Yudhi Fachrudin
http://www.kompasiana.com/peradaban
Pendidikan menjadi benteng harapan terakhir dalam mengatasi solusi permasalahan-permasalahan bangsa ini. Di sisi lain, begitu kompleknya permasalahan-permasalah yang terjadi pada lingkungan sosial kerap memasuki dunia pendidikan. Ketimpangan sosial, berlakunya budaya kekerasan, sifat-sifat individualis, hedonis matrealis serta perilaku-perilaku penyimpangan lainnya yang terjadi di lingkungan sosial masyarakat turut serta mempengaruhi dunia pendidikan. Pilihan antara terlebih dahulu memperbaiki dunia pendidikan agar hadir menjadi solusi bagi masyarakatnya atau memperbaiki lingkungan sosial agar tidak menjadi “virus” bagi pendidikan.
Pendidikan menjadi kian urgen karena berurusan langsung dengan manusia. Manusialah yang berkepentingan mulai dari input, proses sampai output pendidikannya. Manusia menjadi nilai, nilai-nilai kemanusiaan yang berlaku universal tanpa terikat perbedaan bangsa, bahasa, agama untuk mencipta pendidikan berlandaskan manusia. Pendidikan yang memanusiakan. Sekolahnya manusia. Kearah sana manusia berupaya lewat pendidikannya mencipta pemahaman baru yang lebih manusiawi. Sebuah pemahaman akan pendidikan yang mampu menghadirkan manusia-manusia yang baik.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi sekarang bisa jadi karena pemahaman yang kurang akan pemahaman arti dan makna dari pendidikan itu sendiri. Kekerasan dalam pendidikan, tawuran antar pelajar, bisa jadi manusia produk mesin yang dapat diperjual belikan. Mengungkap makna pendidikan. Upaya pemahaman pendidikan yang lebih memanusiakan mengharuskan pengerahan segala potensi, akal, pikiran, pengamatan, pengalaman serta penelitian yang teruji sehingga dari sana timbul sebuah makna dan pemahaman yang dapat menjadi inspirasi dan motivasi baru untuk bisa lebih proporsional, objektif, serta ilmiah dalam mencermati dan melakukan perilaku-perilaku yang mencerminkan makna pendidikan yang dikehendaki. Upaya pemahaman tentang pendidikan telah melewati catatan sejarah yang panjang. Berbagai teori pendidikan muncul antara pandangan idealism dan realism, antara keturunan hereditas dan lingkungan, antara tabularasa dan pengalaman. Tak pelak lagi pemahaman makna pendidikan dapat merujuk ranah agama. Terlebih Islam sebagai worldview, keuniversalitas ajarannya solusi bagi manusia guna mewujudkan kehidupan bahagia dunia dan akhirat. Banyak para cendekiawan muslim merumuskan konsep pendidikan Islam.
Dalam Islam, istilah pendidikan sering digunakan Tarbiyah dan Ta’lim. Perguruan tinggi Islam yang membuka jurusan keguruan, familiarnya dengan Fakultas Tarbiyah. Penggunaan istilah Tarbiyah dan Ta’lim dirasa kurang mewakili makna pendidikan yang sejatinya, salah seorang ilmuan muslim Syed Naquib al-Attas lebih menyukai penggunaan Ta’dib untuk pendidikan Islam.
Menurut Syed penggunaan Ta’dib untuk pendidikan ini timbul karena dengan berbekal pemahaman yang utuh, komprehensif, tentang pendidikan. Terlebih pemahaman pendidikan yang selaras dengan Islam, dari sana segala hal yang terkait tentang pendidikan, baik Tujuan, strategi, metode dan unsur-unsur pendidikan lainnya mencerminkan pandangan pendidikan yang lebih pas dan sesuai seharusnya pendidikan. Dengan penggunaan istilah Ta’dib, Syed Naquib al-Attas berupaya merekonstruksi pemahaman pendidikan yang selama ini terabaikan.
Konsep Ta’dib Naquib al-Attas
Syed Muhammad al Naquib bin Ali bin Abdullah bin Muhsin Al Attas lahir 5 September 1931 di Bogor, Al-Attas sebagai guru besar di International Institute of Islamic Thoughts and Civilization (ISTAC) yang berbasis di Malaysia. Al-Attas salah satu tokoh agamawan yang berakar pada ilmu-ilmu Islam tradisional juga kompeten dalam teologi, filsafat, metafisika, sejarah sastra sehingga tidak ayal lagi dia telah menulis dua puluh tujuh karya otoritatif tentang berbagai aspek pemikiran Islam dan peradaban, terutama pada tasawuf, kosmologi, metafisika, filsafat dan bahasa Melayu dan sastra.
Gagasan-gagasannya tentang pendidikan Islam dapat kita baca lewat buku Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas karya Wan Mohd Nor Wan Daud. Sebuah buku tentang konsep pendidikan yang ideal. Syed al-attas menekankan Maksud dan tujuan pendidikan bahwa Negara atau pekerja yang baik dalam sebuah Negara sekuler tidak sama dengan manusia yang baik; sebaliknya manusia yang baik sudah pasti seorang pekerja dan warga Negara yang baik. Tujuan pendidikan Islam tiada lain menciptakan manusia yang baik.
Penekanan pendidikannya adalah nilai-nilai manusia sebagai manusia sejati, sebagai warga kota, sebagai warga Negara dalam kerajaannya yang mikro, dan sebagai sesuatu yang bersifat spiritual. Pendidikan bukan semata berdasarkan kegunaannya bagi masyarakat, Negara, dan dunia. Nilai manusia yang bukan sebatas entitas fisik yang diukur dalam konteks pragmatis dan utilitarian berdasarkan kegunaannya bagi Negara, masyarakat dan dunia.
Al-Attas mengatakan bahwa orang yang terpelajar adalah orang baik. Dalam artian baik yang menyeluruh, yang meliputi kehidupan spiritual dan material seseorang, yang berusaha menanamkan kualitas kebaikan yang diterimanya. Al-attas menyebut orang yang benar-benar terpelajar menurut persfektif Islam didefinisikan sebagai orang yang beradab.
Dalam uraiannya yang lebih dalam pendidikan menciptakan manusia yang beradab ada dalam pengertian yang komprehensif yang menekankan pada adab. Adab adalah cakupan suatu pengenalan dan pengakuan mengenai tempat secara benar dan tepat, dalam pencapaian kualitas, sifat-sifat, dan perilaku yang baik untuk mendisiplinkan pikiran dan jiwa.
Adab mensyaratkan ilmu pengetahuan dan metode mengetahui yang benar agar mampu menjaga mansuia dari kesalahan. Ilmunya adalah yang dapat mendorong lahirnya perilaku mulia ini adalh kebijaksanaan (hikmah) yang menghasilkan keadilan pada diri individu dan masyarakat serta Negara.
Dengan merujuk kepada sebuah hadis, “Tuhan telah mendidikku (addabini), maka sangat baiklah mutu pendidikan ku”. Addabani secara literal berarti telah menanamkan adab pada diriku. Sehingga arti hadis tersebut, “Tuhan telah mendidikku dan menjadikan pendidikanku sebaik-baik pendidikan”. Dalam artian hadis yang lebih luas lagi, “Tuhanku telah membuat aku mampu mengenal dan mengakui, dengan adab yang ditanamkan-Nya dalam diriku, tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu dalam susunan penciptaan, sehingga adab tersebut membawa kepada pengenalan dan pengakuan terhadap tempat-Nya yang sebenarnya dalam susunan being dan eksistensi dan dengan ini Dia menjadikan pendidikan sesuatu yang sangat baik”.
Selanjutnya al-Attas mendefinisikan, Adab adalah pengenalan dan pengakuan terhadap realitas bahwasanya ilmu dan segala sesuatu yang ada terdiri dari hirarki yang sesuai dengan kategori-kategori dan tingkatan-tingkatannya, dan bahwa seseorang itu mempunyai tempatnya masing-masing dalam kaitannya dengan realitas tersebut dan dengan kapasitas serta potensi fisik, intelektual dan spiritual.
Al-Attas menggunakan konsep ta’dib sebagai konsep yang tepat untuk pendidikan Islam, ia lebih lanjut mengatakan, “Struktur konsep ta’dib sudah mencakup unsure-unsur ilmu (‘ilm), instruksi (ta’lim), dan pembinaan yang baik (tarbiyah), sehingga tidak perlu lagi dikatakan bahwa konsep pendidikan Islam itu adalah sebagaimana yang terdapat dalam tiga serangkai konotasi tarbiyah-ta’lim-ta’dib”.
Menurutnya terminology Ta’dib sendiri sebagai istilah pendidikan telah dipakai oleh para tokoh sufi. Para tokoh sufi yang menonjol dalam pengembangan pribadi Islam melalui pengembangan indera, akal, dan moral. Menggunakan Ta’dib dengan menekankan sebagai bagian daripada proses pendidikan, adab seorang pelajar muslim dan kelompok professional seperti hakim, jaksa, politisi, perwira militer, musikus, guru, dan pelajar menjadi kesatuan yang tak terpisahkan.
Naquib al-Attas mengatakan, setidaknya ada tujuh konsep dalam pendidikan. Pertama, konsep din (agama). Kedua, konsep insan (manusia). Ketiga, konsep ilmu dan makrifat. Keempat, konsep hikmah (kebijakan). Kelima, konsep keadilan. Keenam, konsep amal dan adab. Ketujuh, konsep kuliyyah jami’ah (perguruan tinggi).
Dalam Metodologi pendidikan menurutnya memiliki satu tujuan, yakni Islamisasi dari tubuh, pikiran dan jiwa yang berpengaruh pada kehidupan pribadi dan kolektif Muslim serta yang lain, termasuk spiritual dan lingkungan non-fisik manusia.
Al-Attas menulis dalam bukunya Risalah untuk kaum Muslimin, “Orang yang baik itu adalah orang yang menyadari sepenuhnya akan tanggung jawab dirinya kepada Tuhan yang haq, yang memahami dan menunaikan kewajiban terhadap dirinya sendiri dan orang lain yang terdapat dalam masyarakatnya, yang selalu berupaya meningkatkan setiap aspek dalam dirinya menuju kearah kesempurnaan sebagai manusia kearah kesempurnaan sebagai manusia yang beradab”.
Konsep ta’dib yang diusung oleh Naquib al-Attas ini dapat mudah kita pahami jika kita merujuk pada gagasannya secara keseluruhan. al-Attas satu diantara para cendekiawan muslim terkemuka dalam upayanya, Islamisasi ilmu pengetahuan. Baginya Islamisasi sebenarnya berangkat dari asumsi bahwa ilmu pengetahuan itu tidak bebas dari nilai atau netral, sehingga pemahama ta’dib mengajak kita memahami islamisasi ilmu pengetahuan. Al-Attas mengenalkan ta’dib ini sebagai konsep yang asli, integral, komprehensif dan merupakan framework yang kokoh bagi teori dan praktek pendidikan Islam kita.
Islamisasi ilmu pengetahuan
Istilah Islamisasi ilmu dalam bahasa Arab disebut “Islamiyyat al-Ma’rifat”, dalam bahasa Inggrisnya “Islamization of Knowledge”. Upaya Islamisasi ilmu pengetahuan dilakukan para tokoh ilmuwan Islam seperti Syed Hussein Nasr, Syed Muhammad Naquib al-Attas, Jaafar Syeikh Idris, Ismail Raji Al-Faruqi, Fazlur Rahman, dan beberapa ilmuwan Islam di Indonesia yang telah berjasa, meletakan dasar-dasar islamisasi ilmu di zaman modern.
Penganjur Islamisasi ilmu pengetahuan lainnya yang terkenal adalah Syed Muhammad Naquib al-Attas. Menurut Al-Attas, Islamisasi ialah “pembebasan manusia, mulai dari magic, mitos, animisme dan tradisi kebudayaan kebangsaan, dan kemudian dari penguasaan sekuler atas akal dan dan bahasanya”. Al-Atas menegaskan bahwa Islamisasi diawali dengan Islamisasi bahasa dan ini dibuktikan oleh al-Qur’an ketika diturunkan kepada orang Arab. Dalam proses Islamisasi ilmu melibatkan dua langkah utama: Pertama, proses mengasingkan unsur-unsur dan konsep-konsep utama Barat dari ilmu tersebut; Kedua, menyerapkan unsur-unsur dan konsep-konsep utama Islam kedalamnya.
Para penggagas islamisasi ilmu pentahuan lainnya, Syed Husein Nasr, tokoh pertama dalam pembicaraan wacana baru tentang ilmu pengetahuan dan Islam, seorang sarjana falsafah dan sarjana sains Islam kelahiran Teheran, Iran, tahun 1933. Ia mengutarakan perlunya usaha Islamisasi ilmu modern. Beiau meletakan asas untuk konsep sains Islam dalam aspek teori dan pratikal melalui karyanya Science and Civilization in Islam (1968) dan Islamic Science (1976).
Sementara Ismail Raji al-Faruqi pendiri International Institute of Islamic Thought (IIIT) di Washington tahun 1981 dalam bukunya yang terkenal, “Islamization of Knowledge”, (1982) menganjurkan pendekatan perbandingan antara sains modern dengan khazanah Islam. Lembaga yang didirikannya yakni IIIT aktif mempromosikan program-program Islamisasi pengetahuan ke berbagai belahan dunia.
Maurice Bucaille melalui bukunya “La Bible, le Coran et la Science” (Bibel, Qur’an dan Sains Modern) turut serta menambahkan dalam wacana Islamisasi ilmu pengetahuan. Maurice Bucaille melakukan apa yang disebut I’jazul Qur’an yakni mencari kesesuaian penemuan ilmiah dengan ayat Al-Qur’an. Namun mengingat penemuan ilmiah yang mengalami perubahan di masa depan, cara Maurice Bucaille kerap mendapatkan kritikan, yang bila terjadi perubahan pada penemuan itu berarti Al-Qur’an juga bisa berubah.
Naquib al-Attas yang pertama kali mampu memberi penjelasan yang sistematik secara konseptual tentang islamisasi pendidikan. Islamisasi sains dan Islamisasi Ilmu. Al-Attas telah melahirkan ide-ide beliau pada satu persidangan pendidikan yang sangat penting dalam sejarah umat Islam kontemporer, yaitu Persidangan Pertama Pendidikan Islam Sedunia di Makkah pada 1977. Persidangan itu berhasil mengumpulkan 313 sarjana dan pemikir Islam dari seluruh pelosok dunia
Dengan konsep Ta’dib sebagai konsepsi islamisasi pendidikan dalam rangka mempertemukan integrasi yang lebih baik antara ilmu agama dan ilmu umum. Sebuah konsepsi dan prakteknya oleh ummat Islam. Ta’dib menunjukkan sebuah konsep pendidikan yang terbaik dapat memecahkan beberapa krisis yang terjadi pada pendidikan barat modern. Karakter-karakter manusia di dalamnya.
Ta’dib dan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter mengemuka menjadi isu utama di dunia pendidikan saat ini, terlebih di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional. Merujuk UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa fungsi pendidikan adalah membentuk watak serta peradaban bangsa, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia. Hal ini bisa jadi sebagai reaksi dan kekhawatiran bersama atas kondisi pendidikan di Indonesia yang justru banyak melahirkan manusia cerdas namun bermoral rendah.
Pendidikan yang menghargai keunikan individu, serta menekankan kesadaran karakter dirinya sebagai manusia. Hal ini sesuai yang ditegaskan Al-Attas dalam Filsafat pendidikannya sangat jelas menekankan kepada pengembangan individu. Individu yang kebersamaan dengan itu sebagai bagian dari sosial dalam upaya pengembangan dirinya.
Lebih lanjut al-Attas mengatakan, “Ketika kami menyatakan bahwa tujuan dari pada ilmu pengetahuan adalah melahirkan manusia yang baik, bukanlah berarti bahwa kami tidak bermaksud untuk melahirkan masyarakat yang baik, sebab masyarakat adalah terdiri daripada individu, maka melahirkan seseorang akan melahirkan masyarakat yang baik. Pendidikan adalah –pembuat- struktur masyarakat”.
Al-Attas menekankan pendidikan dalam rangka manusia beradab adalah invidu yang sadar sepenuhnya akan individualitasnya dan sadar akan hubungannya yang tepat dengan dirinya, tuhannya dengan masyarakat dan dengan alam yang nampak maupun yang ghaib.
Al-Attas selanjutnya memberikan ilustrasi betapa Adab hadir dalam berbagai tingkat pengalaman manusia. pertama, Adab terhadap diri sendiri. Bermula ketika seseorang itu mengakui bahwa dirinya terdiri dari dua unsure, yaitu akal dan sifat-sifat kebinatangannya, maka ia sudah meletakkan keduanya pada tempat yang semestinya dan oleh sebab itu dia telah meletakkan dirinya pada tempat yang benar. kedua, adab dalam kontek ilmu, berarti ketertiban budi yang mengenal dan mengakui hirarki ilmu berdasarkan kriteria tentang tingkat-tingkat keluhurusan dan kemulian. Kita mengenal fardhu ‘ayn (kewajiban bagi dirinya) dan fardhu kifayah (kewajiban bagi masyarakat) yang berarti bahwa segala sesuatu yang berisi petunjuk kehidupan jauh lebih mulia dari segala sesuatu yang yang dipakai dalam kehidupan. Sebagai konsekuensinya adab terhadap ilmu pengetahuan akan menghasilkan cara-cara yang tepat dan benar dalam belajar dan penerapan berbagai bidang sains bagi kehidupan. Dengan kerangka ini maka rasa hormat terhadap guru sebagai salah satu wujud langsung dari adab terhadap ilmu pengetahuan. ketiga, adab berkaitan dengan alam, berarti pendisiplinan akal dalam berhubungan dengan susunan tingkatan yang menjadi karakter alam semesta sehingga seseorang itu bisa membuat keputusan yang tepat tentang nilai-nilai yang sejati dari segala sesuatu baik dalam kontesnya sebagai tanda-tanda Tuhan, sumber ilmu pengetahuan dan segala sesuatu yang berguna untuk perkembangan rohani dan jasmani manusia. Adab pada alam dan lingkungan berarti pula bahwa seseorang itu melettakkan tumbuh-tumbuhan, batu-batuan, gunung, sungai, lembah dan danau, binatang dan habitat-habitatnya pada tempat-tempat yang sebenarnya. Keempat, adab terhadap bahasa, berarti pengenalan dan pengakuan adanya tempat yang benar dan tepat untuk setiap perkataan, baik tulisan maupun percakapan sehingga tidak menimbulkan kerancauan dalam makna, bunyi dan konsep. Keempat, adab pada alam spiritual, adab berarti pengenalan dan pengakuan terhadap tingkat-tingkat keluhuran yang menjadi sifat alam spiritual, pengenalan dan pengakuan terhadap berbagai maqam spiritual berdasarkan ibadah, disiplin spiritual dengan benar memprioritas spiritual dan akal dari pada fisik.
Tak ayal lagi, Konsep ta’dib dalam kontek pendidikan yang baik tidak bisa dilepaskan kemanfaatannya dan sangat berhubungan dengan kata-kata kunci dalam pandangan hidup Islam, seperti kebijaksanaan (hikmah) dan keadilan (adl), realitas dan kebenaran (haqq). Ta’dib sebagai konsep Pendidikan Islam, pendidikan karakter manusia-manusianya, agar lebih beradab dan manusiawi.
Gagasan-gagasan Naquib al-Attas tentang Ta’dib tiada lain konseptualisasi pendidikan Islam. Mempraktikkan gagasan Islamisasi Ilmu pengetahuan dalam pendidikan. Manusia-manusia baik yang layak menghuni bumi. Sebuah upaya mengungkap makna ta’dib bagi pendidikan agar menjadi arah dan bahan dalam rangka membangun pendidikan karakter manusia Indonesia.
Dijumput dari: http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/08/mengungkap-makna-tadib-al-attas-bagi-pendidikan/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar