11/08/11

Sepuluh Ribu Rupiah untuk Tuhan

Teguh Winarsho AS
http://www.suarakarya-online.com/

DUDUK menyendiri di pojok serambi masjid usai shalat tarawih, Darbi menahan lapar. Wajahnya pucat. Tubuhnya berkeringat. Perutnya terus melilit-lilit perih, seperti disengat kalajengking. Wajar, sewaktu buka puasa sore tadi perutnya hanya terganjal dua potong pisang goreng dan segelas air putih.

Darbi tak tega menyantap nasi dan lauk sekadarnya saat melihat dua anaknya yang baru kelas empat dan tiga SD menjalani puasa pertama mereka. Meski menahan lapar, tapi terselip rasa bangga di dada Darbi melihat dua anaknya yang masih kecil sanggup puasa sehari penuh. Anak-anak lain jarang yang sanggup melakukannya.

Riuh rendah suara orang ngobrol dan tertawa di serambi masjid sedikit pun tidak menerbitkan minat Darbi untuk bergabung. Darbi memilih duduk menyendiri di pojok. Perutnya semakin sering berkerucuk, melilit perih. Berkali-kali dilihatnya Haji Barkah di serambi masjid, mengenakan surban dan kopiah putih dikelilingi beberapa anak muda. Tapi Haji Barkah seperti tak melihat keberadaan Darbi. Haji Barkah terus ngobrol dan tertawa bersama anak-anak muda. Terlihat cerah wajah Haji Barkah. Terlihat bersemangat laki-laki tua itu saat menceritakan kejadian-kejadian lucu. Kadang terbesit keinginan di hati Darbi mendatangi Haji Barkah. Menyibak kerumunan anak-anak muda itu lalu membisikkan sesuatu di telinga Haji Barkah. Darbi tahu Haji Barkah pasti tak keberatan. Uang sepuluh ribu bagi Haji Barkah yang memiliki puluhan hektar sawah dan dua toko kelontong di pasar, tentu tidak seberapa. Semua orang kampung tahu Haji Barkah kaya raya. Tapi Darbi selalu ragu, gamang. Anak-anak muda itu pasti akan bertanya-tanya dan menatap heran. Ah, Darbi tak ingin dirinya tampak begitu hina di hadapan anak-anak muda itu. Darbi tak mau keinginannya pinjam uang pada Haji Barkah menimbulkan rasa belas kasihan dari anak-anak muda itu. Cukuplah dirinya yang menanggung semuanya.

Dalam diam Darbi merutuki nasibnya yang kurang mujur. Mestinya usai buka puasa sore tadi ia langsung mendatangi rumah Haji Barkah, pinjam uang. Tentu tak ada orang lain yang tahu kecuali keluarga Haji Barkah. Tentu Haji Barkah juga akan langsung meminjaminya uang. Uang sepuluh ribu rupiah bagi orang seperti Haji Barkah, tentu tak seberapa. Tapi, ya, ya, Darbi ingat, ia memang sengaja tak datang ke rumah Haji Barkah karena tahu istri Haji Barkah terkenal pelit. Tak habis pikir Darbi jika datang ke rumah Haji Barkah, tapi yang menemui istrinya.

Malam kian larut. Suara orang mengaji terdengar kian sayup dan redup. Darbi terus menunggu. Menunggu anak-anak muda itu pulang sehingga ia punya banyak kesempatan untuk bicara empat mata dengan Haji Barkah. Tapi anak-anak muda itu justru semakin betah mendengar cerita-cerita lucu Haji Barkah. Bahkan beberapa anak muda yang baru selesai tadarus, ikut bergabung di situ. Darbi merasa ada sesuatu yang mulai menusuk-nusuk perutnya, tajam.

Tiba-tiba Darbi ingat dua anaknya di rumah. Lima jam lagi mereka harus makan sahur. Tapi sudah tak ada beras tersisa di dapur. Satu-satunya harapan hanya pada Haji Barkah. Sepuluh ribu rupiah.

* * *

TAMPAK dua anak muda keluar dari dalam masjid membawa kotak infak. Pada bulan ramadan perolehan infak jauh lebih besar dibanding bulan-bulan lainnya. Diedarkan pada jamaah shalat subuh dan tarawih. Dua anak muda itu membawa kotak infak ke tengah kerumunan di serambi masjid, di hadapan Haji Barkah. Seperti biasa kotak infak itu akan dibuka dan dihitung bersama-sama lalu dicatat di papan tulis digabung dengan saldo hari kemarin.

Hati-hati dua anak muda itu membuka kotak infak dan menuang isinya. Tampak pecahan uang logam dan kertas berhamburan di lantai, beberapa berdenting menggelinding. Takjub mata Darbi menatap lembaran-lembaran uang itu. Kantuknya berangsur lenyap. Darbi tahu di mana uang itu nanti akan disimpan.

“Jumlah semuanya enam puluh dua ribu tiga ratus rupiah! Semoga barokah!” Berkata Haji Barkah penuh semangat sambil menggenggam uang infak ditunjukkan pada anak-anak muda di sekelilingnya yang tanpa dikomando segera mengangguk-angguk takzim, mengamini.

“Tapi biar kas masjid kita ini jumlahnya cepat banyak, akan kutambah lagi.” Berkata demikian Haji Barkah mengeluarkan satu lembar uang dua puluh ribu dari saku baju. Kembali Haji Barkah mempertontonkan uang itu pada anak-anak muda yang kembali mengangguk-angguk takzim.

Untuk kedua kalinya malam ini Darbi merasa ada sesuatu yang menusuk-nusuk perutnya, tajam.

* * *

MALAM dingin. Satu-persatu anak-anak muda itu pulang. Lalu Haji Barkah yang terakhir. Tak ingin kesempatannya hilang, Darbi cepat-cepat bangkit dari pojok serambi masjid menghampiri Haji Barkah. Pulang bersama melewati jalan kampung remang. Kabut mulai turun menyelimuti lampu-lampu di pinggir jalan. Tapi entah kenapa Darbi masih dicekam ragu, gamang, mengutarakan niatnya pinjam uang.

“Kudengar kedua anakmu sudah mulai puasa penuh,” ucap Haji Barkah di tengah jalan.

“Alhamdulillah, Pak Haji.” Darbi menjawab dengan bibir pucat gemetar menahan lapar.

“Bagus, bagus. Pendidikan agama memang harus ditanamkan sejak dini. Mudah-mudahan mereka tidak mengikuti jejak Ibunya.”

Semula Darbi tidak sadar dengan apa yang dikatakan Haji Barkah. Tapi ketika kemudian sadar, Darbi tersentak menunduk, merah padam mukanya. Teringat Darbi, mantan istrinya yang sudah pisah dua tahun lalu, kini memang suka dibawa pergi laki-laki. Semua orang kampung tahu. Sebenarnya sudah lama Darbi ingin membunuh ingatannya pada perempuan itu, tapi orang lain entah disengaja atau tidak justru sering mengingatkannya.

Darbi dan Haji Barkah terus berjalan beriringan. Rumah Haji Barkah semakin dekat. Membuat Darbi kian dicekam gelisah. Kesempatan untuk pinjam uang tinggal sebentar lagi. Darbi menghirup nafas panjang mencoba memberanikan diri. “Hmm, maaf, Pak Haji, saya mau merepotkan Pak Haji.” Terputus sejenak suara Darbi menahan sungkan. “Saya mau pinjam uang sepuluh ribu. Insya Allah lusa saya kembalikan.”

Haji Barkah menoleh menatap Darbi lalu buru-buru merogoh saku bajunya. Masih ada selembar sepuluh ribu kusam. “Aduh. Darbi, Darbi, kenapa kamu nggak bilang waktu di masjid tadi? Uangku tinggal sepuluh ribu. Kamu tahu sendiri, uang ini jatah untuk infak subuh besok. Aku harus memberi contoh pada orang-orang kampung bagaimana cara memakmurkan masjid. Besok pagi saja kalau istriku sudah berangkat ke pasar, kamu datang ke rumah” Haji Barkah menepuk-nepuk pundak Darbi.

“Tapi.” Belum selesai Darbi bersuara, Haji Barkah lebih cepat menukas.

“Sudahlah, besok pagi saja. Kamu tidak perlu pinjam, tapi kukasih. Cuma sepuluh ribu kan? Jangan kawatir.” Berkata demikian Haji Barkah belok menuju rumahnya. Langkahnya gegas, tergesa.

Darbi seperti masih ingin mengucapkan sesuatu, tapi lidahnya benar-benar kelu.

* * *

PEDIH dan teriris-iris hati Darbi melihat dua anaknya tidur beralas tikar. Tiga jam lagi ia harus membangunkan kedua bocah kecil itu untuk makan sahur. Tapi hingga saat ini Darbi tak pegang uang sepeser pun. Haji Barkah, satu-satunya harapannya baru menjanjikan besok pagi setelah istrinya berangkat ke pasar. Tiba-tiba berkelebat dalam benak Darbi lembaran-lembaran uang infak yang tadi ia lihat di masjid. Beberapa lembar uang itu tampak masih baru dan licin. Darbi tahu di mana tempat menyimpannya.

Niat Darbi sudah bulat. Darbi kembali keluar rumah berjalan mengendap-endap menghampiri masjid. Menyelinap masuk ke dalam masjid ketika situasi benar-benar sudah aman. Di dalam masjid Darbi melihat dua anak muda tidur pulas di dekat mimbar. Sejenak Darbi menghentikan langkah, tiba-tiba ragu dengan niatnya. Tapi bayangan kedua anaknya yang besok harus puasa terus berkelebat-kelebat dalam benaknya. Darbi segera menghampiri salah satu ruangan tempat menyimpan uang infak. Darbi bersyukur, pintu ruangan itu tidak dikunci. Hati-hati Darbi membuka kotak infak lalu mengambil uang sepuluh ribu rupiah dari situ. Pulang.

* * *

SESAK dan sengal nafas Darbi duduk di kursi menghadap meja makan. Wajahnya tampak letih, pucat, berkeringat. Perutnya semakin terasa perih, melilit-lilit. Matanya mulai berkunang-kunang. Sepanjang hidup baru kali ini ia mencuri. Ia tahu hukuman apa bagi seorang pencuri. Tapi sebentar lagi ia dan kedua anaknya perlu makan sahur untuk menjalankan puasa di hari kedua. Puasa hukumnya wajib. Dan satu lembar uang sepuluh ribu yang baru ia ambil dari kotak infak masjid masih erat dalam genggaman tangannya. Uang itu nanti akan ia belanjakan untuk beli makan sahur bersama kedua anaknya.

Darbi masih mengatur nafasnya yang sesak, sengal, ketika tiba-tiba Niken, anak sulungnya bangun berjalan menghampiri. “Tadi Ibu datang. Ngasih duit.” Suara Niken serak mengangsurkan satu lembar sepuluh ribu pada Darbi.

Gemetar tangan Darbi sewaktu menerima uang itu. Darbi tahu dari mana uang itu didapat mantan istrinya. Kini di tangan Darbi terdapat dua lembar uang. Keduanya cukup untuk makan sahur ala kadarnya bersama dua anaknya. Tapi mendadak Darbi disergap bingung, gelisah, uang mana yang akan ia gunakan?

Malam terus merambat kelam. Sebentar lagi waktu imsak datang.

* Depok, 2005

Teguh Winarsho AS, lahir di Kulonprogo (Yogyakarta), 27 Desember 1973. Buku kumpulan cerpennya yang sudah terbit, Bidadari Bersayap Belati (2002), Perempuan Semua Orang (2004), Kabar dari Langit (2004), Tato Naga (2005) dan novel Tunggu Aku di Ulegle, roman dan tragedi di bumi serambi Mekah (2005).

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita