28/10/11

Pengakuan Anggota Waffen-SS (Günter Grass)

Dami N. Toda *
Kompas, 17 Sep 2006

Pengakuan Günter Grass bahwa dahulu dia anggota satuan pasukan elite Waffen-SS Nazi Hitler sungguh mengejutkan. Wajah kekejaman pasukan khusus Hitler SS (Schutzstaffel/regu jaga) dan Waffen-SS (regu tempur) tiba-tiba muncul kembali. Seragam tempur hijau daun zaitun dan hitam dengan leher baju bertanda aksara kembar “SS” Germania kuno, emblem berlambang kepala orang mati di bawah pedang terbelit ular siap memagut.

Terdidik berhati dingin, kejam tanpa ampun di dalam kebanggaan darah ras Arya murni dengan program sistematis membasmi yang disebut Rassich-Minder-Wertiger (warga ras rendah) dan Yahudi. Paling ditakuti, menembak tanpa kecuali anak atau wanita. Bertempur dengan moto: “Kehormatanku berarti Setia” kepada Hitler. Tetapi, mengapa Günter Grass, pemenang hadiah Nobel Sastra 1999, menyembunyikan rasa aib dan mendiamkan rasa malu terhadap kemanusiaan selama 60 tahun?

Peluncuran otobiografi Günter Grass berlangsung 1 September 2006. Tetapi, dua minggu sebelumnya, riwayat diri berjudul Beim Haut der Schwiebel (Pada Kulit Bawang) (diterbitkan Penerbit Steidl, Göttingen 2006, 479 halaman dengan harga 24 Euro) sudah menghebohkan bagai petir di siang hari. Gambaran Günter Grass berubah dari sastra berkias “Genderang Kaleng” (Blechtrommel 1956) 50 tahun lalu menjadi pisau penyayat “Kulit Bawang” (Beim Haut der Schwiebel 2006).

Riwayat diri memang kebenaran sejarah. Bukan kebenaran sastra. Günter Grass mengisi kolom Akte Prisoner of War Preliminary Record pasukan Sekutu tertanggal 3 Januari 1946 dengan rinci: Günther Grass, lahir 16 Oktober 1927 di Danzig, pangkat: Pvt SS, tinggi 1,71 m, berat 65 kg, rambut coklat, mata coklat, bertanda sidik 10 jari tangan. Tertangkap 8 Mei 1945 di Marienbad, usia 18 tahun, kesatuan: Divisi Panzer-SS (SS-Pz- Div) Frundsberg-Pz Abt Nr 337. Jabatan: regu tembak (Lade-Schütze) di bawah Heinrich Himmler.

Akte tersebut tersimpan pada arsip militer AS hingga tahun 1967 dan dikembalikan pada tahun yang sama ke Berlin ke alamat Dinas Pembenahan Anggota Keluarga Tentara Jerman yang gugur. Menteri Keamanan DDR juga memiliki “Arsip NS” (MIS) yang menurut ketentuan seluruhnya harus sudah selesai dibuka dan diterbitkan hingga Maret 2007.

Tahun 1999 masyarakat Jerman mengelu-elukan dengan bangga penerimaan hadiah Nobel Sastra bagi Günter Grass di Swedia sebagai lambang pencapaian penghargaan idealisme “nilai kemanusiaan luhur” dalam dunia sastra. Tetapi, itu sebelum kulit bawang keanggotaan Günter Grass sebagai “Satria Waffen-SS” terkelupas. Pengakuan Günter Grass kini mengejek kehormatan diri masyarakat Jerman di tengah kebijakan politik luar negeri Jerman mengirim pasukan perdamaian PBB ke Lebanon selatan, menepis kekejaman perang, bom bunuh diri, dan terorisme yang mengancam kemanusiaan.

Partai Pemerintah Polandia memperdebatkan posisi Günter Grass sebagai pemegang “Warga Kehormatan Kota Danzig” dan meminta ditarik kembali. Lech Walesa, bekas Presiden Polandia, pemegang hadiah Nobel Perdamaian dan “Warga Kehormatan Kota Danzig” mengancam mengembalikan warga kehormatannya apabila Günter Grass tidak minta maaf dan tak mengembalikan keanggotaan “Warga Kehormatan Kota Danzig”. Günter menolak imbauan Partai Pemerintah Polandia. Bahkan, terdapat surat pembaca surat kabar (SK) Jerman menganggap tuntutan Walesa dan Partai Pemerintah Polandia menghina Jerman.

Mayoritas warga Jerman (65 persen) yang dimintai pendapat tidak mengimbau Günter Grass harus mengembalikan hadiah Nobel Sastra. Wolfgang Thierse, Ketua Partai SPD tempat Günter Grass beranggota, mereaksi: “Saya juga kaget.” Bermacam surat pembaca SK memelas dan marah. Tentang masalah hadiah Nobel Sastra Günter Grass, Direktur Yayasan Hadiah Nobel Michael Sohlman menjawab SK Dagens Nyheter, “Penyerahan itu sudah selesai. Belum pernah terjadi hadiah itu ditarik kembali.”

Pengarang laris Belanda, Leon de Winter, menjawab SK Rheinischen Post, “Kalau sebuah wibawa moral mendiamkan informasi hakiki macam itu, ia harus bertanggung jawab atas kemerosotan nilai sebuah moral.” Jurnalis dan novelis India, Subhoranjan Dasgupta, menyesalkan mengapa pengakuan itu baru sekarang. Günter Grass menjawab wartawan TV, 15 Agustus malam, “Siapa mau persoalkan, silakan.” Untuk pertanyaan, mengapa tidak mengatakan dari dulu keanggotaan dirinya pada SS? Jawaban Günter Grass, “Tidak saya lakukan, dan tentang itu tetap saya diamkan. Hanya satu hal yang dapat saya katakan: di dalam buku ini masalah itu jadi tema. Tiga tahun saya menggarapnya. Di sana saya katakan tentang hal itu.”

Surat kabar tengah terbesar Jerman, Frankfurt Algemeine, 18-8-2006, sudah mengiklankan Acara “Baca Otobiografi” oleh Günter Grass pada 5 September, jam 19.00 di Gedung Opera Frankfurt dengan pesanan tiket yang lumayan mahal lewat internet. Günter Grass sebagai sastrawan tingkat moral “hadiah Nobel” tentu lain dari sepotong perjalanan sejarah riwayat hidup Günter Grass yang berlumur darah dan harus turut bertanggung jawab secara moral. Tiap pengakuan aib dan dosa terhadap kemanusiaan membutuhkan waktu memberi maaf dan pengampunan.

Definisi waktu manakah yang berlaku kini untuk seorang Günter Grass setelah yang lain usai? Definisi waktu moral atau definisi yang terlambat 60 tahun? Korban kekejaman SS masih bersaksi hingga sekarang, bukan hanya yang tersisa di kamp konsentrasi (KZ) Jerman, melainkan juga bilur-bilur yang masih berbekas di tempat lain.

Nilai sebuah sastra tiada berarti, bahkan omong-kosong tanpa pautan kebenaran dan keabadian nilai moral budaya manusia: nilai sejarah, nilai sosial-politik bahkan ekonomi. Namun, jangan lupa, riwayat diri Günter Grass ialah fakta sejarah. Bukan fiksi sastra.

Pemberian “Warga kehormatan Kota Danzig” bagi Günter Grass ialah fakta sejarah, bukan fiksi sastra. Hadiah Sastra bagi Günter Grass dan Pramoedya Ananta Toer ialah pengakuan prestasi fiksi sastra yang ditentukan relatif wewenang penuh Juri pemberi anugerah.

*) Dami N Toda, Pengajar Studi-studi Indonesia Universitas Hamburg.
Dijumput dari: http://andit2anggi.wordpress.com/2009/04/21/pengakuan-anggota-waffen-ss/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita