05/02/20

20 Tahun Candrakirana di Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan). Dan

dari jurus Saipi Angin ke subsidi Buku Pustaka Ilalang dan FP2L, 1 Milyar Rp.
Nurel Javissyarqi *

I
Tulisan ini dapat dikatakan kelanjutan dari catatan lama, tertanggal 21 Januari 2011 bertitel “Belajar Sastra Lokal ala Saipi Angin,” yang menyoroti kesusastraan di Jombang sekaligus membaca jarangnya diskusi bulanan Candrakirana di Kostela. Dan makolah itu menandakan sedang belajar memakai kata ganti ‘aku,’ untuk penyebutan ‘diri,’ yang sebelumnya terbiasa menggunakan kata ganti ‘saya,’ sewaktu menuangkan kata-kata berupa esai.

Selaras periode kata ganti ‘aku,’ ialah buku “Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri,” diterbitkan SastraNesia dan PuJa, 2011. Dan istilah ‘Saipi Angin,’ berasal dari salah satu nama ilmu kanuragan yang berkemampuan sanggup meringankan tubuh melesat cepat berpindah-pindah tempat dengan mudah. Sebagaimana saya enteng ke Jombang serta kota-kota lain demi mengikuti perhelatan diskusi, agar tidak jadi katak dalam tempurung atau membaca buku sampai bingung, maka laku sisifus perlu dilakoni, walau berulang kali nol lagi dan lagi.
***

Kostela, satu nama komunitas yang sudah lama di Lamongan (LA), yang gemanya masih ada hingga sekarang, meski kegiatan diskusi bulanan bertahun-tahun telah jarang diselenggarakan. Kelompok ini bangkit sebelum saya hengkang dari Jogja ke kampung halaman. Yang didirikan para penyair senior LA dengan nama-nama ‘besar,’ istilah ‘kecil’ juga boleh, kalau menengok seberapa jauh kiprah mereka di belantika kesusastraan Indonesia.

Kostela berdiri sejak 1999, dan rekam jejaknya bisa dibaca pada tulisan Zawawi Se, 24 Februari 2010, “Sepuluh Tahun Kebangkitan Kostela” yang dirayakan tepat 6 Desember 2009 di Gedung Serba Guna, Sukodadi, LA, waktu itu saya mengikuti. Dan tak hadir saat “Peringatan 20 Tahun Kebangkitan Sastra Teater Lamongan.” Demikian plakatnya, tidak menyebut kata “komunitas,” barangkali menghindari kritik dari kevakuman lama atau demi memudahkan kerjasama dengan lembaga lain, yang acaranya digelar di Aula Disparbud Lamongan, 6 Desember 2019, sekaligus peluncuran buku “Memoar Purnama di Kampung Halaman.”
***

II
Saya melanglang dari D.I. Yogyakarta tahun 2001 akhir, diteruskan ke Watucongol, Muntilan, Megelang, lantas ke Tegalsari, Ponorogo hingga pertengahan 2002, lalu tinggal di Lamongan lagi. Dan bergabung dengan Kostela sekitar 2003 akhir, di saat itu kerap diadakan bedah karya bulanan berlatar acara Candrakirana. Rutinan ini berjalan lancar, meski kadang tersendat sampai tahun 2006, dan memasuki 2007 agak jarang. Saya ingat betul, lantaran kerap bawa lelembaran esai pengganti, manakala pemateri tidak hadir atau tak menyuguhkan makalah. Meski esai-esai tersebut tidak jadi bahasan, barangkali sekali pernah dibicarakan, saya tetap rajin memfotokopi esai terbaru guna cadangan diskusi, walau bernasib sama tiadanya perbincangan. Alhamdulillah, akhirnya terkumpul juga dalam Edisi Buku Revolusi “Trilogi Kesadaran: Kajian Budaya Semi, Anatomi Kesadaran, dan Ras Pemberontak,” PUstaka puJAngga (PuJa) 2006. Di buku ini, kata ganti ‘saya’ dipakai untuk penyebutan diri.
***

Kostela kembali bergema sementara, sebelum-setelah sebagai nominasi penerima penghargaan hadiah sastra dari Balai Bahasa Surabaya dalam momentum Bulan Bahasa tahun 2010, bersama komunitas lainnya di Jawa Timur, seperti Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS), Sanggar Triwida Tulungagung, Forum Studi Sastra dan Seni Luar Pagar (FS3LP) di Surabaya, Sanggar Lentera Sumenep, Pakemmadu Madura, Pamarsudi Sastra Jawa Bojonegoro (PSJB), Bengkel Imaji Malang, dan Komunitas Lembah Pring Jombang. Entah komunitas, paguyuban, Forum, dan sanggar lain balik melempem atau tidak. Yang jelas Candrakirana bertahun-tahun tersendat, serta tidak tercium lagi gairahnya sejak 2016.

Dan bersamaan ini di kolom komentar status facebook (saya biasa mengawali tulisan di dinding fb), Alang, cantrik lama Kostela mengabarkan akan diagendakan lagi Candrakirana, tanggal 18 Januari 2020, bertempat di Toko Buku Pustaka Ilalang, (depan kampus UNISDA), Sukodadi. Semoga ini tidak hangat-hangat kuku kembali dingin, dengan saya absen dulu sebelum perihal rutinitas berjalan indah. Atau saya sangat berharap, diskusi bulanan langgeng diselenggarakan seperti sebelumnya, sebagaimana SelaSastra Jombang merupakan penerus tidak langsung dari Komunitas Lembah Pring, yang di masanya dipandegani Fahrudin Nasrulloh (FN almarhum), atau Sanggar Pasir di Gresik yang baru saja merutinkan bedah karya.
***

Menginjak tulisan di sini, saya sudah habiskan sebungkus rokok GG Internasional, bayangkan jika telah rampung, lalu melewati perevisian, akan lebih satuan slop cerutu yang terhisap dalam menghasilkan esai. Barangkali sebab ini Saut Situmorang, dan Sosiawan Leak pernah mengira saya orang kaya, padahal biasa-biasa saja, atau Sedang-sedang Saja seperti lagunya Vetty Vera. Ataukah dapat dikata, kegiatan menulis sangat ganjil, sebab tidak banyak yang hadir berkurban, meski sudah lama bergerak di dunia literasi pula mapan soal ekonomi. Perihal ini bisa ditengok sejauh mana capaiannya dibanding usia perjuangannya, jadi istilah totalitas patut dipertanyakan.
***

III
Akhir 2011 sampai ujung tahun 2014, saya tinggal di Bumi Reog Ponorogo, lemah keramat Batoro Katong, tepatnya bermukim di SSC (Sutejo Spectrum Center), yang sekali waktu ke Pesantren Darul Hikam (D.H.), Joresan, Mlarak. Pesantren D.H., termasuk jalur keturunan Pesantren Gebang Tinatar Tegalsari, yang didirikan Kyai Ageng Hasan Besari, yang santri-santrinya sangat terkenal hingga sekarang atas karya-karyanya, sebut Pakubuwono II, R.Ng. Ronggowarsito, Pangeran Diponegoro, dan H.O.S. Cokroaminoto.

Di bumi Reyog saya nikmati betul desir anginnya, sesekali ke Telaga Ngebel, atau ke puncak Pulung dengan disambut tebaran kupu-kupu kuning beterbangan melintas saat melewati hutan kayu putih. Berkeliling kota tengah malam, sambil memutari alun-alun bersama penulis kaya berlagak sederhana, Sutejo yang setiap pagi mengajak saya sarapan di warung-warung pecel sebagai laku bagi rizki katanya. Dr. Sutejo sekarang menjabat Rektor STKIP PGRI Ponorogo.

Barangkali benar, bencah Wengker tanah paling tenang bagi orang buangan, letak pelarian tokoh-tokoh penting di tanah Jawa, misalkan Ki Gedhe Ketut Surya Alam (Ki Ageng Kutu), Punggawa Majapahit yang melarikan diri ke Wengker (Ponorogo), lantaran kecewa terhadap Prabu Brawijaya V, yang kala memerintah kerajaan Majapahit dianggapnya kurang tepat oleh banyaknya pengaruh istri mudanya dari Champa. Bencah angker tlatah Wengker sangat tepat bagi Kawah Candradimuka, sebagai pusaran pertapaan tanah-angin-ruh penggemblengan diri sebelum melanjutkan perjuangan.
***

Meski tinggal di bencah yang memendam banyak kisah, cerita rakyat Golan-Mirah, Suminten Edan, dlsb. Saya masih kerap bolak-balik nyambangi anak lanang, dan sekali tempo berjumpa Imamuddin SA, sambil menanyakan pergerakan kesusastraan di LA. Ketika sudah menetap lagi di tanah kelahiran tahun 2015, keadaannya sama jarang menemukan diskusi rutin Candrakirana. Di LA, ada juga Teater Sang Bala, Kota Selam (Komunitas Teater Lamongan), Rumah Budaya Pantura (RBP), Lesbumi, Forum Lingkar Pena (FLP), tapi kegiatannya tidak seberapa terdengar lama. Namun ada saja pendatang baru menerbitkan novel, cerpen, puisi, dengan cetakan terbatas seperti buku “Di Bawah Lampu Pertunjukan,” karangan Tami Lestari, dan novel “Eyeglasses,” karya Salma Shidqiyah. Sedang nama yang mulai kibarkan sarung benderanya, Zehan Zareez.

Sebaliknya orang-orang LA yang bergerak di luar kota kian santer mengudara: Aguk Irawan MN, Mahfud Ikhwan, Abdul Wachid BS, Mashuri, Viddy AD Daery. Dan ada sastrawan Kediri yang tinggal di Lamongan, S. Jai yang keberadaannya pantas diperhitungkan di kancah susastra Nasional, ini memperkuat nama-nama lama di panggung sastra LA, Herry Lamongan, Bambang Kemping, Sutardi, Pringgo HR, Ahmad Zaini, tak luput Sarkadek (Fathur Rokhim) yang tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pembaca puisi terlama 99 Jam, April 2011. Namun sebab sepinya diskusi, saya pakai jurus saipi angin mengikuti bedah karya yang diselenggarakan SelaSastra minimal sebulan sekali sejak 2016 hingga sekarang, sambil jualan buku kalau-kalau waktunya bersamaan nyambangi anak wadon di Pesantren Al-Madienah, Denanyar, Jombang.
***

IV
SelaSastra (SS), biasa diadakan di Warung Boenga Ketjil (BK) yang beralamat di Parimono V / 40 Plandi, Jombang. Istilah ‘Selasastra,’ lantaran awal kegiatannya sering dilakukan hari selasa, artinya hari selasa bersastra, dan Warung BK bukan warung pada umumnya tiap hari buka, tapi bukanya hanya disaat ada kegiatan diskusi. SS pertama diselenggarakan hari selasa 26 Januari 2016 Pukul 19.30 - 22.00, dengan mengusung plakat “Sastra dan Kesesatan,” atas pembicara Binhad Nurrohmat, moderator Zen Sugendal. Dari foto-foto terekam banyak pula yang hadir, sedangkan saya belum tahu adanya kajian rutin serupa Geladak Sastra, sepenggilan FN di hari Jum’at 31 Mei 2013. Namun di bulan berikutnya, saya rajin mengikuti kegiatan bedah buku SS.

Jejak awalan SS dicatat seorang Dosen Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng, Agus Sulton di tribunnews 2 Februari 2016 bertitel “SelaSastra Boenga Ketjil Rasa (Sesat) Binhad Nurrahmat.” Acara SS diprakarsai Cak Kepik atau Andhi Setyo Wibowo, dan Warung BK ialah rumahnya yang disulap menjelma sanggar diskusi setiap bulannya; lorong kecil ruang tamu ganjil yang membikin penasaran para penulis lokal sampai nasional tampil di ajang bedah buku sebagai perhelatan wacana. Namun sayang, para penulis Jombang tidak banyak yang ajek mengikuti, kecuali ada pembicara luar kota nun jauh, barulah meramai. Dan jika yang dibedah karyanya penulis dari Mojokerto, Madiun, Lamongan, dan Jombang sendiri, hanya sedang-sedang saja.

Sedang Sanggar Pasir (SP) beralamat di Dusun Mulyosari, Banyuurip, Ujung Pangkah, Gresik, baru memulai kegiatan bedah karya diskusi sastra akhir tahun lalu, tepatnya 8 November 2019, pembicara saya dan moderator Rakai Lukman, bertema “Belajar Jurnalisme Sastrawi.” Di susul bulan akhir tahun “Ngaji Buku W.S. Rendra” karya Muhammad Muhibbuddin dari Jogjakarta, dengan pembedah saya, moderator Lutfi S.M., dan acara ini dilanjut di Kafe Sastra (KS), d/a. Sono, Panceng, Gresik, pengisi acara Sholihul Huda, moderator Rakai Lukman; di SP siang, kemudian malamnya di KS. Bulan ini atau awal tahun 2020 hari Jum’at 17 Januari kemarin, membahas buku “Alur Alun Tanjidor,” karangan A.H. J Khuzaini dan Roudlotul Immaroh.

Semoga diskusi di Sanggar Pasir, SS di Warung Boenga Ketjil, terus berjalan dengan hadirnya karya baru lebih matang seusia waktu dijalankan pelaku literasinya, disusul bangkitnya kembali bulanan Candrakirana oleh Kostela sendiri. Sebab apalah arti sebuah pementasan terbitnya buku, jika tiada perbincangan berkelanjutan dari karya yang diluncurkan, paling banter peroleh tepuk tangan di alam kemayaan, pujian menggelitik yang menggiring ke ruangan nina bobo. Sedang mencermati gerakan kemajuan bangsa, salah satunya bermata jeli kekritisan saling mengisi, di sisi laku pengayaan terbitnya karya-karya terjemahan, demi tegaknya jati diri di bawah awan-gemawan musim-musim berbeda peredarannya, atas ketinggian tanah kemanusiaan yang sama.
***

V
Kemeriahan Kostela awal tahun 2000, membuat para pelaku sastra dari luar kota berdatangan, Gampang Prawoto (GP) Bojonegoro, Cak Sariban dari Tuban, yang kebetulan kesehariannya mengajar di UNISDA, jadi dekat secara emosional dengan panorama pergerakan sastra di LA. Saat itu Mojokerto maupun Jombang masih ‘laksana kuburan’ istilah FN. Ketika Candrakirana kerap absen antara tahun 2007-2010 akhir, kesusastraan di Bojonegoro mengawali gairahnya di tahun 2008/2009. Hari Sabtu 28 Agustus 2010, saya menyempatkan mengikuti perhelatannya, dan selepasnya ngobrol bareng GP bersama Timur Budi Raja, saya ajukan membikin blog agar kabar kemeriahan tersiar jauh, dan usulan itu diterima. Maka malam itu juga postingan di blog Sastra Bojonegoro dimulai, kemudian di tahun-tahun berikutnya banyak yang penasaran hadir, tidak luput dari Jogjakarta, tapi saya sendiri sudah jarang menyambangi. Blog itu mandek hari Jumat 6 Maret 2015 dengan potingan terakhir “Remy Silado di Purnama Sastra Bojonegoro.” Dan saya kurang tahu perkembangannya, apakah geliatnya tetap semarak ataukah mengalami pasang-surutnya gelombang, seibarat ondak-ondakan ombak menyapu pasir pantai di lautan.

Gambaran blog http://sastra-bojonegoro.blogspot.com/ (selanjutnya dikelola GP), terpantul dari templat http://forum-sastra-lamongan.blogspot.com/ yang saya kelola, yang awal postingannya menampung karya-karya para penulis LA: Haris Del Hakim, Imamuddin SA, Ahmad Syauqi Sumbawi, Heri Listianto, Javed Paul Syatha, saya, dll. Perjalanan FSL bisa dibaca pada tulisan Haris del Hakim “Gerakan Baru Sastra Lamongan: Catatan Singkat atas Forum Sastra Lamongan (FSL),” 24 Juni 2008. Sedang blog https://forumsastrajombang.blogspot.com/ dimulai 14 Juli 2010, yang awalnya mengabarkan geliat sastra Jombang terutama acara “Geladak Sastra” oleh Komunitas Lembah Pring. Dan blog https://media-ponorogo.blogspot.com/ mengawali posting 28 September 2012, ketika saya tinggal di Bumi Reog setahunan. Keberadaan blogspot-blogspot tersebut demi mendukung website http://sastra-indonesia.com/ (Web SI) yang diawali tanggal 25 Juli 2008. Sebagaimana http://selasastrain.blogspot.com/ , https://sanggar-pasir.blogspot.com/ , dll, demi memperkuat jaringan link saiber. Ada puluhan blog saya kelola yang kadang terbayang selaksa pasukan, dan jari-jemari ibarat malaikat haniyun di alam maya, atau blog itu para prajurit cadangan penjaga data website yang pernah mengalami ludes ratusan postingan, oleh ulah heker.
***

Barusan cantrik baru Kostela, Luqman Almishr mengunggah beberapa jadwal Cakdrakirana di kolom komentar status fb ini, mengenai kegiatan bulanan tahun 2016: Candrakirana ke 160 di rumah Herry Lamongan, hari Kamis 24 Maret 2016, dan yang ke 163 di kediamannya Pringgo Hr, 13 Agustus 2016. Lantas kabar terbaru yang sudah diberitahu Alang itu yang ke 164 bulan Januari ini, maka pertanda luar biasa rutinnya. Namun sejauh pernah saya ikuti, ada pula jadwal acara, tapi oleh sepinya yang datang sebab hujan lebat mendera, lalu tidak diskusi atau singkat saja dilanjutkan obrolan lama. Secara keseluruhan, padang mbulanan Candrakirana di Kostela sangat aktif, antara 163 hadir dan 78 absen, dari total 241 bulan antara Desember 1999 sampai Desember 2020. Semoga makalah-makalahnya masih tersimpan baik, dan layak dimasukkan di dalam program Subsidi Penerbitan Buku 1 Milyar yang segera terealisasi mulai tahun 2020 ini.
***

VI
Tanggal 4 Januari 2020, saya unggah tulisan dengan judul “Menyangsikan Kesungguhan Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan” di Website SI. Catatan itu sebagai pemantik bedah buku “Alur Alun Tanjidor,” pada hari Jum’at 17 Januari 2020 di Sanggar Pasir, Gresik kemarin. Sementara, saya tidak mengerti sejauh mana imbas postingan itu, yang bisa jadi dari sana pemilik penerbitan sekaligus percetakan Pustaka Ilalang, tergerak hati lantas merancang program subsidi penerbitan buku untuk para penulis Lamongan senilai 1 Milyar Rupiah. Kabar tersebut dituangkan di status fb-nya 10/1/2020, atau dapat terjadi pulalah sebelumnya telah membayangkan impian mulianya.

Pemegang penuh Pustaka Ilalang ialah Alang Khoiruddin, dan program subsidinya menggandeng Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L), yang sejauh saya tahu FP2L itu bentukan dari Dinas Perpustakaan Daerah Kabupaten Lamongan. Jika boleh berbesar hati, sudah 2 kritik saya terhadap Perpusda diterima: pertama program pembelian buku sejumlah 10 eksemplar tiap judul atas karya penulis LA, kedua turut andil merayakan perbukuan lebih baik dari sebelumnya dalam program subsidi 1 M. Terlepas keduanya sudah lama bekerjasama soal penerbitan ataupun pengadaan buku, jadi sangatlah pantas hal ini terjadi.

Mengenai syarat mengikuti program tersebut tergolong ringan, dengan uang pendaftaran 1 Juta sudah dapat menerbitkan 10 judul buku selama 5 tahun atau setahun 2 buku, dengan jumlah 50 sampai 100 eksemplar, tergantung ketebalannya. Setiap yang masuk program mendapat subsidi 10 Juta, atau keringanan cetak perbuku 1 Juta, dengan batas peserta 100 penulis. Sungguh angin surga bagi penulis ber-KTP Lamongan. Semoga lewat langkah ini, kebangkitan para penulis LA kian semarak, menembus batas-batas daya atas nilai terkandung dalam karya-karyanya. Semoga pula, keberadaan FP2L tidak menggeser yang dimulai lagi Candrakirana Kostela. Namun saling melengkapi, yang satu merayakan penerbitan buku, lainnya menyediakan ajang diskusi minimal sebulan sekali, jikalau melihat padatnya jadwal di atas. Lantas, dimanakah peran DKL (Dewan Kesenian Lamongan)? Apakah nanti hanya sebatas EO (Event Organizer) semata?
***


*) Pengelana yang tinggal di Pilang, Tejoasri, Laren, Lamongan (pulau terpencil yang dikelilingi Bengawan Solo).

NB:
Pagi hari ini 24 Januari 2020 saya posting catatan di atas, dan siang harinya Alang Khoiruddin mengirimkan makalah, yang pernah disampaikannya pada acara Diskusi Kelompok Terpumpun Penguatan Program Kerja Balai Bahasa Jawa Timur untuk Perlindungan Bahasa dan Sastra Indonesia, dengan judul “Peta Perkembangan Komunitas Sastra di Lamongan dan Sekitarnya,” Balai Bahasa Jawa Timur, Senin 6 November 2019. Dalam makalah tersebut tercatat, FP2L beralamat di T.B. Pustaka Ilalang, Jln. Airlangga, Sukodadi, LA, dan alamat ini merupakan kantor cabang Pustaka Ilalang, atau selama ini Perpusda hanya menyediakan tempat, misal Launching Program FP2L, dan bukan bentukan Perpusda LA sebagaimana dugaan saya. Ini diperkuat dengan saya menelpon Alang yang menyebutkan FP2L merupakan mengganti dari kevakuman Kostela. Jadi, tanda jempol pujian kedua (kritikan kedua dalam tulisan ini, paragraf kedua dari bawah), saya cabut untuk Perpusda LA.

***

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita