21/02/12

Penyair dan Politikus

Yanuar Yachya
Jawa Pos, 18 Mei 2008

KETIKA eks Presiden Amerika Serikat Richard Nixon dijatuhkan dari kursi panas White House karena skandal Watergate 1974 yang menggetarkan, politikus ini berkata “Politik itu ibarat puisi….”

Selaksa tafsir tercurah dari ungkapan mendadak menjadi bijak dari mulut seorang politikus. Lalu, orang pun bisa meraba ke arah mana ungkapan itu ditujukan. Juga kepada siapa, arah labuh dari ungkapan yang bisa jadi sebuah refleksi kekecewaan itu. Ada sesuatu yang tersirat saat seorang politikus terpaksa berbicara mengenai puisi.

Seperti sebuah pesan, Nixon melontarkan kata-kata itu sebagai garis bawah tebal bahwa ungkapan politik memang menggetarkan, bombastis, penuh kamuflase-dalam lanskap tertentu-tidak harus sama persis dengan kenyataan. Ungkapan singkat itu mungkin tidak bisa diterjemahkan Nixon secara fasih, seperti saat Pablo Neruda, politikus penyair peraih Nobel Sastra 1973 asal Cile yang sukses menerjuni dunia politik berkat kepiawaiannya berpuisi. Namun sejatinya Nixon bisa merasakan getaran-getaran tajamnya kata-kata atau ungkapan puisi.

Jika dicermati, ada insinuasi yang sama dari penganalogian politik dengan puisi. Namun, ada ruang berbeda yang menempatkan puisi dan politik pada pilah-pilah tersendiri. Tapi, sebagian besar memang, politikus lebih senang “berpuisi” ketika melakonkan makna politiknya. Yang ujung-ujungnya tak lain adalah kata kekuasaan. Saat “berpuisi” seorang politikus memainkan kerangka kata-kata dan syair, namun setiap syair dilakonkan secara akrobatik.

Jujur saja, sebenarnya tak gampang untuk menjadi penyair. Tak banyak seseorang yang “rela” mengorbankan dirinya bergelut dengan kata-kata untuk berpuisi, menghujat, memaki, mengkritik, memuji hingga merenung-renung dalam sebuah kontemplasi untuk melahirkan sebuah pemaknaan yang tak jelas tujuannya. Tak sasaran dan targetnya.

Makanya sangat sedikit penyair yang memiliki kekuatan puisi mendalam. Dalam kamus “kepenyairan”, meskipun ada perbandingan antara penyair zaman ini dengan zaman sebelumnya, setidaknya ada kekuatan yang membedakan antara penyair yang satu dengan lainnya jika dilihat dari kekuatan puisinya.

Dibedakan dalam Ilmu Sastra Tiongkok, ada tiga kekuatan chi yang menyelimuti penyair besar, yaitu chi bakat, chi idealis dan chi kata. Kekuatan-kekuatan ini bisa dilihat dari hebatnya penyair sekelas Muhammad Iqbal, penyair Urdu yang menjadi pahlawan besar bagi Pakistan. Atau di Indonesia sendiri ada penyair Chairil Anwar, yang “sekali berarti, sudah itu mati….”

Kekuatan kata-kata yang dihadirkan para penyair itu memiliki instingtif membaca situasi pada zamannya. Larik-larik puisinya begitu sugestif, patriotik dan filosofis. Zaman pada saat dia hidup menjadi jejak rekam dibenak penyair.

Tak berbeda sebenarnya dengan seorang politikus. Mereka merekam setiap jejak atau ruang politik yang ada di sekelilingnya. Bahkan, setiap jengkal napas tetangga dan temannya mereka tafsirkan sebagai tarikan napas politik. Politik ibarat sebuah peta yang berubah kapan saja. Setiap mengamati peta politik di sekelilingnya, seorang politikus harus pandai-pandai mengatur kata-kata, irama, janji-janji yang menggetarkan kawan atau lawan.

Coba cermati dan maknai dendang dikumandangkan WS Rendra ketika memainkan larikan kata-katanya. Begitu menghipnotis penikmatnya. Lalu bagaimana jika dibandingkan dengan manuver-manuver yang dimainkan Gus Dur dan Muhaimin Iskandar, sama-sama menghipnotisnya. Juga ketika manuver itu berada di tangan Amien Rais yang sedang enjoy “bersitegang” dengan SBY-JK. Yang dipisahkan antara manuver WS Rendra dan para politikus itu adalah perbedaan tradisi, namun membangun harmoni yang boleh jadi dipahami secara samar.

Banyak sekali produk-produk politikus yang menguasai segenap liku-liku yang disebut the art of politics. Tak berlebihan memang, jika sekarang, Achmady, bupati Mojokerto itu sedang memainkan puisinya untuk menggamit dua tujuan berbeda tanpa kehilangan harga dirinya. Tarik ulur untuk tetap bertahan sebagai bupati pasca-turunnya SE Mendagri yang memaksa incumbent mundur dari jabatannya jika ingin nyalon, menguatkan asumsi itu. Perlu “puisi” dan kata-kata sakti agar tetap aman sebagai bupati dan lenggang menapak Pilgub Jatim.

Di sisi lain, ada semacam permainan puisi dari politikus lawan jika dilihat dari mendadaknya penerbitan SE Mendagri yang awalnya adem-ayem saja. Siapa yang memiliki chi kuat, dia yang menang.

Atau bisa juga dicermati meradangnya peta politik secara cepat di Jombang. Bagaimana bisa terjadi yang awalnya Suyanto-Fikri tiba-tiba menjadi Suyanto-Widjono atau juga tiba-tiba Nyono-Halim hingga Mundjidah-Ikhsan. Toh awalnya adem-ayem saja. Tiba-tiba ada getaran mengagetkan, manuver-manuver mengejutkan seperti menggelegaknya sebuah “puisi” yang dimainkan politikus-politikus lokal Kota Santri itu.

Insinuasi yang sama juga sudah terasa di Kota Mojokerto yang mendekati detik-detik Oktober 2008. Bagaimana seorang Abdul Gani jauh-jauh hari sudah memancang Noercholis agar tak lari dari kepungannya. Juga bombastisnya hubungan yang diembuskan para politikus lainnya dengan Bachtiar Sukokarjadji sebagai salah satu jago yang dielus-elusnya. Atau juga getolnya Djoni Sudjatmoko yang tiba-tiba menjadi anak muda yang pemberani menerobos peta politik Mojokerto. Mengejutkan dan secara sama membuat penasaran.

Tak heran jika dalam situasi seperti ini, ada tokoh-tokoh politik lebih besar dan lebih cakap dari warna aslinya dengan munculnya manuver-manuver yang amat represif. Citra, berbeda dengan prasangka, adalah sesuatu yang seperti bayangan. Ia seakan-akan menyugestikan sebuah kenyataan dengan bagus dan memikat.

Namun, bagaimana caranya untuk bisa membedakan mana yang sesungguhnya puitis, dan mana yang benar-benar kenyataan, ketika para politikus ini selalu menyembunyikan kelemahan dan menutupinya dengan sifat-sifat unggulan dengan kepiawaiannya bersyair? Pengalaman membuktikan, indahnya puisi hanya bisa dirasakan namun sulit diterjemahkan. Yang terang hak untuk menilai kembali kepada para penonton. Karena tidak semua politikus pintar berkata-kata puitis.

Dijumput dari: http://kotamojokerto.wordpress.com/2008/05/25/penyair-dan-politikus/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita