//semoga kasih tahu jalan kembali//pada pintu yang membuka dinihari//ke mana angin membawa diri//kekasih, semoga kau berdua//dapat kepenuhan cinta dalam aku tiada// terpecah dua benua, suatu kelupaan di sisik samudra.

Puisi diatas memainkan konvensi pantun dan sonet. Jika bait pertama dan kedua bersifat pantun, maka keduanya membalikkan aturan pantun. Namun hubungan sampiran iisi juga tak begitu tegas: semuabarus bisa disebut sampiran, sekaligus isi - semua adalah simbolisme atau pengantar ke masalah, katakanlah, sebuah cinta segita.

Dengan bentuk diatas Sitor Situmorang menegaskan bawa seorang sastrawan tidak perlu terjebak ke dalam semangat pembaruan yang mubazir. Chairil Anwar telah mencontohkan avantgardisme, yaitu bahwa seorang pencipa haruslah terus maju ke depan, menemukan apa yang belum dicapai oleh para pencipta sebelumnya; sayang sekali anatgardisme semacam ini sering menyeret kaum sastrawan ke dalam kebaruan semu. Sedangkan penyair kelahiran Harianboho, Samosir, 1924 ini menunjukkan bahwa seorang sastrawan bisa bergerak leluasa ke belakang, kemasa lampau, kebaruan bukanlah soal menghasilkan barang baru, namun menggunakan perspektif baru untuk menemukan dan mengolah lagi bentuk bentuk lama.

Para pengamat sastra sering menggambarkan sastrawan sebagai sosok romantik yang tercerabut dari lingkungannya; pandangan ini rupanya berlaku juga untuk Sitor Situmorang.Namun bagi kami, tidaklah demikian halnya. Sesungguhnya terdapat hubungan yang berlapis-lapis antara visi sastrawan, bentuk-bentuk szastranya, dengan sosok aku dalam karyanya. Pantun dan syair terdaoat dalam pelbagai khazanah Nusantara; dengan menggunakan bentuk bentuk itu pastilah sudah Sitor berakar; tentulah bukan berakar secara otomatis,melainkan menemukan dan mengembangkan akar. Dan ini mensyaratkan pergaulan dengan pelbagai khazanahsastra dari seberang samudra. Dan itulah yang dikerjakan Sitor.

Adapun sosk-aku yang ditampilkan dalam aneka puisinya, tidaklah begitu saja mudah dikatakan sebagai manusia terasing, sosok yang tak bisa menancap di kampung halaman atau berterima di negeri orang. Sosok ini terkadang memang bisa tampak sebagai seorang eksistensialis yang berhadap-hadapan dengan masyarakat, namun bisa juga tampil sebagai si polos yang siap menelanjangi dirinya sendiri; ia bisa juga muncul sebagai sejenis filsuf yang gagap, bisa juga sama sekali menghilang dari puisi untuk menonjolkan rupa dan suara belaka. Dengan demikian, bahasa dan ekspresi keindonesiaan diperluas ke batas-batas yang hampir mustahil.Kita baca dua bait dari puisi “Studie dalam Gelap”:

Adakah yang indah dari bibir yang padat merekah? adakah yang lebih manis dari gelap di bayang alis? dikeningnya pelukis ragu: mencium atau menyelimuti bahu? Tapi rambutnya menuntun tangan hingga pantatnya, penuh saran Menjadi penyair juga berarti menegakkan kerja, bukan mengidealkan sosok pencipta yang mendapat ilham dari angkasa. Dalam arti ini, si penyair adalah produsen yang menolak standar baku beku bagi dirinya sendiri. Demikianlah Sitor Situmorang sepanjang, paling tidak, 1948-2005.

Ia tidak puas dengan puncak puncak yang dicapainya, yang bagi kita adalah puisi-puisinya yang berbentuk pantun, sonet, dan syair. Penyair harus juga mengalami sekian lembah dan jurang dalam kembara kreatifnya. Dan jika menjadi penyair adalah sebauh kerja, maka itu adalah kesanggupan untuk sepanjang waktu, sepanjang hayat.

Pada Sitor tidak berlaku - kita kutif Chairil Anwar - “sekali berarti, sudah itu mati”. Penyair menjadi tua,tapi juga meremajakan diri kembali, berkali-kali, mengalami gelombang pasang surut daya cipta, dan selalu beriringan dengan angkatan sastrawan baru.

Sitor juga menghasilkan sajak-sajak yang mendekat kepada wicara sehari-hari, yang seakan hendak berbicara langsung, menjadi semacam catatan harian, sketsa sekali jadi,tanggapan etnografis, atau rekaman fotografis, namun seraya menyisipkan ciri dari zaman keemasannya. Pada hari ini kita dapat mengatakan bahwa Sitor Situmorang adalah penyair dengan masa kerja terpanjang di tanah air, sementara temuan-temuannya di masa awal kiprahnya tetap bergema juh ke masa depan sastra Indonesia. Pantaslah dia memperoleh anugerah Penghargaan Achmad Bakrie 2010 dan hadiah uang tunai Rp 250 juta, meski penghargaan berikut hadiah uang tunai tersebut pada akhirnya ditolaknya, tanpa alasan. ***

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita