04/06/10

Bumi Kesunyian ”Arco Etrusco”

Ribut Wijoto
http://www.sinarharapan.co.id/

Puisi memang tidak bisa dikekang. Puisi ”Arco Etrusco” (antologi puisi Di Atas Umbria, 1999:7-8) dari Acep Zamzam Noor menunjukkan perilaku itu. Sebuah puisi tentang sunyi. Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan terakhir (2001) mendefinisikan ”sunyi” sebagai tidak ada bunyi atau suara, tidak ada orang, dan tidak banyak transaksi. Sunyi, suatu kondisi dan situasi yang mirip dengan lengang, hening, senyap, dan sepi. Tetapi puisi Acep tampaknya melampaui artian kamus, melampaui pemahaman publik, dan memilih pemahaman yang amat pelik: sunyi bukan lagi lengang.

Dari mana asalnya sunyi? Ke mana sunyi bertempat tinggal? Bait pertama puisi ”Arco Etrusco”: Kesunyian kita, dibangun dari tumpukan batu dan terowongan-terowongan gelap, lengkung-lengkung tiang dan menara katedral. Kesunyian kita, berlumut pada tembok-tembok dan menjadi undak-undakan waktu yang terus menanjak. Puisi ”Arco Etrusco” telah melampaui konsensus istilah.

Sunyi dipahami bisa terjadi dari segala benda, beragam situasi, bahkan sunyi datang dari tempat-tempat asing. Benda apa pun yang terpegang tangan manusia, seperti kejutan dalam sulap, diubah menjelma sunyi. Tiada benda mampu luput dari identitas kesunyian.

Sunyi memasuki tubuh pergerakan waktu, demikian yang diisyaratkan puisi ”Arco Etrusco”. Sejak lampau, saat sekarang, dan waktu kelak; sunyi senantiasa menggelibat erat. Tidak saja mengikuti, sunyi justru menjadi alat penggerak waktu. Mesin waktu. Ke mana waktu berusaha melangkah, adakah waktu pernah berhenti, sunyi siap mengantarkan. Semisal manusia, sejak lahir hingga kematian, seluruh usianya senantiasa dilekati kesunyian, dihidupi kesunyian.

Penggambaran pola penciptaan situasi sunyi dalam puisi ”Arco Etrusco”, yang bersifat bebas dan tidak terduga, berkesesuaian dengan kinerja ”hyperteks” yang digagas oleh Roland Barthes. Hyperteks dihasilkan dari kompleksitas referensi dan pencitraan. Pengibaratan teks adalah mata rantai elektron yang bergerak bebas dalam lorong pengganda. Seperti sunyi, bahan penciptaan hyperteks bisa berupa bahan apa saja. Seperti sunyi, hyperteks mampu hadir dalam setiap pergerakan waktu.

Hyperteks merupakan representasi dari ketakberhinggaan. Lanjutan puisi ”Arco Etrusco”: Terbaca pada dinding angin, kebisuan mega, dan hujan yang tertahan di udara. Lalu kita menyaksikan semuanya. Gedung-gedung dibangun dan dirubuhkan, jalan-jalan melingkar seperti kata-kata, pohon-pohon meregang dan menyusut. Tapi matahari tetap membakar lubuk tanah dan mayat-mayat tegak dari kematiannya. Semuanya kesunyian kita. Semuanya adalah kesunyian. Sunyi semua. Absolutisitas ini dimungkinkan karena sunyi mengalami pertumbuhan dan percepatan-percepatan. Pada peristiwa apa pun, dan bergerak ke mana pun, manusia akan menemukan kesunyian telah tegar bertengger.

Akrobatik gambaran kesunyian puisi ”Arco Etrusco” menciptakan penafsiran yang amat terbuka. Karena semua adalah kesunyian, berarti semua hal dapat dipahami melalui pemahaman karakter kesunyian. Perluasan medan wacana. Sunyi menghubungkan wilayah-wilayah yang jauh, menghubungkan referensi yang berbeda-beda bahkan berlawanan. Hyperteks. Menurut Kimberly Amaral dalam Hypertext and Writing: An overview of the hypertext medium (1994), ”Tersedia informasi yang berlimpah-limpah di sekitar hyperteks”. Seseorang dilegalkan untuk masuk lewat segala lorong, dan setelah sampai di dalam sunyi, tersedia pilihan lorong yang jumlahnya lebih banyak lagi untuk melanjutkan perjalanan. Semuanya berposisi horisontal, sejajar, dan setara. Tidak ada keutamaan, tidak ada yang lebih penting. Semua penting. Semuanya kesunyian kita.

Sunyi dalam puisi ”Arco Etrusco”, tidak seperti kelengangan sunyi dalam pengertian kamus, dapat dianalogikan dalam kapasitas radio memanjakan pendengar. Sebuah radio menghubungkan pendengar dengan berbagai stasiun pemancar. Pendengar pun memperoleh aneka berita, informasi selebritas, informasi harga cabe, siaran pemerintah, dan pendengar diberi kesempatan berpartisipasi menentukan lagu. Semua ada di radio.

Semuanya kesunyian kita. Menurut Barthes (S/Z), ”Di dalam teks ideal ini ada banyak jaringan (rèseaux) dan ada banyak interaksi, yang tidak saling mengungguli. Ini sebuah galaksi penanda, dan bukannya struktur petanda. Kode siap memperluas cakrawala sejauh pencapaian mata, bahkan melampaui kesanggupan indera manusia.” Asal mula sunyi, tempat-tempat yang disinggahi, referensi yang disajikan, akrobatik ilustrasi, aneka peristiwa yang melatari, dan seluruh penampakan kesunyian dalam puisi ”Arco Etrusco” memang membentuk tamasya tanda. Sebuah galaksi penanda, mengandaikan adanya makna-makna, dan bukannya struktur petanda, kemustahilan makna paten disebabkan tajamnya sindikasi pertentangan dalam setiap materi teks. Makna hanya mungkin untuk diandaikan tetapi tidak mungkin untuk ditetapkan. Begitu banyak wujud kesunyian sehingga mustahil merangkum dalam satu kepastian konsep. Sunyi, tidak sesederhana di dalam kamus, tampil sebagai ketakberhinggaan.

Sunyi dalam puisi ”Arco Etrusco” tentu bukannya tanpa struktur sama sekali. Kata-kata dalam puisi, sekali lagi perlu ditekankan, membentuk jaringan. Tanda-tandanya ada dan bisa dikenali. Berumah pada pergerakan waktu dan berpijak pada kerutan-kerutan ruang. Kesan sunyi ini mungkin cocok dengan pemikiran Jacques Derrida tentang kesatuan konstan Albert Einstein. Pada sebuah simposium di John Hopkins University (1966) Derrida menjelaskan, ”Ia adalah suatu aturan permainan yang tidak menguasai permainan; ia adalah suatu peraturan permainan yang tidak mendominasi permainan”. Sunyi seperti halnya permainan, memiliki peraturan, hanya saja, sama seperti permainan-permainan yang lain tetap masih ada karakter main-main, penuh kejutan, menggoda, sublim, dan tanpa kebakuan. Tidak ada kepastian hukum dalam permainan.

Jaringan kesunyian yang berjubel ilustrasi dan mendekati pola permainan. Hyperteks, ini merupakan tantangan besar bagi strukturalisme. Para pembaca karya sastra yang strukturalis terbiasa mencari makna teks dan memastikan makna hasil pencarian ketetapan. Kerja pencarian makna yang dijalaninya terancam kesia-siaan. Menurut Leo Kleden dalam ”Teks, Cerita dan Transformasi Kreatif” (Kalam, 1997), strukturalisme memang memiliki ciri khusus, ”berpegang teguh pada postulat dasar bahwa arti karya wacana tidak bergantung pada maksud pembicara, pendengar atau realitas yang dibicarakan, melainkan pada struktur teks semata-mata”. Padahal pemaknaan kesunyian dalam puisi ”Arco Etrusco” bergantung kepada kepentingan pembaca. Makna dapat diperoleh sejauh batas horison harapan pembaca, yang tentu saja, arah dan intensitas setiap pembaca berbeda. Makna yang diperoleh pembaca, lebih tepat disebut ”seakan-akan makna”, pada perkara hyperteks, hanya berupa fragmentasi dari sekian ragam makna yang dimungkinkan oleh puisi. Masih banyak makna melingkup dalam kerahasiaan, bahkan melampaui kesanggupan indera manusia.

Bait terakhir puisi ”Arco Etrusco”: Disusun dari tumpukan batu dan kebisuan pintu-pintu, lorong-lorong perkampungan dan labirin tanpa ujung. Kesunyian kita, menghitam pada patung-patung dan menjadi kalimat-kalimat gelap, tapi senantiasa dibaca waktu, dengan matanya yang retak-retak. Kompleksitas sunyi semakin tampak dalam akhir puisi tersebut. Ada disebutkan juga, labirin tanpa ujung, sebuah niat untuk selalu menghindari perhentian gerak. Menghindari makna paten. Labirin. Sunyi yang amat riuh, gaduh, penuh pertautan metafor, sekaligus antarmetafor saling merapuhkan, saling berlawanan, sekadar untuk menuju pembebasan.

Mungkin semestinya, pada setiap diksi, frase, atau penggalan larik puisi ”Arco Etrusco” perlu diberi catatan kaki. Fungsinya menunjukkan keberkaitan puisi dengan segala referensi, dilema pemikiran yang diterjuni puisi, pertentangan antarilustrasi, dan penyesatannya terhadap realitas. Lebih dari itu, catatan kaki perlu untuk memaparkan bahwa segala yang dirujuk oleh puisi tidak selamanya memiliki pertautan di luar teks.

Catatan kaki terhadap puisi ”Arco Etrusco”, apabila dikonkretkan, tentu akan menghasilkan pasar raya teks naratif. Jaringan referensi yang tidak membentuk keutuhan referensi, seakan hanya kebetulan bertempat dalam satu teks. Kondisi yang mirip dengan seseorang yang secara serentak membunyikan 40 radio, merk radionya sama, dengan stasiun pemancar yang berbeda-beda. Bingar. Sulit dibayangkan ada orang mampu berkonsentrasi terhadap 40 fokus suara. Memakai logika terbalik, puisi mampu merekat beragam referensi dalam satu (hyper)teks. Keajaiban, penciptaan puisi tentu bukan suatu keajaiban, hanya saja potensi referensi puisi layak untuk dihormati, layak untuk dipelajari.***

Penulis adalah esais sastra, tinggal di Surabaya

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita