16/02/12

Pemikiran Dan Syair-Syairnya Hamzah Fansuri

Written by Siswoyo
http://waspadamedan.com/

Hamzah Fansuri adalah seorang ulama suluk, pujangga yang menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui syair-syairnya yang sangat terkenal di abad ke 16. Seorang pengelana negeri-negeri Arab dan Parsi dalam rangka menimba ilmu, juga dijelajahinya Pahang dan Kudus.

Kitab- kitab ulama besar Parsi Jalaluddin Rami sangat mempengaruhi jiwanya. Bahkan beliau bercita-cita menterjemahkan kitab-kitab dalam bahasa Arab dan bahasa Parsi ke dalam bahasa Melayu. Setelah sekian lama melakukan pengembaraan ke berbagai negeri, Hamzah Fansuri kembali ke tanah lahirnya Barus.

Fansuri adalah Barus

Di zaman sekarang ini, kalau disebut Fansuri maka sebutan itu adalah Hamzah Fansuri. Nama Fansuri telah melekat pada Hamzah Fansuri padahal Fansuri adalah nama Wilayah Barus yang sejak zaman dulu terkenal dengan kapur barusnya.

Di Barus hidup sibur talibun dan gurindam Barus yang terkenal itu. Salah satu gurindam Barus berbunyi sebagai berikut :

Tipu Aceh gurindam Barus
Olok- olok pembayar hutang

Mungkin etnis Aceh merasa tersinggung mengenai kata “tipu Aceh”, yang dirasa seolah-olah orang Aceh itu penipu semua. Padahal sejarah membuktikan yang dimaksud dengan “tipu Aceh” adalah strategi dan diplomasi orang Aceh dalam menghadapi bangsa asing yang datang dari Barat.

Seperti menghadapi Portugis, Belanda, Inggris. Sementara itu Sultan Aceh mempunyai diplomasi yang begitu lihai dalam kegiatan dagang dengan pihak pendatang dari Barat.

Salah satu contoh strategi yang disebut “tipu Aceh” itu adalah taktik yang dilakukan oleh Teuku Umar Johan Pahlawan. Pada saat persiapan amunisinya telah berkurang dan memerlukan tambahan senjata. Teuku Umar pura-pura menyerah berpihak kepada Belanda dalam masa Perang Aceh. Setelah persenjataan dan amunisi telah banyak terkumpul, maka Teuku Umar bergabung kembali dengan pasukannya dan kembali menyerang Belanda.

Sangking enaknya orang Barus mengobrol dengan menggunakan gurindam dan pantunnya, orang yang berhutang tidak perlu membayar hutangnya. Artinya orang yang berhutang bisa lemas melalui kata-katanya yang ucapannya manis dan menawan hati.

Dada Meraxa dalam bukunya “Sejarah Kebudayaan Suku-suku di Sumut” (1973) mengungkapkan kesusastraan lisan di Barus pada masa yang lalu tumbuh dan berkembang dengan suburnya. Pantun, talibun, gurindam terdengar di mana-mana. Dalam acara perkawinan anak negeri, di kedai-kedai kopi, di lerang gunung diantara anak gembala. Bahkan di tepi laut juga terdengar diantara nelayan yang berjiwa seni.

Kias mengkias dimasukkan dalam gurindam curahan hati para remaja atau derita hidup dialirkan dalam pantun “talibun”. Yang paling disukai dimasa yang lalu hingga masa sekarang adalah satu lagu yang terkenal bernama “Sikambang”.

Hamzah Fansuri seorang ulama yang pemikiran-pemikirannya mengenai Tuhan didakwahkan dalam bentuk syair, juga mengisi syairnya dengan filsafat. Seseorang yang pernah mempelajari ilmu filsafat dapat merasakan tingginya tasauf dalam syair yang berbunyi sebagai berikut :

Banyak insan terlalu bebal
Sangkanya dunia abadi kekal
Enak matanya tidur di bantal
Segala salahnya dia tak soal
Mari segala yang mubtadi
Mencapai hakikat Muhammad Nabi
Karena ilmu pertama terjadi
Kenyataaan Maklukat dari Ilahi
Barang siapa arif mengenal
Ia sempurna bahagia
Karena ilmu itulah yang mulia
Kenyataan Tuhan selalu sedia.
Ayuhai segala bernama fakir
Amal diperbanyak ingat dan fakir
Tatkala sekarat jangan menyingkir
Itu pesuruh dari pada Amir.

Hamzah Fansuri melakukan penggembaraan ke berbagai negeri termasuk Mekah dan shalat di Kakbah mencari Tuhan. Inspirasinya yang maha kudus dilukiskannya dalam satu syair yang isinya amat mendalam.

Hamzah Fansuri didalam Mekkah
Mencari Tuhan dibait alka’bah
Di Barus di Kudus terlalu payah
Akhirnya dapat didalam rumah

Melalui syair ini jelaslah beliau seorang ulama yang tidak puas-puasnya mencari ilmu dan senantiasa merasakan Tuhan meliputi segalanya. Maka untuk mengenal Tuhan beliau bersyair sebagai berikut :

Sidang fakir empunya kata
Tuhanmu lahir terlalu nyata
Jika sungguh engkau bermata
Lihat dirimu pandanglah nyata

Dalam syair ini Hamzah Fansuri kemukakan, bahwa Tuhanmu lahir terlalu nyata, jika sungguh engkau bermata”. Lihat dirimu pandanglah nyata. Yang dimaksud oleh ulama itu kekuasaan Tuhan itu terlalu nyata Tuhan yang menjadikan langit dan bumi serta anak manusia yang begitu sempurna serta seluruh isi alam ini. Karena itu tidak heran kalau Allah menyindir anak manusia dalam Al-quran “Afala takkilun?” “(Apakah engkau tidak berakal?”).

Nama Hamzah Fansuri terkenal dan dikenal dimana-mana. Popularitasnya itu juga sampai kedalam Kraton Sultan Iskandar Muda Mahkuta Alam (1607-1936). Di dalam Kraton Iskandar Muda sebelumnya telah ada beberapa orang ulama yang terkenal, seperti Syekh Syamsuddin bin Abdullah Al Sumatrani, Syekh Ibrahim Al Syami dan Syekh Nurruddin Al Raniri dari Gujarat yang menulis kitab Bustanussalatin. Syekh Al Raniri sangat besar pengaruhnya terhadap Sultan Iskandar Muda. Dimasa itu bahasa yang digunakan dalam Kraton Sultan Aceh adalah bahasa Melayu.

Karena kemasyuran nama ulama Hamzah Fansuri maka beliau diundang oleh Sultan Iskandar Muda ke Aceh yang pusat Kesultanan di Lameri (Kutaraja). Penghujung abad ke 16 yaitu tahun 1596 berangkatlah Hamzah Fansuri ke Kutaraja (Banda Aceh sekarang) bersama 20 orang sahabatnya untuk memangku jabatan sebagai ulama dan Penasehat Sultan dalam lingkungan Kraton. Dimasa itu daerah pesisir barat termasuk Barus berada dalam kawasan takluk Sultan Iskandar Muda.

Setelah beberapa lama Hamzah Fansuri mengajar di Kesultanan Aceh dirasakan sekali faham antara satu ulama dengan yang lain tidak dapat disatukan. Masing-masing membawakan Mazhabnya sendiri-sendiri. Sehari demi sehari, sebulan demi sebulan pertentangan terus berlangsung seperti api dalam sekam. Hamzah Fansuri telah melihat dan merasakan hal tersebut, tetapi beliau tidak perduli.

Pernah sekali terjadi perdebatan antara Ulama Al Raniri dengan Hamzah Fansuri dan Hamzah Fansuri menguraikan pendapatnya sebagai berikut :

Aku melihat Tuhan dengan mata Tuhan
Aku mendengar dengan telinga Tuhan
Aku merasa dengan lidah Tuhan
Akulah Tuhan

Ucapan yang sedemikian rupa itu sangat menggemparkan terutama di lingkungan Kraton. Apalagi pengajian umum pada waktu itu belum sampai sejauh pelajaran suluk Hamzah Fansuri. Lawan-lawan Hamzah Fansuri terutama Al Raniri seorang ulama yang sangat berpengaruh dalam Kraton memberitahukan kepada Sultan Iskandar Muda Hamzah Fansuri mengaku Tuhan.

Hukumnya orang yang demikian adalah kafir. Karena itu Sultan memerintahkan untuk membakar semua kitab-kitab Hamzah Fansuri dan beliaupun di penjarakan. Kemudian beliau kembali ke Barus dan mengajar di negeri kelahirannya.

Mengenai ucapan Hamzah Fansuri dalam perdebatannya dengan Syekh Al Raniri yang mengatakan “Aku melihat Tuhan dengan mata Tuhan”. Baru-baru ini penulis menanyakan kepada Ustaz Dr. H.Sarbaini Tanjung,MA ketika dilangsungkan pengajian subuh setelah shalat subuh berjamaah di Mesjid Taqarub Jalan Darussalam Medan, mengenai pengertian kalimat tersebut di atas.

Ustaz Sarbaini Tanjung kemudian menanyakan kepada kami kelengkapan dari kalimat Hamzah Fansuri tersebut. Kami katakan bunyinya sebagai berikut :

Aku melihat Tuhan dengan mata Tuhan
Aku mendengar dengan telinga Tuhan
Aku merasa dengan lidah Tuhan
Akulah Tuhan

Dijelaskan oleh Ustaz Sarbaini Tanjung, tiga baris kalimat tersebut memang ada dalam hadis tetapi yang tidak boleh digunakan kata-kata “Akulah Tuhan”. Dalam kaitan ini katanya Husin al Halaz pernah mengatakan, Tuhan dalam kantong jubahnya, beliau dibunuh. Demikian juga Abu Jazid Al Bustami, ketika ditanya apakah Abu Yazid ada di rumah, beliau menjawab Abu Yazid tidak ada, yang ada Tuhan. Karena ucapannya itu dia juga dibunuh.

Penilaian manusia terhadap seseorang yang menggunakan kata-kata “Akulah Tuhan”, mungkin berbeda dengan penilaian Allah, kita tidak tahu bagaimana penilaian Allah terhadap mereka. Dikatakan oleh Ustaz Sarbaini Tanjung, kata-kata “Akulah Tuhan” tidak boleh digunakan.

Last but not least Hamzah Fansuri adalah seorang ulama suluk dan seorang pujangga yang banyak menulis prosa dan puisi termasuk syair yang di dalamnya menyampaikan pesan dakwah. Tapi sayang di masa beliau hidup tidak terpelihara dengan baik. Apalagi ada masalah perbedaan paham yang menyebabkan kitab-kitabnya dibakar. Kebetulan masih ada juga yang tertinggal di antara Syair Dagang antara lain berbunyi sebagai berikut :

Wahai dagang yang hina
Ketahui hidup dalam dunia
Sebagai jati tiada berbunga
Bagi burung tiada berguna
Wahai sekalian kita yang kurang
Nafsumu itu lawan berperang
Jauhkan tamak baiklah kurang
Jaga dirimu jatuh ke jurang
Amat-amati membuang diri
Menjadi dagang di segenap negeri
Baik-baik engkau pikiri
Supaya selamat hari-hari.

@http://waspadamedan.com/07 June 2010

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita