25/05/11

Afrizal Malna dan Titarubi: Merajut Cinta Yang Hilang

Sabrank Suparno *
http://sastra-indonesia.com/

Bagi kalangan perteateran dan sastra (puisi), siapa yang tidak mengenal sosok melankolis Afrizal Malna? Tokoh yang disebut-sebut sebagai seniman multidimensi, tajam sebagai seniman, sekaligus peka sebagai sosiolog. Sosok kondang sebagai tokoh kontroversi di era-korup, kolusif terhadap kebijakan orba, sekaligus eksis menjumpai generasi kontemporer setelah rezim orba tumbang.

Logikanya, Afrizal Malna ‘mati kutu’ setelah orba lengser, tidak ada lagi yang wajib ditegakkan, diluruskan semasa era-revormasi, sebab, pada era-revormasi, anak ingusan pun bebas mengkritisi kebijakan kaum elit, terutama di bidang kesuastraan sekali pun. Bunuh diri dalam bahasa, adalah gambaran gamblang untuk menganalisa keputusasaan Afrizal yang mengarah bahwa konsekwensi dirinya sebagai sastrawan, pekerja puitika, serta pemerhati timbulnya gejala semiotika, semantika, filologis dst, sudah selesai. Artinya, mubadzir melontarkan gagasan pada era-revormasi yang melanjutkan tongkat estafet era-tinggalandas orba. Harusnya, selesailah tanggungjawab membenahi Indonesia. Bukan Indonesia tidak bisa dirubah, tetapi tidak mau berubah.

Kiranya tidak demikian dengan Afrizal. Ia sejenak mengepompong dari carut-marut berkesenian untuk melahirkan sublimitas karya selanjutnya. Gagasan video art, adalah ketajaman seorang Afrizal sebagai formula baru dalam menganalisa kekurangsempurnaan dalam bahasa tulis. Untuk menjelaskan kecepatan cahaya misalnya, Afrizal memproyeksikan dengan audio visual, lebih jelas diskripsinya dari sekedar bahasa tulisan. Bagaimana warna dan gerak cahaya, menentukan berapa tingkat kecepatan cahaya melesat.

Gejala rezim sastra, juga tak luput dari sorotan tajam Afrizal. Di negara-negara Barat, sastra masih berdisiplin pada media sastra khusus. Berbeda dengan Indonesia, koran tiba-tiba marak sebagai ajang pembangunan jatidiri sastrawan. Koran juga menjadi tolakukur perkembangan sastra. Padahal, koran dan televisi sekali pun kinerjanya tak luput dari intervensi pemilik saham yang menentukan ke mana ujung pendulum akan diarahkan. Orientasi koran, ialah orientasi bisnis: mana yang laku, bukan mana yang bermutu. Dari sini, sastra bergerak menuruti aturan media yang kerapkali diperankan berdasarkan mood editor, kawan seperjuangan, teman dekat, bahkan ada ulah editor yang konyol memuat karya para penulis berparas cantik, dengan harapan kemudian menelponnya dan selanjutnya, dan sebagainya. Gejala semacam ini mengakibatkan perkembangan sastra menjadi sekedar tipikal, tipograf, baku dan basi.

Dalam dunia teater pun demikian. Afrizal mulai menyembulkan elevasi voltase yang ia rakit sekian puluh tahun berkeliteran seputar perteateran. Buku Perjalanan Teater Kedua: Antologi Tubuh Dan Kata yang dicetak penerbit: iCAN Yogyakarta setebal 428 halaman ini merupakan proses metamorfosis Afrizal dalam memandang dunia teater dengan kacamata ‘tua’nya.

Teater ke dua yang dimaksut Afrizal ialah dokumentasi atas catatan-catatannya selama menyaksikan pertunjukan taeter, sedang teater pertamanya berupa pertunjukan teater yang sedang berlangsung. Selanjutnya pembaca buku Teater Kedua berposisi sebagai teater ke tiga dan selanjutnya.

Teater ke dua, berawal dari persinggungan kecil semasa kanak-kanak, di mana Afrizal sering berkeliaran di area parkir sekitar gedung pertunjukan: Wayang Orang Adhiluhung, Wayang Orang Bharata, Miss Tjitjih dan Bioskop Grand. Ketakutan Afrizal atas peran aktor yang ia saksikan di malam pertunjukan, terjawab ketika siang harinya Afrizal melihat aneka kostum horor yang dijemur berjajar di area parkir gedung tersebut (kawasan pasar Senen Jakarta). Dari sanalah Teater ke dua berlangsung, bahwa ketika pertunjukan usai, gelaran pentas ditutup, sesungguhnya teater sedang berpindah proses ke penonton, bagaimana mereka akhirnya menerjemahkan bahasa tubuh, kata serta ruang ke dalam laku hidup.

Afrizal menyinggung detail ketika mengantarkan buku cetakan I, 2010 tersebut dalam acara yang digelar Dewan Kesenian Jombang pada Minggu 10 April 1011 dengan tajuk: Launcing, Diskusi Teater dan Senirupa bersama Afrizal Malna dan Titarubi. Pendiskriptian Afrizal mengenai teater, bermula sejak orang bangun tidur, ke kamar mandi, beraktifitas dan seterusnya, di sanalah sesungguhnya manusia melangsungkan teater dalam dirinya, di mana sabun dan benda-benda masing-masing memerankan diri sebagai tokoh teater. Ayah, anak, ibu dalam percaturan rumahtangga, masing-masing berperan sebagai dirinya atau justru tidak berperan dalam posisisnya. Artinya, jika ditanyakan: bagaimanakah Indonesia menurut kacamata Afrizal? Maka jawabnya ialah sabun mandi, sintron televisi, praktek pemerintahan, kondisi perekonomian, sosial, budaya yang berlangsung. Kemudian jika terjadi kejanggalan dalam naskah teater hidup tersebut, mulailah terjadi pembongkaran secara stereotip terhadap pembacaan teater. Bahkan ketika menjawab pertanyaan salah satu audiens perihal hidup sesudah mati, Afrizal menjawab secara ringan bahwa bagi dirinya kehidupan itu, ya, hari ini, tidak ada pemaknaan setelah mati. Logikanya, mengapa harus memikirkan nanti, jika hari ini tak berbuat baik. Esensinya bukanlah hari ini atau nanti, tetapi seberapa tinggi nilai yang dapat dibangun.

Lahirnya buku Perjalanan Teater Kedua ini, dari proses pencetakan menjadi bentuk, merupakan lakon teater tersendiri yang disebut teater pertama. Namun saya melihat ada teks yang tidak tertulis dalam buku ini tetapi diperankan oleh penulis, yaitu politik bahasa. Kenapa Afrizal memakai kata ‘teater ke dua’, dan bukan diksi lain yang bermakna setara, misal: teater transformasi, teater total, teater bersambung dll. Kalau pun sah memilih kata ‘teater ke dua’, kesannya Afrizal terburu-buru. Rendra belum pudar dari julukan sebagai Bapak Teater Kesatu, sebagai rujukan atas perkembangan perteateran di Indonesia. Kata ‘teater ke dua’, sepertinya sengaja dihembuskan sebagai isyu konsesi atas pertanyaan: siapakah yang terpilih menggantikan Rendra?

Berbeda dengan Afrizal, Titarubi, sang istri perupa kondang Agus Suwage, juga merangkai senirupa yang digelutinya lebih komprehensip. Pakaian yang ia rajut dari pernak-pernik plastik seberat 25 kilogram, mendapat apresiasi hangat dari negara-negara Barat. Pada proyektorfiled yang dipresentasikan, Titarubi menjelaskan bagaimana korelasi antara warna, bentuk dan ekspresi modeling yang menggambarkan beban seberat 25 kilogram tersebut.

Contoh lain adalah karya Titarubi berupa patung yang sekujur tubuhnya dipenuhi guratan ayat-ayat Alqur’an. Ia berasumsi bahwa seluruh partikel yang mengontruksi struktur fisik adalah ayat-ayat kauniah. Yang menarik dari proses kreatifitas Titarubi ialah bagaimana ia menggali peletakan arah pencahayaan dari atas, depan, bawah pada patung tersebut yang tiap arah akan menghasilkan kalderalisasi muatan cahaya berbeda terhadap bayang penumbra. Cahaya dari atas, lebih menerangi hampir 80% posisi benda (QS: An nur).

Menjawab pertanyaan salah satu guru yang hadir tentang bagaimana menghubungkan seni dengan materi pelajaran lain-non seni-di sekolah, Titarubi menjelaskan secara teoritik Golden Ratio dari Pytagoras. Yaitu bagaimana sebuah proses seni diciptakan dengan menentukan komposisi keindahan yang ideal dengan cara menghitung secara matematis, berapa prosen dauran warna hendak dituangkan?

Tidak heran apa yang diungkap Nasrul Ilaihi (Cak Nas) selaku moderator, bahwa kebesaran Agus Suwage sebagai perupa kaliber nasional adalah backing kuat dari sosok istri tercinta: Titarubi.

*) Penulis lahir di Jombang 24 Maret 1975. Menulis esai, puisi, cerpen, cerkak bahasa nJombangan. Redaktur Bulletin Lincak Sastra. Team pengelola media Forum Sastra Jombang.blogspot.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita