Beni Setia
http://entertainmen.suaramerdeka.com/
PINTU terbuka. Lelaki langsing hanya berkaus masuk, dengan secangkir kopi dan rokok terselip di bibir. Ia menutup pintu dengan sepakan kecil kaki kiri. Melangkah tenang, nyaris tanpa bunyi debap sepatu. Meletakkan cangkir kopi -ruapnya menimbulkan kesan intim ruang tamu, dan bukan ruang interogasi. Menarik kursi. Duduk. Memainkan ujung bara, membersihkan sisik sisa pembakaran yang siap luruh jadi abu.
“Rokok?” katanya sambil menyorongkan kotak rokok dan geretan.
Aku termangu. Lelaki itu tersenyum. Tangan kanannya membuat gerakan isyarat. Menganjurkan. Meluruhkan sungkan. Aku ragu. Dengan tenang ia mengeluarkan sebatang, menyelipkan di mulut dan membakarnya. Setelah dua helaan ia memberikannya padaku. Aku menerima. Menyelipkannya dan mulai menarik aroma ke dada. Merasakan atmosfer udara bebas nyetrum jantung, paru-paru dan syaraf.
“Kopi?”
“Terima kasih.”
“Ayo…,” katanya, menyorongkan cangkir kopi itu ke hadapan. Menenggerak-gerakkan kedua tangannya memberi jaminan dan pembebasan. Aku menarik napas. Mengisap ruap kopi dan membiarkannya naik ke kepala lewat syaraf. Lelaki itu menarik berkas yang teronggok di kiri. Membuka stopmap yang ditangkupkan dengan kasar oleh si interogator beruang, yang cuma pinter berteriak, membentak, menggebrak, menjambak, memukul, dan membenturkan wajah di meja.
“Kau membunuh orang,” katanya, “Kenapa?”
Aku diam saja. Tak peduli.
***
“HARYOTO itu temanmu kan?” kata lelaki langsing itu sebelum mengisap rokok yang santai diselipkan di bibir.
Aku tersenyum. Mengangguk. Lelaki itu manggut-manggut. “Teman,” gumannya, sambil membaca berkas, lalu meraih bolpoint dan membuat garis bawah. Meneliti dan membacakan riwayat hidupku -lebih tepatnya: riwayat pendidikan SMP dan SMA-, dengan intonasi jelas, seperti minta dibenarkan. Ia melirik. Aku mengangguk. Mengiyakan.
“Bukan teman kuliahmu, Le?”
“Nggak! Dia di Yogya aku di Bandung. Selulus SMA kami pisah, setiap libur semester jarang ketemu. Ia jarang pulang, dan bila pulang aku yan nggak.”
“Kapan kalain terakhir bertemu?”
“Ya…semalam itu?”
“Pas kejadian itu, ya? Sebelumnya? Kapan? Ingat?”
Aku meraih cangkir kopi. Lelaki itu tersenyum. Mengangguk. Mempersilakan dengan tangan kiri -sambil bersandar ke kursi dan menyelonjorkan kaki di kolong meja sehingga ujung sepatunya yang berkulit kaku dan keras itu terasa menyentuh jari kaki. Aku tidak peduli. Sebatang rokok dan aroma kopi itu tak tertahankan. Aku menyebuli air kehitaman yang masih menyengat itu, sebelum diseruput. Kehangatan menggelusur. Mengendap di lambung. Membangkitkan gema tenang di kubah otak. Ingatan mengembara -jauh.
***
SEJAK SMP kami satu kelas, bahkan sebangku. Jadi tak heran kalau aku pulang sekolah ke rumahnya dan tidur di sana, seperti ia ikut ke rumahku dan tidur, makan, minum, dan diberi uang jajan oleh Mama. Bahkan setiap acara keluarga aku diajak orang tua Haryoto dan ia diajak oleh keluargaku. Ia dianggap adikku oleh keluargaku, dan aku dianggap kakak Haryoto oleh keluarganya -aku lebih tua dua bulanan. Bahkan orang-orang cenderung menyebut si kembar beda telur dan beda rahim. Sesekali malah ada yang menyebut homo.
Semua tahu, kami sangat intim bersahabat. Berkali-kali keluarga kami merencanakan menyewa kamar kos tunggal untuk berdua -kalau kami sama-sama kuliah di Bandung, Yogya, Jakarta, Surabaya atau Malang. Tapi nyatanya kami terdampar di kota yang berbeda. Mungkin karena lulus tes pada tempat berbeda meski menuliskan universitas yang sama -berdasar PMDK yang sama. Benar-benar karena kehendak-Nya. Karena pengaturan peruntungan dan nasib yang berbeda. Aku bablas ke Bandung dan ia cuma sampai di Yogya.
Mulanya aku berpikir tak akan bisa kerasan di Bandung -hawanya lebih dingin dibandingkan Madiun. Bahkan hari-hari pertama pulsa HP melonjak tinggi karena aku selalu konsultasi dengan Haryoto -dan menerima keluhannya. Tapi lambat laun segalanya bisa diatasi. Aku bertemu teman baru. Aku diserap kuliah dan tugas-tugas. Aku mulai menemukan keasyikan ada di lingkungan baru. Merasa enggan untuk sekadar pulang ke Madiun dan bertemu dengan Haryoto. Kontak HP mulai jarang dan menghilang pada akhir tahun pertama kuliah. Itu tanda kami bukan si kembar -dua anak yang beda telur, rahim dan pejantan.
***
“KALAU Lebaran kalian tak bertemu?” kata lelaki itu sambil mematikan rokok di asbak.
Aku menurunkan cangkir kopi yang menutup mulut dari tatapannya. Mengangkat bahu dan menurunkannya cepat sambil berkali-kali menggerakkan kepala -menggeleng.
“Setiap Lebaran Haryoto pulang ke rumah Mbah dari garis Ibu di Trenggalek, di pesisir selatan. Dan sekali ke Semarang, ke keluarga dari garis Ayah, di pantai utara. Karena itu kami cuma bisa kontak lewat HP.”
“Kenapa?”‘
“Aku langsung ke Surabaya, lalu ke keluarga Ayah di Lamongan.”
“Tapi kamu kontak kan?”
“Via HP.”
“Kenapa?”
“Kita masih teman, masih sahabat. Tapi kita hidup di dunia yang berbeda. Aku pikir, Haryoto itu seperti anak kecil yang menemukan mainan baru sehingga lupa bila hari sudah petang dan harus pulang. Membersihkan diri dan mempersiapkan diri untuk hari depan. Hidup yang sebenarnya.”
“Apa itu?”
“Aku punya guru di Bandung. Dia bilang, dunia ini fatamorgana. Penuh tipuan nikmat yang menyesatkan, yang bikin lupa kepada yang sebenarnya. Kita ada untuk diuji-Nya, mengatasi cobaan dan ilusi, memasuki titik akhir yang merupakan pintu belakang dari keberadaan di dunia. Ruang tempat Yang Mengadakan menerima yang diadakan, seperti cermin menampung bayang dan bayangan kembali pada Yang Bercermin. Ruang tempat Yang Mengadakan, bercermin dan membiarkan bayangan merasa perkasa di dunia ilusi, sebelum sadar dan balik kepada Yang Bercermin.”
“Mbulet. Muter-muter, Le.”
“Itu hakikat hidup. Berputar-putar, ruwet, mbulet, dan menyesatkan. Karena itu harus meretas jalan, memutuskan putaran yang menyesatkan. Dengan menarik diri. Zikir. Dengan cincin Nabi Khidir ini.”
“Bagaimana caranya?”
***
AKU sengaja menemui Haryoto. Langsung dari Bandung, ke Madiun setelah yakin ia tak ada di Yogya. Setelah berangkulan. Setelah omong kosong. Setelah banyak tertawa dan menggeleng-geleng kepala: aku langsung menanyakan kuliahnya -”Menyenangkan,” jawabnya. Aku menarik napas. “Bagaimana pergaulanmu?” kataku. Haryoto tersenyum. Mengepalkan mengacungkan jempol. Ter-tawa. Bersandar. Berselonjor sambil mengacungkan jempol di dua tangan.
Aku mengangkat tangan, memutar cincin Nabi Khidir di jari tengah -tiga kali. Lantas pandangan menemukan kesejatian Haryoto hari ini. Tubuhnya, kedua tangan dan kakinya mengembang jadi bentuk yang bulat dan besar. Kepalanya menyempit karena hidungnya memanjang. Pelan-pelan aku sadar: Haryoto berubah jadi gajah. Gajah berbelalai penis, yang digerakkan ke kiri dan ke kanan -mencari sasaran. Aku tersentak. Istigfar. Dan Haryoto terbahak-bahak.
“Masa muda yang menyenangkan.”
“Hidup yang sesat.”
“Hidup merdeka tanpa represi moral.”
“Kau tersesat!”
Haryoto terbahak-bahak. Aku mengulurkan tangan. Menangkap lehernya dan mencengkeram dengan tekanan penuh dari dua jempol di bawah jakun. Haryoto berkelojot. Aku menekan kedelapan jari dan tersenyum ketika mendengar bunyi lembut -tulang leher patah. Memutar balik cincin Nabi Khidir sambil berjalan meninggalkannya sekarat. Pulang. Bikin mi goreng dari mi instan, dengan lauk sosis iris dan telor ceplok. Kemudian polisi datang. Kemudian interogasi pra-PV.
***
POLISI langsing itu bertanya, “Bagaimana caranya?”
Aku mengangkat tangan dan memutar cincin Nabi Khidir tiga kali. Sesaat terlihat wajah lonjongnya memandak dan monyong, seperti muka srigala. Tapi sejak ruas leher tidak ada tangan dan kaki, hanya badan yang memanjang dan melancip jadi ekor. Ia ular berwajah srigala. Tanganku terulur. Spontan. Menjangkau leher dan sekuatnya mencekik -seperti biasanya. Ia berkelojot - tapi sudah terlambat. Telat.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar