21/03/12

Menulis Puisi Itu Berbahaya!, bincang-bincang dengan Sosiawan Leak

Yudhi Herwibowo, Han Gagas
http://pawonsastra.blogspot.com/

Menemui Sosiawan Leak di rumahnya yang menyudut, lengang, karena agak terpencil menciptakan keintiman yang gayeng. Malam telah turun lebih sempurna, beserta Yudhi Herwibowo, saya menemui di lantai atas rumahnya yang bermotif etnik dan lapang. Sebelumnya seorang putrinya menyalami kami dengan takzim, lalu disusul anak laki-lakinya, disertai sapaan senyuman dari istri profil kita kali ini, perempuan berkerudung yang nampak habis sibuk di sebuah ruangan. Keadaan rumah yang bersih tertata rapi dengan anggota keluarga dan perilakunya yang santun lumayan menggeser persepsi awal saya tentang Mas Leak yang lebih sering nampak kusut dan kurang rapi. Begitulah Leak dimana-mana akan selalu apa adanya.

Memutuskan Sosiawan Leak sebagai profil adalah suatu perubahan bagi Pawon yang selama ini selalu mengangkat penulis perempuan, kini lebih berorientasi –setidaknya dalam waktu dekat- untuk mendekatkan pembaca Pawon pada penulis/sastrawan Solo sendiri baik laki-laki maupun perempuan.

Setelah berbincang-bincang ngalor-ngidul, tanpa alat rekam, hanya berbekal coret-coret kertas, saya mulai menyelingi dengan melemparkan pertanyaan:

Sejarah kepenyairan Anda?

Saya memulai menulis puisi sejak tahun 1987. Masa itu menulis puisi berbahaya.

Kenapa berbahaya?

Puisi-puisi saya adalah berusaha menangkap apa yang terjadi di masyarakat, kahanan sejatine, ada ketidakberesan di negara ini oleh rezim Soeharto.

Anda seangkatan dengan Wiji Thukul yang lenyap itu?

Wiji Tukul dalam arti proses lebih dulu, ia sekitar tahun 1983. Tapi selanjutnya kita bersama-sama.

Pak Wijang?

Ada Wijang juga. Pangkat Warek Al’Mauti itu diberi oleh Rendra (terkekeh~ kami juga).

Berarti boleh dikatakan anda bertiga seangkatan dan yang paling menonjol?

Sebenarnya banyak juga yang ingin bahkan bercita-cita menjadi penyair, sok nyair, dengan gaya yang aneh, perilaku yang tak biasa tapi esensinya tak ada, karya tak berisi, dulu seorang penyair terasa hebat di Jaman Soeharto apalagi di kalangan mahasiswa, tapi sebenarnya yang penyair dengan muatan karya yang baik amat jarang.

Perjalanan anda baik sebagai penyair, aktor, maupun sutradara?

Saya pernah jadi aktor di kelompok Teater Gidag-Gidig (Solo), TERA (Teater Surakarta), Teater Keliling (Jakarta), Wayang Suket (Solo). Di teater keliling ini saya bermain di perusahaan-perusahaan minyak. Saat itu gajinya besar sehingga bisa untuk menutup biaya kuliah saya.

Untuk drama saya pernah menulis lakon dan menyutradarai-nya untuk Teater Peron dan Thoekoel. Sejak tahun 1998 membentuk dan menjadi sutradara Kelompok Tonil Klosed (Kloearga Sedjahtra).

Sebagai penyair, pernah diundang di beberapa event sastra nasional, seperti “Konggres Sastra Indonesia” di Kudus, “Temu Sastrawan Indonesia” di Jambi, Revitalisasi Budaya Melayu di Tanjung Pinang, Festival Kebudayaan Aceh, Ubud Writers & Reader Festival dll. Puisi telah dimuat di berbagai media dan antologi event sastra, di samping ada yang terkumpul dalam “Umpatan” (1995), “Cermin Buram” (1996) dan “Dunia Bogambola” (2007).

Juga ber”Deklamasi Keliling” Jawa Tengah & Jawa Timur (1994), serta “Deklamasi Keliling Sumatra” (1995). Baca Puisi di Kampus & Ponpes Jawa Timur bareng WS Rendra & Brigitte Olenski (2002). Baca Puisi & Diskusi “Membaca Indonesia” dengan Martin Janskowski (Berlin, Jerman) & Dorothea Rosa Herliany di Madura, Surabaya, Solo dan Kudus (2006). Baca Puisi & Diskusi “Membaca Kota-kota” bersama Martin Janskowski (Berlin, Jerman) di Pati, Yogja, Semarang, Purwokerto, Wonosobo, Indramayu, Kediri dan Surabaya (2008). Baca Puisi & Diskusi “ JOHAN WOLFGANG von GOETHE, Perintis Dialog Islam-Barat” menyertai Berthold Damhauser (Bonn, Jerman) & Dorothea Rosa Herliany di Kudus, Semarang, Solo dan Magelang (2010).

April 2002 saya diundang di “Festival Puisi Internasional Indonesia “ yang diselenggarakan di Makassar, Bandung & Solo. Lalu, Mei 2003 diundang di Festival Puisi Internasional “The Road” (Bremen, Jerman). Saat itu pula diminta Universitas Hamburg & Universitas Passau (Jerman) untuk baca puisi dan menjadi narasumber diskusi.

Bulan Februari 2010, saya membuat “atisejati”, kelompok musik yang berpijak pada eksplorasi bentuk musik akustik dan kekuatan lirik.

Lebih enjoy mana drama-teater dibanding puisi?

Puisi, saya enjoy karena lebih leluasa dan terlunaskan. Dalam drama dan teater bila ada satu aktor tak datang kita akan ribet dan terganggu kerjanya. Pekerjaan bersama terkadang tidak lunas. Tapi puisi selalu melunaskan segala hal.

Saya jadi ingat Mas Timur dengan pakaian kebesarannya, atau Mas Rendra dengan gaya pesoleknya, Wijang juga dengan baju kepenyairannya yang berwarna kotak-kotak hitam putih itu, atau Afrizal Malna yang pelontos, lalu melihat anda gondrong. Apa-kah seorang penyair memang berciri khas masing-masing dalam arti fisik?
Saya gondrong lebih karena balas dendam. Orang tua melarang gondrong, jadi awalnya karena itu. Lagi pula saya ketika bercermin, nampak lebih ganteng dengan rambut panjang ini (terkekeh lagi)

Masa Mas Leak dulu sampai sekarang dengan bangunnya sastra di Solo sekitar satu dekade. Ada jeda yang kosong, bagaimana anda memandang hal ini?

Saya tidak merasa bahwa regenerasi, penyemaian dalam arti harus nyantrik, ngenger, belajar dengan rutin dan formal untuk orang lain yang ingin belajar berpuisi adalah sebuah kewajiban. Bahkan pada keluargapun saya sterilkan dari dunia sastra. Ketika saya menulis ada istri atau anak yang melihat saya stop atau menyuruhnya pergi. Saya tak mengajak anak sulung saya kemana-mana belajar berpuisi, berkenalan dengan sastrawan besar untuk koneksitas misalkan, saya tak melakukan itu, hal yang sangat lazim dilakukan oleh orang lain terutama dalam seni tradisi. Berpuisi menurut saya adalah pilihan sadar seseorang, dan bagi saya habis aqil balik anak saya boleh berpuisi seperti bapaknya. Jadi saya tak bisa semena-mena menarik anak ke dalam dunia saya, ini menyangkut psikologi dia. Tapi, walau saya sterilkan, saya pernah melihat puisinya di mading sekolahnya SMP Al Islam yang menurut saya cukup baik. Ia juga suka menggambar.

Saya pernah melihat Mas Leak pentas di Teater Arena TBS membawakan puisi yang telah anda “naiki” hingga ke Jerman, boleh cerita?

Puisi itu berjudul Phobia, kucipta tahun 2003. Mas Willy (panggilan Rendra) menyukai puisi itu dan karenanya menyebutku sebagai Penyair Gelombang Baru, baru dalam arti membawa tema keterasingan manusia akibat perkembangan teknologi komunikasi yang teramat cepat dan mewabah.

Boleh cerita awal mula perjalanan anda ke Jerman?

Sebelumnya saya sudah sering main ke kantung-kantung kesenian, pada tahun 2002-2003 saya sering diundang ke Jakarta membacakan sajak dan monolog di gedung kesenian, kadang juda sama Mas Arswendo. Sering ketika di Jakarta saya tidur di Bengkel Teaternya Mas Willy yang di masa-masa itu ada kegiatan Poetry On The Road di Bremmen Jerman atau festival sastra Internasional. Ada beberapa nama penyair nasional seperti Joko Pinurbo, Afrizal Malna, Soetardji, dan lain-lain juga Matori Al-elwa. Saya dan Matori inilah yang diadu dan dari sekian penyair itu justru saya yang terpilih ke sana yang akhirnya berlanjut hingga sekarang.

Kenapa anda terpilih?

Muatan puisi saya dan hukum panggung yang saya jalankan dengan baik. Puisi itu ya yang ada di buku, tapi kalau di panggung ya harus menguasai hukum panggung dengan baik. Sebagaimana novel yang difilmkan. Isi novel dengan film yang berdasar novel itu bisa dan boleh saja berbeda. Puisi di buku dengan puisi di panggung bisa menjadi berbeda karena biar ngeh di hadapan penonton dalam rangka menguasai hukum panggung itu.

Melihat perkembangan puisi sekarang dibanding jaman anda dulu?

Puisi-puisi sekarang saya amati memang lebih bernas tapi tidak macth dengan kehidupan. Penyair menurut saya harus nyemplung dalam masyarakat. Puisi-puisi sekarang banyak berbahan baku dari buku, televisi, dan internet. Saya lebih berbahan baku kahanan dengan jalan lelaku, laku rasa. Kahanan adalah bahan baku utama, nomer satu, sedang buku, televisi dan internet itu yang kedua. Nyemplung ke masyarakat menghirup fenomenanya, rentetan kejadian, keluh kesahnya, pikiran-pikirannya juga alam raya ini yang sudah tak lagi bisa terprediksikan. Masa hujan masih berlangsung hingga bulan Juni padahal dalam teori April-Oktober harusnya sudah kemarau, seperti itu.

Saya merasa karya penulis puisi Solo masih kalah jauh dengan penulis puisi kota lain terutama Jogja dan Makasar, ini bisa dilihat setidaknya di koran minggu. Apa komentar anda?

Saya juga merasa demikian, tapi saya tak khawatir, mungkin memang ada jalan lain. Tapi melihat kondisi sastra yang ramai beberapa tahun terakhir ini juga para penyairnya itu adalah perjalanan yang benar mungkin yang perlu diperdalam adalah kepekaan membaca kahanan tadi. Melalui koran dan buku itu jalan yang benar, saya juga menempuhnya. Kadang ingin puisi saya dimuat koran ya seperti absen gitu, artinya seperti untuk memenuhi keinginan publik.

***

Sosiawan Leak lahir di Solo, 23 September 1967 dengan nama Sosiawan Budi Sulistio. Ia merampungkan kuliah di Administrasi Negara FISIP UNS Solo tahun 1994. Leak adalah panggilan dari teman-temannya ketika SMA karena bakat alaminya sebagai adventourir, mengelana, hingga beberapa kali ke Bali dengan nggandhul truk, dll.

Setelah mewawancarai beliau, saya dimintanya membuka blog kalau-kalau saya memerlukan hal lain. Benar juga, dalam blognya saya menemukan naskah lakon yang sangat sungguh asyik, banyolan-banyolannya nyentrik dan sebagian besar orisinil. Penyair yang suka bercocok tanam ini memang bergaul dengan semua model orang, tak terbatasi segmen apapun, bila dia disuruh memilih dia akan lebih menyukai bergaul dengan masyarakat lumrah, dan bukan dari kalangan sastrawan –yang pusingnya sama, katanya- dan dari hasil pergaulannya sangat jelas tampak, minimal, dalam lakon-lakon yang ia tulis dengan jernih, memikat, dan apa adanya.

Di blognya pula ada kisah menarik tentang perjalanannya selama di Jerman yang serba teratur dan penuh pelayanan terbaik yang didibandingkannya dengan Indonesia yang serba semrawut dan sangat merugikan konsumen.

Jika anda ingin lebih memperdalam mengenai profil kita kali ini atau kurang puas dengan sajian wawancara dan profil tulisan saya ini, silakan mengunjungi Blog Sosiawan Leak dan facebooknya.

Han Gagas, 7 Juni 2010

Beralas Sajadah Kutulis Puisi
Sosiawan Leak

timpuh di sajadah
kutulis sajak
tentang pelacuran,
pornografi dan kehidupan malam.
tapi tidak ada mesias apalagi tuhan
kitab suci terbakar bersama tembakan
dan huru hara kartun nabi.
timpuh di sajadah
kutulis sajak
tentang mata anakku yang terpejam
kecapaian di tengah malam
entah karena mimpi atau lantaran permainan siang hari
tentang wajah ibunya yang dirajang-rajang usia
lantaran pekerjaan rumah, kenekalanku yang meremaja
atau kesibukan kerja.
tapi tidak ada malaikat
surga terbakar kenaikan harga
neraka menggurita di mana-mana
di tiap trafick light dan pojok kota
merdeka dan sentosa!
kaki tangannya menjelma tuhan, nabi, kitab suci
juga malaikat dan surga
bahkan juga puisi, timpuh dan sajadah ini.

Pelangi Mojosongo, Solo, Maret 2006

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita