Written by Siswoyo
http://waspadamedan.com/
Hamzah Fansuri adalah seorang ulama suluk, pujangga yang menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui syair-syairnya yang sangat terkenal di abad ke 16. Seorang pengelana negeri-negeri Arab dan Parsi dalam rangka menimba ilmu, juga dijelajahinya Pahang dan Kudus.
Kitab- kitab ulama besar Parsi Jalaluddin Rami sangat mempengaruhi jiwanya. Bahkan beliau bercita-cita menterjemahkan kitab-kitab dalam bahasa Arab dan bahasa Parsi ke dalam bahasa Melayu. Setelah sekian lama melakukan pengembaraan ke berbagai negeri, Hamzah Fansuri kembali ke tanah lahirnya Barus.
Fansuri adalah Barus
Di zaman sekarang ini, kalau disebut Fansuri maka sebutan itu adalah Hamzah Fansuri. Nama Fansuri telah melekat pada Hamzah Fansuri padahal Fansuri adalah nama Wilayah Barus yang sejak zaman dulu terkenal dengan kapur barusnya.
Di Barus hidup sibur talibun dan gurindam Barus yang terkenal itu. Salah satu gurindam Barus berbunyi sebagai berikut :
Tipu Aceh gurindam Barus
Olok- olok pembayar hutang
Mungkin etnis Aceh merasa tersinggung mengenai kata “tipu Aceh”, yang dirasa seolah-olah orang Aceh itu penipu semua. Padahal sejarah membuktikan yang dimaksud dengan “tipu Aceh” adalah strategi dan diplomasi orang Aceh dalam menghadapi bangsa asing yang datang dari Barat.
Seperti menghadapi Portugis, Belanda, Inggris. Sementara itu Sultan Aceh mempunyai diplomasi yang begitu lihai dalam kegiatan dagang dengan pihak pendatang dari Barat.
Salah satu contoh strategi yang disebut “tipu Aceh” itu adalah taktik yang dilakukan oleh Teuku Umar Johan Pahlawan. Pada saat persiapan amunisinya telah berkurang dan memerlukan tambahan senjata. Teuku Umar pura-pura menyerah berpihak kepada Belanda dalam masa Perang Aceh. Setelah persenjataan dan amunisi telah banyak terkumpul, maka Teuku Umar bergabung kembali dengan pasukannya dan kembali menyerang Belanda.
Sangking enaknya orang Barus mengobrol dengan menggunakan gurindam dan pantunnya, orang yang berhutang tidak perlu membayar hutangnya. Artinya orang yang berhutang bisa lemas melalui kata-katanya yang ucapannya manis dan menawan hati.
Dada Meraxa dalam bukunya “Sejarah Kebudayaan Suku-suku di Sumut” (1973) mengungkapkan kesusastraan lisan di Barus pada masa yang lalu tumbuh dan berkembang dengan suburnya. Pantun, talibun, gurindam terdengar di mana-mana. Dalam acara perkawinan anak negeri, di kedai-kedai kopi, di lerang gunung diantara anak gembala. Bahkan di tepi laut juga terdengar diantara nelayan yang berjiwa seni.
Kias mengkias dimasukkan dalam gurindam curahan hati para remaja atau derita hidup dialirkan dalam pantun “talibun”. Yang paling disukai dimasa yang lalu hingga masa sekarang adalah satu lagu yang terkenal bernama “Sikambang”.
Hamzah Fansuri seorang ulama yang pemikiran-pemikirannya mengenai Tuhan didakwahkan dalam bentuk syair, juga mengisi syairnya dengan filsafat. Seseorang yang pernah mempelajari ilmu filsafat dapat merasakan tingginya tasauf dalam syair yang berbunyi sebagai berikut :
Banyak insan terlalu bebal
Sangkanya dunia abadi kekal
Enak matanya tidur di bantal
Segala salahnya dia tak soal
Mari segala yang mubtadi
Mencapai hakikat Muhammad Nabi
Karena ilmu pertama terjadi
Kenyataaan Maklukat dari Ilahi
Barang siapa arif mengenal
Ia sempurna bahagia
Karena ilmu itulah yang mulia
Kenyataan Tuhan selalu sedia.
Ayuhai segala bernama fakir
Amal diperbanyak ingat dan fakir
Tatkala sekarat jangan menyingkir
Itu pesuruh dari pada Amir.
Hamzah Fansuri melakukan penggembaraan ke berbagai negeri termasuk Mekah dan shalat di Kakbah mencari Tuhan. Inspirasinya yang maha kudus dilukiskannya dalam satu syair yang isinya amat mendalam.
Hamzah Fansuri didalam Mekkah
Mencari Tuhan dibait alka’bah
Di Barus di Kudus terlalu payah
Akhirnya dapat didalam rumah
Melalui syair ini jelaslah beliau seorang ulama yang tidak puas-puasnya mencari ilmu dan senantiasa merasakan Tuhan meliputi segalanya. Maka untuk mengenal Tuhan beliau bersyair sebagai berikut :
Sidang fakir empunya kata
Tuhanmu lahir terlalu nyata
Jika sungguh engkau bermata
Lihat dirimu pandanglah nyata
Dalam syair ini Hamzah Fansuri kemukakan, bahwa Tuhanmu lahir terlalu nyata, jika sungguh engkau bermata”. Lihat dirimu pandanglah nyata. Yang dimaksud oleh ulama itu kekuasaan Tuhan itu terlalu nyata Tuhan yang menjadikan langit dan bumi serta anak manusia yang begitu sempurna serta seluruh isi alam ini. Karena itu tidak heran kalau Allah menyindir anak manusia dalam Al-quran “Afala takkilun?” “(Apakah engkau tidak berakal?”).
Nama Hamzah Fansuri terkenal dan dikenal dimana-mana. Popularitasnya itu juga sampai kedalam Kraton Sultan Iskandar Muda Mahkuta Alam (1607-1936). Di dalam Kraton Iskandar Muda sebelumnya telah ada beberapa orang ulama yang terkenal, seperti Syekh Syamsuddin bin Abdullah Al Sumatrani, Syekh Ibrahim Al Syami dan Syekh Nurruddin Al Raniri dari Gujarat yang menulis kitab Bustanussalatin. Syekh Al Raniri sangat besar pengaruhnya terhadap Sultan Iskandar Muda. Dimasa itu bahasa yang digunakan dalam Kraton Sultan Aceh adalah bahasa Melayu.
Karena kemasyuran nama ulama Hamzah Fansuri maka beliau diundang oleh Sultan Iskandar Muda ke Aceh yang pusat Kesultanan di Lameri (Kutaraja). Penghujung abad ke 16 yaitu tahun 1596 berangkatlah Hamzah Fansuri ke Kutaraja (Banda Aceh sekarang) bersama 20 orang sahabatnya untuk memangku jabatan sebagai ulama dan Penasehat Sultan dalam lingkungan Kraton. Dimasa itu daerah pesisir barat termasuk Barus berada dalam kawasan takluk Sultan Iskandar Muda.
Setelah beberapa lama Hamzah Fansuri mengajar di Kesultanan Aceh dirasakan sekali faham antara satu ulama dengan yang lain tidak dapat disatukan. Masing-masing membawakan Mazhabnya sendiri-sendiri. Sehari demi sehari, sebulan demi sebulan pertentangan terus berlangsung seperti api dalam sekam. Hamzah Fansuri telah melihat dan merasakan hal tersebut, tetapi beliau tidak perduli.
Pernah sekali terjadi perdebatan antara Ulama Al Raniri dengan Hamzah Fansuri dan Hamzah Fansuri menguraikan pendapatnya sebagai berikut :
Aku melihat Tuhan dengan mata Tuhan
Aku mendengar dengan telinga Tuhan
Aku merasa dengan lidah Tuhan
Akulah Tuhan
Ucapan yang sedemikian rupa itu sangat menggemparkan terutama di lingkungan Kraton. Apalagi pengajian umum pada waktu itu belum sampai sejauh pelajaran suluk Hamzah Fansuri. Lawan-lawan Hamzah Fansuri terutama Al Raniri seorang ulama yang sangat berpengaruh dalam Kraton memberitahukan kepada Sultan Iskandar Muda Hamzah Fansuri mengaku Tuhan.
Hukumnya orang yang demikian adalah kafir. Karena itu Sultan memerintahkan untuk membakar semua kitab-kitab Hamzah Fansuri dan beliaupun di penjarakan. Kemudian beliau kembali ke Barus dan mengajar di negeri kelahirannya.
Mengenai ucapan Hamzah Fansuri dalam perdebatannya dengan Syekh Al Raniri yang mengatakan “Aku melihat Tuhan dengan mata Tuhan”. Baru-baru ini penulis menanyakan kepada Ustaz Dr. H.Sarbaini Tanjung,MA ketika dilangsungkan pengajian subuh setelah shalat subuh berjamaah di Mesjid Taqarub Jalan Darussalam Medan, mengenai pengertian kalimat tersebut di atas.
Ustaz Sarbaini Tanjung kemudian menanyakan kepada kami kelengkapan dari kalimat Hamzah Fansuri tersebut. Kami katakan bunyinya sebagai berikut :
Aku melihat Tuhan dengan mata Tuhan
Aku mendengar dengan telinga Tuhan
Aku merasa dengan lidah Tuhan
Akulah Tuhan
Dijelaskan oleh Ustaz Sarbaini Tanjung, tiga baris kalimat tersebut memang ada dalam hadis tetapi yang tidak boleh digunakan kata-kata “Akulah Tuhan”. Dalam kaitan ini katanya Husin al Halaz pernah mengatakan, Tuhan dalam kantong jubahnya, beliau dibunuh. Demikian juga Abu Jazid Al Bustami, ketika ditanya apakah Abu Yazid ada di rumah, beliau menjawab Abu Yazid tidak ada, yang ada Tuhan. Karena ucapannya itu dia juga dibunuh.
Penilaian manusia terhadap seseorang yang menggunakan kata-kata “Akulah Tuhan”, mungkin berbeda dengan penilaian Allah, kita tidak tahu bagaimana penilaian Allah terhadap mereka. Dikatakan oleh Ustaz Sarbaini Tanjung, kata-kata “Akulah Tuhan” tidak boleh digunakan.
Last but not least Hamzah Fansuri adalah seorang ulama suluk dan seorang pujangga yang banyak menulis prosa dan puisi termasuk syair yang di dalamnya menyampaikan pesan dakwah. Tapi sayang di masa beliau hidup tidak terpelihara dengan baik. Apalagi ada masalah perbedaan paham yang menyebabkan kitab-kitabnya dibakar. Kebetulan masih ada juga yang tertinggal di antara Syair Dagang antara lain berbunyi sebagai berikut :
Wahai dagang yang hina
Ketahui hidup dalam dunia
Sebagai jati tiada berbunga
Bagi burung tiada berguna
Wahai sekalian kita yang kurang
Nafsumu itu lawan berperang
Jauhkan tamak baiklah kurang
Jaga dirimu jatuh ke jurang
Amat-amati membuang diri
Menjadi dagang di segenap negeri
Baik-baik engkau pikiri
Supaya selamat hari-hari.
@http://waspadamedan.com/07 June 2010
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar