21/01/09

Panca Sila

Putu Wijaya
http://putuwijaya.wordpress.com/

Amat minta dibuatkan nasi kuning.

“Untuk apa?”tanya Bu Amat curiga.

“Merayakan kelahiran Panca Sila.”

“Lho merayakan Panca Sila dengan nasi kuning?”

“Ya sudah, kalau begitu ditambah dengan betutu ayam kampung!”

Bu Amat tercengang, kontan membentak.

“Kalau cuma mau makan betutu ayam kampung tidak usah pakai alasan merayakan Panca Sila! Nggak! Nggak ada waktu!”

Amat tidak membantah. Kalau dibantah, pasti nggak-nggaknya Bu Amat akan menjadi tidak. Tapi kalau tidak dibantah, biasanya tidak dari Bu Amat hanya sekedar gertakan, nanti pasti akan ada nasi kuning dan betutu.

“Tenang saja, “kata Amat pada Ami, “Bapak sudah hidup puluhan tahun dengan Ibumu itu, jadi sudah tahu segala sepak-terjangnya. Menghadapi dia harus pakai taktik strategi yang tepat. Pokoknya tetap saja undang teman-temanmu di kampus biar semua datang nanti pada hari Kesaktian Panca Sila ke rumah. Kita rayakan ultah falsafah negara yang sudah mengantarkan kita pada hidup damai dalam perbedaan itu. Sudah waktunya bangkit lagi setelah seratus tahun. Sudah terlalu banyak orang kini lupa dan bahkan mau menggantikan Panca Sila. Kita harus pertahankan!!”

Pada tanggal 1 Juni, Amat keramas dengan air bunga, lalu menggenakan stelan putih-putih. Sepanjang hari ia menyendiri, seperti masuk ke dalam sanubarinya. Hanya sekali-sekali ia mengintip ke arah dapur sambil mencium-cium apa sudah ada tanda-tanda betutu ayam kampung itu rampung. Ternyata tidak ada. Amat mulai deg-degan ,

Sore hari, Amat melirik ke meja makan. Tapi tidak ada perubahan. Istrinya yang siang tadi pamit karena ada pertemuan di rumah tetangga belum pulang. Amat mulai tidak yakin. Akhirnya ia masuk ke dapur dan memeriksa. Di situ ia kecewa sekali, karena nggak Bu Amat sekali ini memang berarti tidak.

Amat masih mencoba untuk memeriksa ke dalam gudang di samping dapur. Jangan-jangan istrinya mau bikin kejutan. Tetapi di gudang hanya ada ayam. Jumlahnya masih lima ekor. Tak satu pun yang disembelih. Jelas sudah tidak akan ada nasi kuning dan betutu ayam kampung.

Waktu Ami pulang dari kampus, Amat panik.

“Ami, Bapak salah perhitungan hari ini. Ibumu ternyata tak sempat masak karena ada pertemuan para ibu. Sampai sekarang belum pulang. Jadi kita akan menghadapi bahaya.”

Ami mengangguk tenang.

“Nggak apa, Pak. Tenang saja. Kita kan sudah 350 tahun dijajah, kita sudah biasa menghadapi bahaya.”

“Tapi kita akan malu besar, bagaimana kalau teman-teman kamu di kampus menanyakan nasi kuning dan betutu yang Bapak janjikan itu?”

“Tenang saja, Pak.”

“Bagaimana bisa tenang! Pasti mereka akan menuduh kita penipu?”

“Memang.”

“Aduh! Itu yang celaka! Kita menyambut Hari Kesaktian Panca Sila mestinya untuk membangun kepercayaan. Tapi ternyata kita sudah melakukan penipuan. Itu bisa tambah merusakkan Panca Sila!”

Ami mengernyitkan dahinya.

“Masak begitu?”

“Ya! Kalian anak-anak muda kan sudah banyak sekali menyimpan kedongkolan dan ketidakpuasan. Makanya kalian semua cepat marah. Belum apa-apa pasti langsung maunya demo, turun ke jalan berteriak-teriak, menentang, menggempur apa saja. Bapak mengerti sekali itu. Sekarang akan tambah bukti lagi, aku tua bangka ini sudah mempermainkan mereka!”

“Makanya kalau belum pasti Bapak jangan suka janji-janji.”

“Habis kalau tidak dipikat begitu, mereka pasti tidak akan mau datang!”

Ami nampak beringas.

“O, jadi Bapak memancing mereka datang dengan nasi kuning dan betutu? Bapak pikir mereka ngiler nasi kuning dan betutu?”

“Ya kan?!”

Ami tiba-tiba tertawa.

“Kok ketawa?”

“Yang ngiler sama nasi kuning dan betutu itu kan Bapak! Teman-temanku itu sekarang lebih seneng makan pizza, burger atau fried chicken. Mereka sama sekali tidak tertarik pada pancingan Bapak itu. Mereka tertarik karena masih ada orang mau meryakan Panca Sila di rumahnya secara pribadi. Itu berarti Panca Sila bukan hanya barang dagangan yang dipajang sebagai slogan, tetapi dikembangkan di dalam rumah, di dalam diri. Mereka suka, jarena itu mereka akan datang.”

Amat tercengang.

“Jadi mereka tidak mengharapkan nasi kuning dan betutu?”

“Apa Bapak tidak malu kalau teman-temanku datang merayakan kelahiran Panca Sila karena tertarik nasi kuning dan berutu?! Itu menghina! Ami tidak pernah bilang sama mereka ada nasi kuning dan betutu!”

Amat terkejut.

“Jadi kamu tidak pernah bilang ada nasi kuning dan betutu?”

“Ngapain nasi kuning dan betutu! Itu namanya melecehkan kebesaran Panca Sila!”

Amat mengurut dada senang. Ia merasa amat bahagia.

Malam hari, sekitar 15 orang teman-teman seperjuangan Ami datang. Peringatan diadakan dengan membacakan Pidato Bung Karno yang menandai kelahiran Panca Sila itu. Disusul dengan uraian dari salah seorang mahasiswa yang membentangkan Panca Sila dengan begitu bagusnya, sehingga Amat mnerasa seperti makan nasi kuning dengan betutu ayam kampung.

Setelah peringatan Panca Sila yang sederhana namun khususk itu selesai, tiba-tiba salah seorang mahasiswa nyeletuk.

“Tapi mana nasi kuning dan betutu ayam kampungnya?”

Amat tersirap. Ia gugup. Buru-buru ia mencari Ami ke belakang, sebab ia tidak tahu bagaimana harus menjawab.

“Ami! Kenapa teman kamu menanyakan nasi kuning dan betutu ayam kampung?”

“O ya?”

“Ya! Padahal kamu kan sudah bilang, kamu tidak pernah mengundang mereka dengan nasi kampung dan ayam kuning!” bentak Amat keliru-keliru karena panik.

Ami tersenyum.

“Tenang, Pak. Mereka sudah biasa dibohongi. Dibohongi sekali lagi, mereka tidak akan apa-apa. Apalagi hanya janji betutu dan nasi kuning. Bangsa kita kan jago memaafkan. Lagipula kalau manusianya pembohong, tidak berarti Panca Silanya yang bohong! Ayo, kalau berani berbohong, Bapak harus berani juga menghadapi hasil kebohongan itu!”kata Ami menyeret bapaknya kembali ke depan.

Dengan sangat malu Amat terpaksa ikut. Ternyata di depan, para mahasiswa sedang rebutan nasi kuning dan betutu ayam kampung yang baru saja dibawa Bu Amat dari tetangga.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita