04/06/10

Cekik

Beni Setia
http://entertainmen.suaramerdeka.com/

PINTU terbuka. Lelaki langsing hanya berkaus masuk, dengan secangkir kopi dan rokok terselip di bibir. Ia menutup pintu dengan sepakan kecil kaki kiri. Melangkah tenang, nyaris tanpa bunyi debap sepatu. Meletakkan cangkir kopi -ruapnya menimbulkan kesan intim ruang tamu, dan bukan ruang interogasi. Menarik kursi. Duduk. Memainkan ujung bara, membersihkan sisik sisa pembakaran yang siap luruh jadi abu.

“Rokok?” katanya sambil menyorongkan kotak rokok dan geretan.

Aku termangu. Lelaki itu tersenyum. Tangan kanannya membuat gerakan isyarat. Menganjurkan. Meluruhkan sungkan. Aku ragu. Dengan tenang ia mengeluarkan sebatang, menyelipkan di mulut dan membakarnya. Setelah dua helaan ia memberikannya padaku. Aku menerima. Menyelipkannya dan mulai menarik aroma ke dada. Merasakan atmosfer udara bebas nyetrum jantung, paru-paru dan syaraf.

“Kopi?”

“Terima kasih.”

“Ayo…,” katanya, menyorongkan cangkir kopi itu ke hadapan. Menenggerak-gerakkan kedua tangannya memberi jaminan dan pembebasan. Aku menarik napas. Mengisap ruap kopi dan membiarkannya naik ke kepala lewat syaraf. Lelaki itu menarik berkas yang teronggok di kiri. Membuka stopmap yang ditangkupkan dengan kasar oleh si interogator beruang, yang cuma pinter berteriak, membentak, menggebrak, menjambak, memukul, dan membenturkan wajah di meja.

“Kau membunuh orang,” katanya, “Kenapa?”

Aku diam saja. Tak peduli.

***

“HARYOTO itu temanmu kan?” kata lelaki langsing itu sebelum mengisap rokok yang santai diselipkan di bibir.

Aku tersenyum. Mengangguk. Lelaki itu manggut-manggut. “Teman,” gumannya, sambil membaca berkas, lalu meraih bolpoint dan membuat garis bawah. Meneliti dan membacakan riwayat hidupku -lebih tepatnya: riwayat pendidikan SMP dan SMA-, dengan intonasi jelas, seperti minta dibenarkan. Ia melirik. Aku mengangguk. Mengiyakan.

“Bukan teman kuliahmu, Le?”

“Nggak! Dia di Yogya aku di Bandung. Selulus SMA kami pisah, setiap libur semester jarang ketemu. Ia jarang pulang, dan bila pulang aku yan nggak.”

“Kapan kalain terakhir bertemu?”

“Ya…semalam itu?”

“Pas kejadian itu, ya? Sebelumnya? Kapan? Ingat?”

Aku meraih cangkir kopi. Lelaki itu tersenyum. Mengangguk. Mempersilakan dengan tangan kiri -sambil bersandar ke kursi dan menyelonjorkan kaki di kolong meja sehingga ujung sepatunya yang berkulit kaku dan keras itu terasa menyentuh jari kaki. Aku tidak peduli. Sebatang rokok dan aroma kopi itu tak tertahankan. Aku menyebuli air kehitaman yang masih menyengat itu, sebelum diseruput. Kehangatan menggelusur. Mengendap di lambung. Membangkitkan gema tenang di kubah otak. Ingatan mengembara -jauh.

***

SEJAK SMP kami satu kelas, bahkan sebangku. Jadi tak heran kalau aku pulang sekolah ke rumahnya dan tidur di sana, seperti ia ikut ke rumahku dan tidur, makan, minum, dan diberi uang jajan oleh Mama. Bahkan setiap acara keluarga aku diajak orang tua Haryoto dan ia diajak oleh keluargaku. Ia dianggap adikku oleh keluargaku, dan aku dianggap kakak Haryoto oleh keluarganya -aku lebih tua dua bulanan. Bahkan orang-orang cenderung menyebut si kembar beda telur dan beda rahim. Sesekali malah ada yang menyebut homo.

Semua tahu, kami sangat intim bersahabat. Berkali-kali keluarga kami merencanakan menyewa kamar kos tunggal untuk berdua -kalau kami sama-sama kuliah di Bandung, Yogya, Jakarta, Surabaya atau Malang. Tapi nyatanya kami terdampar di kota yang berbeda. Mungkin karena lulus tes pada tempat berbeda meski menuliskan universitas yang sama -berdasar PMDK yang sama. Benar-benar karena kehendak-Nya. Karena pengaturan peruntungan dan nasib yang berbeda. Aku bablas ke Bandung dan ia cuma sampai di Yogya.

Mulanya aku berpikir tak akan bisa kerasan di Bandung -hawanya lebih dingin dibandingkan Madiun. Bahkan hari-hari pertama pulsa HP melonjak tinggi karena aku selalu konsultasi dengan Haryoto -dan menerima keluhannya. Tapi lambat laun segalanya bisa diatasi. Aku bertemu teman baru. Aku diserap kuliah dan tugas-tugas. Aku mulai menemukan keasyikan ada di lingkungan baru. Merasa enggan untuk sekadar pulang ke Madiun dan bertemu dengan Haryoto. Kontak HP mulai jarang dan menghilang pada akhir tahun pertama kuliah. Itu tanda kami bukan si kembar -dua anak yang beda telur, rahim dan pejantan.

***

“KALAU Lebaran kalian tak bertemu?” kata lelaki itu sambil mematikan rokok di asbak.

Aku menurunkan cangkir kopi yang menutup mulut dari tatapannya. Mengangkat bahu dan menurunkannya cepat sambil berkali-kali menggerakkan kepala -menggeleng.

“Setiap Lebaran Haryoto pulang ke rumah Mbah dari garis Ibu di Trenggalek, di pesisir selatan. Dan sekali ke Semarang, ke keluarga dari garis Ayah, di pantai utara. Karena itu kami cuma bisa kontak lewat HP.”

“Kenapa?”‘

“Aku langsung ke Surabaya, lalu ke keluarga Ayah di Lamongan.”

“Tapi kamu kontak kan?”

“Via HP.”

“Kenapa?”

“Kita masih teman, masih sahabat. Tapi kita hidup di dunia yang berbeda. Aku pikir, Haryoto itu seperti anak kecil yang menemukan mainan baru sehingga lupa bila hari sudah petang dan harus pulang. Membersihkan diri dan mempersiapkan diri untuk hari depan. Hidup yang sebenarnya.”

“Apa itu?”

“Aku punya guru di Bandung. Dia bilang, dunia ini fatamorgana. Penuh tipuan nikmat yang menyesatkan, yang bikin lupa kepada yang sebenarnya. Kita ada untuk diuji-Nya, mengatasi cobaan dan ilusi, memasuki titik akhir yang merupakan pintu belakang dari keberadaan di dunia. Ruang tempat Yang Mengadakan menerima yang diadakan, seperti cermin menampung bayang dan bayangan kembali pada Yang Bercermin. Ruang tempat Yang Mengadakan, bercermin dan membiarkan bayangan merasa perkasa di dunia ilusi, sebelum sadar dan balik kepada Yang Bercermin.”

“Mbulet. Muter-muter, Le.”

“Itu hakikat hidup. Berputar-putar, ruwet, mbulet, dan menyesatkan. Karena itu harus meretas jalan, memutuskan putaran yang menyesatkan. Dengan menarik diri. Zikir. Dengan cincin Nabi Khidir ini.”

“Bagaimana caranya?”

***

AKU sengaja menemui Haryoto. Langsung dari Bandung, ke Madiun setelah yakin ia tak ada di Yogya. Setelah berangkulan. Setelah omong kosong. Setelah banyak tertawa dan menggeleng-geleng kepala: aku langsung menanyakan kuliahnya -”Menyenangkan,” jawabnya. Aku menarik napas. “Bagaimana pergaulanmu?” kataku. Haryoto tersenyum. Mengepalkan mengacungkan jempol. Ter-tawa. Bersandar. Berselonjor sambil mengacungkan jempol di dua tangan.

Aku mengangkat tangan, memutar cincin Nabi Khidir di jari tengah -tiga kali. Lantas pandangan menemukan kesejatian Haryoto hari ini. Tubuhnya, kedua tangan dan kakinya mengembang jadi bentuk yang bulat dan besar. Kepalanya menyempit karena hidungnya memanjang. Pelan-pelan aku sadar: Haryoto berubah jadi gajah. Gajah berbelalai penis, yang digerakkan ke kiri dan ke kanan -mencari sasaran. Aku tersentak. Istigfar. Dan Haryoto terbahak-bahak.

“Masa muda yang menyenangkan.”

“Hidup yang sesat.”

“Hidup merdeka tanpa represi moral.”

“Kau tersesat!”

Haryoto terbahak-bahak. Aku mengulurkan tangan. Menangkap lehernya dan mencengkeram dengan tekanan penuh dari dua jempol di bawah jakun. Haryoto berkelojot. Aku menekan kedelapan jari dan tersenyum ketika mendengar bunyi lembut -tulang leher patah. Memutar balik cincin Nabi Khidir sambil berjalan meninggalkannya sekarat. Pulang. Bikin mi goreng dari mi instan, dengan lauk sosis iris dan telor ceplok. Kemudian polisi datang. Kemudian interogasi pra-PV.

***

POLISI langsing itu bertanya, “Bagaimana caranya?”

Aku mengangkat tangan dan memutar cincin Nabi Khidir tiga kali. Sesaat terlihat wajah lonjongnya memandak dan monyong, seperti muka srigala. Tapi sejak ruas leher tidak ada tangan dan kaki, hanya badan yang memanjang dan melancip jadi ekor. Ia ular berwajah srigala. Tanganku terulur. Spontan. Menjangkau leher dan sekuatnya mencekik -seperti biasanya. Ia berkelojot - tapi sudah terlambat. Telat.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita