24/09/11

Romeo & Juliet Versi Waw Waw

Alwi Karmena
http://www.harianhaluan.com/

Kalau seperti dulu, semasa dirinya dipanggil orang sebagai Welky, tak sulit baginya menjelang daerah realestat sekelas Giriyatama itu. Rumah mewah tempat Klara yang berpagar beton tinggi, bukanlah halangan baginya. Berdiri saja dia di pintu pagar, satpam akan bergegas membukakan pintu. Tapi itu dulu. Kini tak mungkin lagi, namanya sudah jatuh. Sejak tuannya Pak Dongkrat ditangkap polisi karena korupsi, dia terbuang, seriring dengan pindahnya keluarga Pak Dongkrat. Mereka menghilang pindah melarikan malu. Welky tak dibawa serta mengungsi. Dia ditinggal saja dengan sia-sia. Tak ada yang memelihara.

Kini, tak ada sebutan Welky lagi. Nama dan harga dirinya meluncur, seiring nasib buruk yang ia pikul dalam riwayat Pak Dongkrat yang telah buruk. Welky menjadi si Buruk, yang bentuk fisiknya memang sudah benar-benar memburuk. Piaraan tercampaklah namanya. Kadang, dia dipanggil orang Waw Waw, kadang Tengkak, dan yang paling memalukan, dia dipanggil dengan nama ejekan—si Buruk Tengkak….si Kurok Buruk.

Namun, seburuk apapun nasib, percintaannya dengan Klara adalah percintaan yang indah dan klasik. Seekor gadis anjing, anjing gadis, yang dikenalnya dalam pertemuan tak tercatat, memberi dia harapan. Memberi dia harga dan cinta. Itu yang membuat dia bertahan di kota ini. Dia menganggap dirinya si Buruk pengawal cinta abadi. Untuk itu, setiap hari dia bergulat dengan dirinya sendiri. Dia tegakkan juga kepalanya, agar tidak terlalu tertekur, minder atau rendah diri. Cinta adalah sayap peraih kemuliaan hidup. Dia merasa pantas untuk sekadar memelihara cinta dan juga rindu. Biar badan ini buruk, dalam dadaku ada panorama indah, tempat baying-bayang Klara bermain. Demikian jiwanya berlagu.

Betapa syahdunya, bila malam-malam menghunuskan sepi yang panjang. Berjalan sendiri dengan jarum-jarum hujan ataupun derai angin. Kalau di luar negeri, dingin begini, pastilah ada salju. Tanpa dia sadari, dia telah menjelma menjadi anjing yang penyair. Dari lorong gelap yang bencah, diraungkannya puisi-puisi cinta. Tak ada yang tahu. Puisi itu hanya untuk Klara. Puisi dari lorong becek merengkuh ke pintu pagar istana.

Barangkali Klara pun tak sempat mendengar. Atau, kalaupun terdengar, puisi itu tidak akan sampai seutuh yang ia raungkan. Jarak lorong becek tempat dia mencingkuk dengan real estat. Jauuuh. Kalau berlari menengkak-nengkak, hampirlah setengah jam pelarian. Tapi bagi buruk, melolongkan puisi sudah cukup untuk sebuah pernyataan cinta. Simaklah puisi Buruk.

Wooouuuuoo. Wuhuuuooo. Fuk fuk huuuuu. Wawhawouuung woooowuuung gong gong… Houuuwu uuwwow waw. Huuuufuhuung hufuuuwuuhuuung Waw waw waw…. (Terjemahannya :–Dengarlah sunyi melengking dari kelam ini- Sehelai bulu berkutu purba telah gugur ke batu. Kuziarahi juga bayangmu di benteng masa lalu yang runtuh itu—Kucabik langit, kuremas bulan – kujentik bintang bintang, buah cakrawala yang diam, bisu. Kita erat berkait hati, erat juga berkait ekor bertali, sambil menggonggong, kukalungkan sisa badai ke lehermu…”)

Hubungan cinta antara Buruk Tengkak dengan Klara tercium bukan karena puisi. Tapi Tambiluk, kepala Satpam penjaga rumah Om Cekeh, kakak sepupu dari besan, ipar kemenakan bekas tetangga Gubernur. Dia terkejut melihat Klara dicium anjing buruk di luar pagar. Tersentak, timbul bencinya. Bangkit jijiknya. Hei Husy. Lihat dirimu, siapa kau? Siapa Klara? Kau anjing kalera!

Ya. Provinsi ini tahu siapa Klara. Anjing Australia berbulu putih rembai, yang rantainya saja, sejuta delapan ratus lima puluh ribu semeter. Kalung di leherya dibeli di Prancis. Sampo untuk mandinya Singapura punya. Jangan sebut makanannya lagi, nanti jadi perkara kalau dihitung banding di saat harga-harga sedang naik ini. Ssst. Rahasia! Daging dan susunya di kaleng semua. Payah mengeja apa mereknya. Bahasa langit. Inggris, Prancis, Rusia, Arab, Cina, India. Tak ada terjemahan Indonesia. Dengan dolar membelinya.

Sore itu, sedang buruk menjilat jilat bagian belakang Klara, dengan jijik bercampur cemburu, Tambiluk menyambit Buruk dengan batu: Bug! Tepat benar lemparan itu mengenai kaki Buruk. Bukan kaki yang tengkak yang kena, tapi kaki yang sebelah lagi. Kalau tadinya dia hanya tengkak, setelah terkena batu ini, dia jadi lepai. Soalnya, kedua kaki belakangnya tak bisa lagi bergerak dengan sempurna. Sambil terkengkeng, mengingsut-ingsut, dia mencoba juga lari. Lari melarikan hubungan cinta yang tak sampai. Cinta indah yang terlerai.

Klara marah. Dia menyalak, memprotes habis-habisan kejahatan Tambiluk. Dia bahkan menyumpah dan mengancam. Akan dia gonggong majikannya untuk menyampaikan ultimatum. Terus terang dan transparan, pada Om Cekeh ia tekankan, agar Tambiluk dipecat sebagai Satpam. Tapi, apalah artinya bahasa anjing bagi Satpam dan Om Cekeh? Justru Klara diseretnya ke dalam. Setelah ini tak dibiarkan main-main ke luar pagar lagi. Anjing cantik itu kecewa. Marah dan benci. Digigitnya kuat kuat kaki Tambiluk. Tapi karena Tambiluk memakai sepatu lars, yang tergigit hanya tumit sepatu yang keras. Tak terasa oleh Tambiluk gigi kecil Klara menggores sepatunya,

Maka sejak itu, hari hari menjadi panjang dan lengang bagi Buruk dan Klara. Buruk menyuruk mengidapkan sakit di got pembuangan sampah. Sebelum sembuh, tak bisa ke mana-mana, karena kakinya semakin sakit. Dia tak bisa lagi mencari makan. Tapi sebagai anjing liar yang tahan banting, dia tentu bisa pula menahan lapar. Yang tak bisa dia tahan, adalah inspirasi menelorkan puisi. Dia telah jadi penyair anjing beneran. Inilah puisi yang ia gumamkan sepanjang malam.

Keng Keng Keng. Gung gung guk. Woffh wooff. Haw haauuuwaw. Waw waw waw waauf. Gong gong goooong…Fuuuuuu Wuuu Huwaaa­uuung…­huauuuung…(Terjemahannya–Ra­sa tak berdaya…tak dapat menghalang ci­ntaku…Rasa tak berkuasa, tak mampu menindas rinduku – Rasa tak setara, tak mungkin melerai jumpa dan pelukku – Hanya, rasa tak bisa besetia. Sebagaimana derajat manusia, memisahkan taraf keberadaan kau dan aku…)

Puisi itu agaknya belum selesai. Dan yang pasti tak akan pernah didengar Klara. Anjing Australi yang mewah itu patah hati dan bunuh diri… Dia mati karena mogok makan. Tak mau makan dan tak mau minum berhari hari. Hatinya terus meratap… Mulutnya menggumam. Barangkali menggumamkan semacam puisi juga…Atau, kata kata mutiara… Hunnnnnng. Hunng Hukunnng. Keng keng hung…Hmmmmmhmm.(Terjemahannya: Tak guna hidup tanpa cinta. Tak guna bulu tanpa kutu. Kembalikan Buruk ke pelukanku…Pertalikan ragaku dengan raganya. Bila tidak bisa di duna, kunanti dia di surga atau di neraka…)

Begitulah kesudahannya, karena tak makan makan. Klara akhirnya sakit. Semacam “kanker darah” pula. Sudah diupayakan Om Cekeh membwa ke dokter hewan. Tapi tak tertolong. Klara mati sebagai. Mati Anjing yang hampa. Sejemput kesedihan terlihat di wajah Tambiluk. Dia tak menyesali apa apa, karena dia tak terlibat kisah cinta. Hanya merasa tertular rasa kehilangan, seperti juga halnya sang induk semang. Tapi itu tak lama. Cerita pendeklah namanya.

Soalnya, seminggu setelah itu, terdengar kabar buruk, Tambiluk meninggal dunia pula. Almarhum Satpam itu wafat mendadak saja. Kabarnya, dia kena rabies, digigit anjing gila. Tak pasti, apakah si Buruk yang menggigitnya!

30 Januari 2011

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita