Goenawan Mohamad
http://majalah.tempointeraktif.com/
ON THE SOCIOLOGY OF ISLAM ceramah-ceramah Ali Shari’ati, diterjemahkan ke bahasa Inggris dengan pengantar Hamid Algar, Mizan Press, Berkeley, 1979, 125 halaman.
TIAP revolusi di abad ini nampaknya dituntut untuk punya pemikir. Pada revolusi Oktober di Rusia 1917, kita melihat Marx serta Lenin. Kemudian, di Cina, Mao. Maka bila di Iran terjadi revolusi, siapa gerangan yang jadi sang filosof dan ideolog?
Dengan niat membantah, atau tak hendak percaya, bahwa revolusi Iran hanya letupan kekolotan kaum mullah yang menentang “modernisasi” Syah Iran, seorang cendekiawan Iran pun disebut-sebut. Dia adalah Ali Shari’ati.
Di hari-hari permulaan revolusi Iran menggemuruh, seolah sudah jadi keharusan para wartawan asing dan pengamat luar (yang bersimpati kepada revolusi) untuk menyebut-nyebut nama itu. Ali Shari’ati sendiri telah meninggal di tahun 1977.
Ada anggapan kuat di antara para pengagumnya bahwa ia mati, dalam umur 44 tahun, karena dibunuh agen Savak, organisasi mata-mata Syah Iran yang ditakuti itu. Ada juga dugaan bahwa sebenarnya ia kena serangan jantung, di Inggris.
Apa pun sebabnya, tokoh yang dikubur di Damaskus, Suriah, ini–di dekat sebuah makam tokoh sejarah Syi’ah -adalah anak dunia Islam sekarang: ketika kaum intelektual berhadapan dengan ketidakbebasan, bahkan penindasan, dan ketika pemikiran Islam berhadapan dengan hegemoni Barat.
Kepicikan
Shari’ati lahir di desa di dekat Sabzavar (600 km di agak timur laut Teheran), di tahun 1933. Dia dididik ayahnya sendiri, seorang guru dan mujahid penting di Mashhad. “Ayahku membentuk dimensi-dimensi pertama rohaniku. Dialah yang mengajariku pertama kali seni berpikir dan seni menjadi manusia,” tulisnya kemudian.
Kedua “seni” itu ternyata kemudian penting baginya. Dia masuk Fakukas Sastra Mashhad di tahun 1956, lalu belajar ke Paris. Ketika kembali dari Paris di tahun 1964, dia ditangkap pemerintah. Beberapa waktu kemudian dia bebas, dan diangkat jadi pengajar di Universitas Mashhad, almamaternya, di kota yang terletak 800 km di timur Teheran itu. Tapi tak lama.
Hamid Algar, yang memberi pengantar untuk buku itu, menyebut bahwa universitas itu menolak Shari’ati, ketika kuliah-kuliahnya memikat banyak mahasiswa. “Pendek-pandangan, kepicikan, rasa iri dan dengki bergabung menghalangi jalannya,” tulis Algar.
Mungkin Algar berlebihan: biografi Shari’ati yang diikhtisarkannya di bagian awal buku ini terlalu bersantan kental dengan pujian. Betapa pun, kepicikan dan rasa iri, juga permainan kekuasaan, bukan hal asing di dunia akademi, dan Shari’ati sendiri nampaknya memang tokoh yang menantang.
Bagaimana sebenarnya pemikiran Shari’ati? Islam sudah tentu jadi dasar pertama–meskipun harus dicatat, bahwa dia tak selalu satu pojok dengan kaum ayatullah. Dia misalnya menyebut para ulama yang tak mengenal- zaman kini sebagai bi zaman, ali. orang-orang yang tak berwaktu.
Dia, menurut Shah rough Akhavi dalam buku Religionan Politics in Contemporary Iran (Stat University of New York Press, 1980), punya jago dalam diri tokoh seperti Muhammad Abduh, pembaharu Islam dari Mesir itu, dan Muhammad Iqbal, sang penyair dan pemikir dari Punjab.
Tak heran bila banyak ulama tak menyukainya. Terutama ketika Shari’ati memberi kesan bahwa ia menuduh kekolotan dan kepasrahan ulama itulah yang menyebabkan imperialisme Barat menang. Satu tuduhan yang tidak baru dan tidak orisinal. Namun dari sini nampak, betapa Shari’ati–dalam konteks keyakinan Syi’ah — menjangkau jauh ke luar.
Ia misalnya menyebut, sebagai contoh semangat demokrasi dalam Islam, cara pemilihan khalifah stelah Nabi wafat. Sudah tentu bagi kaum ulama Syi’ah ini tak benar: bagi mereka khalifah yang sah adalah Ali, berdasarkan keturunan.
Michael M.J. Fischer, dalam Iran, From Religious Dispute to Revolution bahkan membuat satu tabel khusus tentang “kesalahan” Shari’ati menurut sebagian mullah. Di antaranya ketika ia menganggap Sultan Saladin sebagai pahlawan. Bagi sebagian mullah, Saladin justru musuh yang membakari buku dan membunuhi orang Syi’ah.
Ayatullah Khomeini
Shari’ati, kemudian, disebut-sebut telah mengoreksi kembali pandangannya yang tak cocok dengan para ulama. Tapi jika kita baca On the Sociology of Islam, yang terdiri dari delapan ceramahnya dan mencerminkan pikiran pokok Shari’ati, nampak masih jauh agaknya jarak antara dia dan kaum ulama yang pegang peranan di Iran.
Hamid Algar sama sekali tak menyebut kaitan ide Shari’ati dengan Ayatullah Khomeini, tapi dari Akhavi kita tahu bahwa kontak antara mereka praktis nol. Persamaan mereka terutama ialah nasib dalam menghadapi’tekanan despotisme Syah, dan dalam seruan perlunya keterlibatan politik orang yang beriman. Tapi sementara itu, perbedaan mereka bisa besar skali.
Dalam “Manusia dan Islam” (Insan va Islam) Shari’ati mengatakan, agama perlu bicara dalam lambang dan imaji-imaji, agar “dapat dimengerti dengan berkembangnya pikiran manusia dan ilmunya” Dengan kata lain, agar ia bisa selalu ditafsirkan kembali sesuai dengan generasi yang ada.
Khomeini, sebaliknya, cenderung menghindari hal itu dalam konsep pemerintahan Islamnya, parlemen tak punya fungsi legislatif. Alasan: semua hukum yang perlu sudah diletakkan oleh Nabi dan para imam. Shari’ati tak ayal lagi seorang humanis: seperti Iqbal, ia menganggap Islam sebagai agama yang memberi manusia kemerdekaan. Manusia wakil Allah di bumi. Ia bertanggungjawab atas nasibnya-sendiri, “karena ia punya kemauan bebas”.
Demikianlah dalam Islam, kata Shari’ati, “manusia tak merendah di depan Tuhan, sebab ia adalah partner-Nya.” Yang agak kurang jelas bagi saya ialah, di manakah Shari’ati meletakkan tekanannya ketika ia berbicara tentang “manusia” itu: kepada individu, atau kelas sosial, atau kesatuan yang lain.
Dalam Ravish-i Shinakht-i Islam, yang diceramahkannya di tahun 1968, ia menyebut kata al-nas dalam Qur’an. Menurut dia, makna kata ini ialah “massa”. Baginya Islam adalah “mazhab pemikiran sosial pertama yang menganggap massa sebagai basis, faktor yang asasi dan yang sadar dalam menentukan sejarah dan masyarakat.” Bukan aristokrasi, bukan tokoh-tokoh besar, bukan kaum rahib ataupun intelektual, melainkan massa.
Mencari Harmoni
Tapi sementara itu toh Shari’ati menyebut–dalam ceramah yang sama-bahwa Islam menghendaki baik tanggungjawab masyarakat manusia maupun tanggungjawab individu-individu yang membentuk masyarakat itu. Untuk yang terakhir ini ia bahkan mengutip Qur’an surat 74 ayat 38. Agaknya ia, seperti banyak pemikir lain di abad ini, mencoba mencari harmoni antara tekanan pada individu dan pada kolektivitas. Tapi kenapa ia bicara dengan begitu tegas tentang “massa”?
Kesan saya ialah, seperti banyak cendekiawan Dunia Ketiga di zamannya, bahasa Shari’ati adalah bahasa kaum revolusioner Marxis, meskipun isi pikirannya baru satu ekspresi pencarian identitas. Dia mengagumi Franz Fanon, orang Martinique yang jadi warga Aljazair, menulis Les Damnees de la Terre dan jadi buah bibir para intelektual kiri di Paris.
Dan agaknya dalam cuaca revolusioner itu pula, apalagi dengan keadaan Iran yang gemerlapan palsu di bawah Syah, Shari’ati mengambil Abu Dharr Ghiffari sebagai tokoh idealnya dari sejarah Islam. Abu Dharr Ghiffari, salah satu sahabat Nabi, memang lambang kaum komunis dan sosialis di negeri-negeri Islam di Timur Tengah.
Dikatakan bahwa dialah yang menganjurkan orang mukmin membelanjakan hampir seluruh hartanya, untuk ibadat. Shari’ati memilih tokoh ini sebagaimana ia memilih tokoh Abil dalam riwayat Adam: baginya Abil adalah lambang manusia sebelum ada sistem milik pribadi.
Benarkah itu suatu jalan pikiran Islam, seperti dibayangkan kaum bazaari dan kaum mullah, entahlah. Dan adakah dengan itu Shari’ati bisa menawaran Islam bukan sebagai ideologi totalit, juga belum bisa dijawab. Dia mati muda. Dia tak sempat melihat revolusi terjadi dan menyaksikan banyak kata-kata revolusioner kian jadi kabur, berlumur darah.
___________10 Oktober 1981
Dijumput dari: http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1981/10/10/BK/mbm.19811010.BK51374.id.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar