Saya mulai percaya dengan adanya ilmu kebal saat kelas tiga SMK. Waktu itu, seorang kawan kena bacok di salah satu tontonan rakyat (bejanggeran). Saya gemetar sambil menangis melihat perutnya sobek, karena tidak bisa membalas orang yang membuat perut kawan saya robek, lantaran kami tidak ada persiapan apapun waktu itu, bawa pisau atau parang misalnya. Juga sebab saya tidak memiliki cukup kekuatan untuk menangkal besi-besi yang mungkin akan mengayun ke leher saya.
Sejak kejadian itu, mencoba berdiskusi serius dengan orang tua saya, meminta seluruh ilmu kebal yang Ia miliki, dengan harapan bisa menantang dan membalas orang yang telah melukai kawan saya. Sampai beberapa purnama, orang tua saya tetap bergeming tak mau menurunkan ilmunya. Namun pada akhirnya, saat saya akan lulus sekolah menengah atas, tepatnya di Bulan Maulid Nabi. Malam Kamis kalau tidak silap, Amaq saya memanggil saya, lalu dipersiapkanlah segala jenis persyaratan.
Sejak saat itu saya percaya bahwa ilmu gejayan (kebal) ada, dan mulailah memetakan para tokoh di Lombok khususnya untuk saya gurui selanjutnya. Alhamdulillah, dari sekian orang yang saya datangi, mereka menerima dengan baik.
***
Fenomena ini sekarang sudah agak langka dan jarang kita temukan di Lombok, pun pemuda yang terus menjunjung tinggi kebudayaan yang ditinggalkan nenek moyang bangsa Sasak. Padahal ini sebuah kewajiban bagi bangsa Sasak untuk terus menjaga sisa-sisa kebudayaan yang ditinggalkan tersebut.
Lalu pertanyaan yang harus kita jawab: “Siapa orang paling kebal di negeri ini?” Jawaban turun-temurun yang saya temukan hingga hari ini, adalah mereka yang memegang tampuk jabatan, kekuatan finansial, dan jaringan.
Lalu bagaimana cara melawan orang yang kebal tersebut? Tidak lain dengan menunjukkan fakta dan data, serta mengumpulkan rakyat yang terzolimi atas kekebalan yang dilakukan, dengan memperlihatkan tidak ada kekebalan yang bertahan lama, jika rakyat benar bersatu. Karena kekuatan massa rakyat adalah kekuatan Tuhan.
Di Lombok Timur sendiri, banyak orang kebal, mereka yang sudah dinyatakan bersalah bahkan sampai hari ini, tidak pernah tersentuh hukum. Tahu kenapa? Karena, di samping kiri-kanannya banyak orang pintar yang melacurkan diri.
Di negeri ini, kita masih kekurangan orang jujur, benar-benar sangat kekurangan!
Maka kelak, tak ada cara lain untuk melawan mereka selain kita kembali ke hukum alam. Karena dengan cara itu, kita akan benar-benar tahu, apakah Ia akan tetap kebal atau tepar. Kelak, jika itu benar-benar dibutuhkan.
***
*) Hasan Gauk lahir di Jerowaru, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 3 Agustus. Seorang penggiat literasi yang membuat perpustakaan jalanan di wilayah selatan Lombok, anggota Gerakan Literasi Indonesia. http://sastra-indonesia.com/2020/09/di-indonesia-tidak-ada-orang-kebal-kecuali-mereka-yang-berduit/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar