18/08/11

Memahami Kreativitas Nawal el Saadawi

Jaleswari Pramodhawardani*
Media Indonesia, 22 Nov 2006

Konon menurut Tao, seorang pemimpin yang baik adalah ibarat sebuah danau. Dalam dan menampung. Dia tidak lasak dan tidak berada di pucuk tertinggi. Karena itu, kepemimpinan yang baik tidak dinilai dari sekadar keberaniannya bertindak, namun terjadi ketika sebuah tindakan merupakan bagian dari hidup yang utuh yang mengaktualisasikan diri. Termasuk menghargai sebuah kreativitas dan ketidaksepakatan yang berhadapan dengan dirinya.

Mungkin almarhum Anwar Sadat, Presiden Mesir saat itu belum mengetahui hal ini. Memang, dunia internasional memberikan penghargaan Nobel Perdamaian (1978) kepadanya. Tetapi ia juga tampaknya sebuah contoh dari apa yang dikatakan Nawal El Saadawi sebagai produk dari sebuah sistem demokrasi Barat yang salah. Kekuasaan kepemimpinannya diterjemahkan tidak lebih dari pusaran kekuatan militer, kekuasaan uang, kepentingan multinasional dan lain-lain.

Itulah sebabnya ketika Nawal melalui sebuah artikelnya menunjukkan kontradiksi kebijakan Sadat yang membawa implikasi bagi kehancuran ekonomi dalam negeri dengan meningkatnya jurang antara si miskin dan si kaya dan juga menggambarkan bagaimana Sadat mendorong gerakan fundamentalisme keagamaan di negaranya, hasilnya adalah penjara baginya.

Menurutnya, kenyataan pahit itu bukanlah khas Mesir, negaranya, namun juga terjadi di belahan bumi mana pun, seperti yang dikatakannya dalam sebuah wawancaranya.

If you really want to change the system, the capitalist system here, or in any country, you will be a dissident and you may land in jail, in prison, as happened to me in Egypt. Now here the system, the establishment is so strong, that writers can not change anything. In Bangladesh, in Egypt, in Africa, you know, you can make a revolution by an article. Sadat put me in prison because of one article I wrote. Just one article.

Siapakah Nawal el Saadawi?

Dilahirkan pada 1931, dari sebuah keluarga terhormat di Desa Kafr Tahla di daerah delta Mesir, Nawal tumbuh sebagai seorang feminis Mesir terkemuka yang disegani di panggung feminisme internasional. Ayahnya adalah pejabat tinggi dalam Departemen Pendidikan Mesir. Nawal sendiri adalah seorang ahli sosiologi, dokter, dan seorang pengarang.

Nawal tergolong pengarang Mesir kontemporer dengan hasil karya yang paling banyak diterjemahkan ke dalam 12 bahasa sedunia. Ia menghasilkan karya klasik tentang perempuan dunia Islam. The hidden face of eve (Wajah Rahasia Kaum Hawa) dan banyak karya terbitan lain, termasuk naskah sandiwara, koleksi cerita pendek, karya nonfiksi, dan novel yang sebagian besar telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, beberapa di antaranya dalam terjemahan bahasa Indonesia, antara lain Women at Point Zero (Perempuan di Titik Nol), Death of an Ex-Minister (Akhir Hayat Seorang Mantan Menteri), Searching (Mencari), The Innocence of the Devil (Tak Berdosanya Sang Setan) (California, 1994).

Karya-karyanya banyak menohok kalangan muslim dan penguasa di negaranya. The Fall of the Imam (Jatuhnya Sang Imam) misalnya, dalam novel tersebut Nawal berkisah tentang perjuangan dan perlawanan seorang anak perempuan yang lahir tanpa ayah. Sang ibu dianggap sebagai seorang perempuan pezina, namun semua orang, mulai dari penjaga hingga sang Imam telah tidur bersamanya. Akibat keingintahuannya tentang keturunannya, ia selalu dikejar-kejar dan akhirnya tertangkap dan dijatuhi hukuman mati. Novel ini berisi tentang kejatuhan para pemimpin yang selalu bersembunyi di balik nama agama dan Tuhan.

Yang menarik dalam novel ini adalah keberanian pengarangnya dalam mendobrak sistem dan (manipulasi) ajaran agama yang selama ini sering terjadi. Semua itu banyak terungkap dalam dialog-dialog lugas yang terjadi antara sang putri dan para pengikut sang Imam, juga dengan teman-temannya

Selain itu, karismanya di bidang kesehatan umum sangat mencolok, baik di Mesir maupun di luar negeri, sampai ia mengakhiri jabatan sebagai Dirjen Pendidikan Kedokteran, Kementerian Kesehatan di Kairo tahun 1972. Ia diberhentikan oleh instansi tersebut termasuk pencopotannya sebagai direktur kesehatan masyarakat akibat tulisannya yang blak-blakan tentang seksualitas, terutama dalam karyanya Woman and Sex.

Sembilan tahun kemudian, pada 1981, ia dipenjarakan atas tuduhan ‘perbuatan kriminal terhadap negara’ oleh Presiden Anwar Sadat sebagai bagian dari penangkapan dan penahanan besar-besaran tokoh-tokoh intelektual Mesir. Bahkan setelah pembebasannya, jiwanya terancam dan selama beberapa tahun rumahnya di Giza dijaga oleh satpam bersenjata, sehingga ia meninggalkan negerinya untuk menjadi profesor kunjungan pada berbagai universitas di Amerika Utara. Hingga sekarang ia tetap menulis dan berkampanye demi kebebasan dan keadilan perempuan dan laki-laki.

Feminisme Nawal

Nawal sering terkesan menyerang Islam dan sistem politik negaranya, Mesir. Namun, dalam pembicaraannya di berbagai forum internasional dan sebagai pembicara kunci di hampir seluruh universitas di Amerika serta institusi akademik lainnya, ia tidak kehilangan daya kritisnya terhadap AS terutama prasangka buruknya terhadap dunia Islam. Dalam hal ini ia mempunyai pendapatnya sendiri When you criticise your own culture, there are those in your culture who are against you, who say: ‘Don’t show our dirty linen outside.’ I don’t believe in this theory. I speak one language, whether inside the country or outside. I must be honest with myself.”

Mungkin kepedulian, keberanian, dan kejujurannya ini merupakan pilihan sikap dan bentuk perlawanannya terhadap sistem patriarkat dan corporate capitalism yang ditolaknya selama ini.

Tentang feminisme, ia mengatakan bahwa di Mesir sedikit sekali, untuk tidak mengatakan tidak ada feminis. Menurutnya, feminisme adalah perjuangan melawan patriarkat dan kelas. Sekaligus perlawanan terhadap dominasi laki-laki dan dominasi kelas. Dan menurutnya opresi yang dilakukan keduanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Karena hal itu saling berkaitan.

Ia juga mengkritik kaum feminis, yang menurutnya sebagian besar memiliki ‘kesadaran palsu’ terhadap perjuangan yang mereka lakukan. Menurutnya, kalangan feminis sering tidak menyadari bahwa mereka menjadi korban fundamentalisme keagamaan dan konsumerisme Amerika. Ketidaksadaran mereka tentang hubungan antara kebebasan perempuan di satu sisi dan ekonomi serta negara di sisi lain, sering membuat perempuan hanya terfokus pada perjuangan melawan patriarkat semata dan mengabaikan bahaya corporate capitalism bagi kehidupan perempuan dan masyarakat.

Pernyataan keras ini sekilas mengesankan pandangan seorang feminis konservatif, feminis eksistensialis gelombang kedua yang masih meneguhkan wacana hegemonik dominan. Namun jika kita meletakkan dalam konteks apa yang dikatakan spoonley (1995) sebagai ”…kekhususan yang muncul sebagai hasil dari politik identitas yang dilokalisasi, kita akan melihat suatu model perlawanan pluralistik yang telah dijelaskan oleh Yeatman (1993) sebagai saling menghubungkan penindasan”.

Nawal tidak sendirian di sini, Yeatman mengutip Bell Hooks sebagai contoh dari seorang feminis Afrika-Amerika, yang dalam mengkritik feminisme gelombang kedua, mengartikulasikan politik perbedaan dalam menunjukkan apa yang dimaksud dengan menjadi kulit hitam dan seorang perempuan.

Hooks (1984) mengatakan bahwa sebagai suatu kelompok, perempuan kulit hitam berada pada posisi yang tidak lazim dalam masyarakat. Tidak saja karena status sosial ekonomi pekerjaan yang memosisikan mereka sebagai kelompok paling rendah di kelompok mana pun, namun kelompok mereka adalah kelompok yang tidak disosialisasikan untuk berasumsi pada peranan pengeksploitasi/penindas.

Dengan demikian, mereka tidak diizinkan untuk mengeksploitasi atau menindas ‘yang lain’ yang diinstitusionalkan. Berbeda dengan perempuan kulit putih dan laki-laki kulit hitam yang memiliki dua cara. Mereka dapat bertindak sebagai yang menindas dan ditindas.

Dalam derajat yang berbeda, agaknya persoalan Nawal dan kelompok perempuan Mesir (Timur Tengah) lainnya dalam perjuangannya melawan ‘penindasan’ ini harus diletakkan dalam kerangka pemahaman yang sama, kendatipun mempunyai corak dan renik-renik penindasan yang berbeda.

Kunjungannya ke Indonesia sebagai pembicara kunci dalam Konferensi International Ketujuh Women Playwrights International pada 19-26 November 2006, tentulah mempunyai alasan tersendiri dan bisa jadi menginspirasi gerakan perempuan di Indonesia, terutama sikap dalam memperjuangkan sesuatu yang diyakininya melalui kepedulian, keberanian, dan kejujuran.

* Jaleswari Pramodhawardani, Peneliti LIPI dan Board The Indonesian Institute
Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2006/11/esai-memahami-kreativitas-nawal.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita