Beni Setia
http://www.suarakarya-online.com/
SEPULUH tahun yang lalu Bariah masih mencoba mudik tiap mau lebaran, ikut berdesakan dan reboh bawa oleh-oleh. Tapi saat sampai di rumah dan tidak kebagian kamar, karena kamar depan dipakai Kang Barjan dan anak-istri, kamar tengah dipakai Kang Barjun dan anak-istri, dan di dapur dipasang amben untuk Ayah yang sakit-sakitan, maka Bariah memutuskan tak akan pulang berlebaran, seperti pada hari lebaran 10 September yang lalu.
Terlebih saat tiga bulan sebelum lebaran, Ayah meninggal dan rumah keluarga diparuh, sementara Bariah hanya diwaris ladang samping yang dianggap pantas untuk tempat membangun rumah. Sakit hati mendengar omongan Kang Barjan, yang bilang, “Kamu punya penghasilan jadi bisa nyicil mbangun rumah.” Sakit oleh rasa enggan mereka ketika merespon kepulangannya ketika itu, yang dianggap seakan-akan (Bariah) ingin menumpang tinggal selamanya. Ketika Kang Barjan menyuruh menginap di Kang Barjun, dan Kang Barjun menganjurkan menginap di Kang Barjan, sehingga Bariah memilih tidur di bulik Karsih.
Ke mana, dalam empat belas tahun beruntun, Bariah selalu datang kalau pulang kampung. Sampai akhirnya Bariah memilih pindah ke P, kerja sebagai guru tidak tetap dan kos di sana, pulang sembarang waktu serta di hari yang sama kembali dari kampung. Nanti. Karena pada tujuh tahun terakhir Bariah hanya bisa tiarap sebagai yang tidak punya apa-apa, saat intens mengaduh dalam berziarah ke makam Ibu dan Ayah, saat tak bisa tidak harus memperbaharui KTP di desa, serta terpaksa tak bisa tidak kembali kerja di kota. Balik ke trek impian dengan banyak menahan perasaan serta keinginan, senantiasa berhemat, dan menabung sebanyak mungkin. Hal yang dimungkinkan oleh menumpang hidup dan kerja full sepanjang waktu di rumah orang lain.
Mbabu. Ya! Begitu lulus SMP, tujuh bulan sebelumnya Ibu meninggal: Bariah memilih menjadi pembantu di Jakarta, karena di kampung cuma jadi beban Ayah, jadi buruh tani di sawah, dan selebihnya nganggur. Melesat ke rumah orang lain, bekerja setengah menghamba agar disukai dan terpakai terus, karena Nariah ingin bersekolah di SMA dan kuliah, agar bisa jadi guru. Berbesar jiwa menjadi si yang disuruh ini-itu setiap saat bila si bos berada di rumah, jadi yang mengerjakan ini-itu bila si bos ada di kantor dan pulang dengan kepuasaan rumah bersih.
Ya! Ya! Tapi Bariah punya kamar khusus, dijamin makan-minum, dan boleh liburan, kemudian hari Sabtu-Minggu itu jadi momentum ikut Kejar paket C. Ya! Sambil gaji aman masuk rekening. Yang satu saat, setelah jadi guru, akan bisa dipakai membangun rumah sendiri.
* * *
“KAMU serius tak pulang berlebaran, tahun ini Bariah?” kata bos Nandang, asal Garut, yang kedua di rentangan sepuluh tahun. Bariah mengangguk, bilang kalau di kampung sudah tak ada Ayah dan Ibu lagi.
“Memang masih ada kakak, tapi tak enak didatangi karena mereka selalu curiga saya menggugat rumah warisan yang dibagi berdua. Jadi saya selalu memilih mudik setelah lebaran saja. Terasa lebih enak mudik saat lebaran usai, sehingga bisa nginap di rumah saudara lain yang kosong karena keluarga mereka itu sudah balik ke Jakarta, Bandung atau Surabaya,” kata Bariah, tersipu dan tersenyum.
Bos Nandang tersenyum. Puas karena rumahnya akan ada yang menjaga. Dan Bariah dikasih uang lembur, jatah makan seminggu, dan ditinggalkan mudik. Bahkan tiga tetangga di kiri-kanan dan di depan rumah, kemudian jadi lima rumah karena ada ditambah dua rumah lagi di sebelahnya, menitipkan rumah mereka, agar ditiliki serta dibersihkan ketika ditinggal mudik. Enteng karena, minimal hanya menghidupkan dan mematikan lampu, membuka dan menutup tirai, dan menyirami tanaman. Lima bulan kemudian, saat ongkos normal, angkutan tidak berjejal, dan harga oleh-oleh normal,tanpa perlu mejeng berbaju baru, baru pulang kampung. Ketemu saudara dan kerabat, mengaduh sambil ziarah di makam Ayah dan Ibu, dan kembali ke Jakarta. “Ajak adikmu, Bariah.”
“Tapi lik, aku nggak dipesan mencari pembantu. Lagi pula bos di tempatku tidak mengizinkan pembantu pulang saat lebaran,saat mereka sangat butuh tenaga kita,”
“Dasar medit. Pelit!” “Iya, lik. Kecuali,” “Kecuali apa?” “Sekedar latihan cari pengalaman sebelum ke Arab,” Mereka menjebi. Bariah sendiri sebenarnya ingin ikut jadi TKW ke Arab, atau cuma ke Hong-Kong, Singapura atau Malaysia. Tiga atau enam tahun kontrak. Tapi Bariah bimbang dengan cara menyimpan gaji.
Apa diamankan masuk ke rekening? Tapi bila begitu, saat habis kontrak dan pulang kampung: apa tak akan digrecoki tiga ponakan dan empat orang tuanya, yang munafik demi receh mau menerima kepulangannya itu?
Mungkin mereka malah ringan minta dikirim duit untuk mbangun rumah tapi itu tidak dibelanjakan sebab tak merasa perlu membangun rumah, seperti Amrina, yang pulang dan stress karena kiriman gaji tak jadi apa-apa. Ya! Padahal Bariah kepingin sekolah di SMA, lalu berkuliah dan lulus sebagai sarjana pendidikan yang berhak jadi guru,dan seterusnya. Ya! Nanti, nun.
* * *
KARENA itu, sesuai dengan petunjuk dan arahan bos Nandang, pas tiga tahun setelah Ayah meninggal: Bariah ikut program Kejar Paket C, yang diselesaikannya dalam empat tahun. Lalu ikut kuliah UT ambil Pendidikan Bahasa Indonesia, dan baru lulus setelah tujuh tahun, saat Bariah ikut bos Markum, yang asli Tegal. Pada usia tiga puluh empat Bariah pamit pada bos Markum, dan nekad ngekos di Ponorogo, selatan Dolopo,tempat asalnya, buat jadi guru tidak tetap. Ikut tes PNS, dan lulus sebagai guru PNS setelah empat kali ikut tes. Senang saat tetap ditempatkan di Ponorogo, mengajar di SMP Slahung, di pelosok. Tinggal (kos) sendiri, hidup apa adanya, dan senantiasa menyisihkan sebagian besar gajinya untuk cita-cita murni tunggal: membangun rumah dengan uang sendiri.
Nun di sana. Di mana Bariah bisa tenang mengurung diri, mengenang semua lelakon, dan senantiasa berdoa bagi Ayah dan Ibu sehabis shalat. Dan mungkin juga berharap akan didatangi jodoh dan kekal dalam perkawinan yang berorientasi kepada mempunyai anak dan membesarkan anak. Nun.
Dan sesekali pulang kampung, untuk berziarah dan bertemu sanak saudara, dan kembali di hari yang sama ke kesendirian. Nun di sana. Hidup dalam pengabdian dengan banyak menabung. Meski tabungan itu tidak jadi apa-apa, dan cuma jadi warisan yang dibagikan di antara Kang Barjan serta Kang Barjun, ketika Bariah kontan menunaikan kewajiban hidup, dan selesai sebagai manusia di usia lima puluh tahun. Mati dan dikuburkan di pemakaman di bawah naungan bambu,yang senantiasa berdesau saat angin lewat, melintasi palung sungai dengan gemercik air yang lembut menghilir saat kemarau tinggi. Berbaring di antara entah siapa, dan dikuburkan oleh si entah siapa, tapi bersungguh-sungguh ketika memakamkannya karena mereka merasa dipintarkan atau anaknya dipintarkan olehnya di SMP pelosok itu. Meski yang selalu diceritakan kepada mereka tak selalu masalah bahasa Indonesia, tapi semangat jangan menyerah selama masih hidup dan punya cita-cita,dengan cerita bagaimana Bariah jadi sarjana dan guru dengan mbabu. “Jangan lihat apa pekerjaananya, jangan lihat mulia atau hinanya pekerjaan itu, tapi,lihatlah sejauh mana pekerjaan itu memberi uang kepadamu, sehingga kita bisa berhemat dan memanpaatkannya untuk meraih ilmu dan kesemnpatan yang lebih baik. Jangan hargai apa pangkat dan pekerjaannya tapi hargailah setiap upaya orang untuk memperoleh penghasilan halal dan tidak tergantung belas kasihan orang lain.” kata Bariah, kalimat yang seperti bergaung mengiang saat setiap lebaran banyak dari bekas murid datang berziarah, bertemu dan bersalaman, lantas bersepakat berdoa bersama di kuburannya.
Di sana, padahal mereka itu cuma si entah siapa. Dan sesekali anak-anak bos Nandang dan bos Markum, yang Bariah asuh itu datang berkunjung dan berdoa, sementara itu kedua kakak, kakak ipar, dan lima keponakannya tak pernah mampir.
* * *
DALAM tajam aroma kemenyan, suara desau daun bambu dan gema gemuruh arus air saat penghujan tiba itu seperti mengajak buat tetap tinggal di Bumi dan kekal sebagai mahluk Bumi. Tapi Bariah tidak bisa berlama-lama karena harus kembali ke kesunyian (sendiri) sebelum masa kebangkitan itu tiba dan semua berjalan memasuki ruang dacin perhitungan,serta pelan menyeberangi titian tipis baik-buruk, langsung memasuki hisab dan kekekalan siksa atau anugerah. Nanti. Tempat di mana pulang tak berkaitan dengan tempat asal, rumah di mana kita dilahirkan dan dibesarkan, serta waktu di mana kita dimatangkan kasih sayang dan keimanan agar tegar mengembara ke seluruh pelosok. Nun, nanti. Saat pulang hanya diperhubungkan dengan apa yang telah kita perbuat selama berkeliaran di muka Bumi. Nanti, nun di belum terbayangkan. ***
Catatan:
reboh : repot dengan bawaan berlebihan di kedua tangan
amben : ranjang bambu
mbangun : membuat dan mendirikan rumah
mbabu : bekerja sebagai pembantu
ditiliki : selalu dikontrol dan dicek
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
26/08/11
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar