10/03/11

Aceh, PKA, dan UU Hamidy

Herman Rn
http://www.kompasiana.com/pelangi-rn

Kalau ada yang menulis tentang Aceh hingga lebih 50 buah buku, ia adalah UU Hamidy. Lelaki itu lahir Rantau Kuantan, Riau, 17 November 1943. Kendati bukan kelahiran Aceh, ia tahu benar seluk beluk Aceh, terutama bidang sastranya dan terkhusus lagi tentang hikayat-hikayat Aceh. Karena itu, tak salah jika salah seorang ulama sekaligus sastrawan Aceh, Prof. Ali Hasjmy, menggelari Hamidy sebagai “Orang Aceh yang lahir di Pekanbaru. Menariknya lagi, Hamidy mengawali tulisannya dengan Aceh dan tulisan terakhirnya pun tentang Aceh.

“Bung, saya ini sudah sangat tua, sudah uzur,” kata lelaki tua itu, saat kutanyakan apakah ia akan hadir ke Aceh dalam rangka perhelatan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-5, karena saya tahu ia seorang sastrawan berpengaruh di dunia Melayu.

“Pertanyaan Bung mengingatkan saya kembali pada masa-masa saya di Aceh, saat saya meneliti hikayat-hikayat Aceh,” ujarnya. “Rindu dan keinginan untuk dapat menginjakkan kaki kembali ke daerah bernama Aceh itu pasti ada, Bung,” tambahnya.

Hamidy pun mulai berkisah tentang kehidupanya selama di Aceh. “Tahukah Bung,” katanya. “Acehlah yang membuat saya mampu melahirkan banyak buku tentang Melayu secara luas. Tak dapat saya pungkiri, dari 60 buah buku yang sudah saya tulis, 50 di antaranya adalah tentang Aceh. Saya sangat terinspirasi dengan hikayat Aceh, Bung. Setelah skripsi saya yang saya gubah menjadi sebuah buku sederhana, saya mulai menulis tentang Aceh. Tulisan pertama saya tentang Anzib Lamnyong, pengumpul hikayat Aceh. Dari situ kemudian lahirlah tulisan-tulisan saya yang lainnya.”

Lelaki itu lalu terdiam sesaat. Ia menarik napas sambil meluruskan kakinya. “Saya tidak tahu apakah saya masih dapat menulis. Tulisan saya terakhir, juga tentang Aceh, Bung. Judulnya, Tipologi Orang Aceh dalam Hikayat. Tulisan ini berbentuk artikel pendek yang sudah dimuat di Serambi Indonesia setahun lalu. Mungkin, itu memang tulisan terakhir saya. Maklum, tangan dan pikiran saya sudah sangat lemah saat ini. Sudah setahun saya berhenti menulis.”

Selanjutnya, ia mulai berkisah tentang beberapa tokoh Aceh yang ditemuinya saat tinggal di Aceh. Pak Anzib Lamnyong si pengumpul hikayat itu adalah sumber kelahiran pertama kajian saya. Oya, Bung di mana tinggal? Waktu di Aceh, saya bermukim di Darussalam. Saya dengar daerah itu selamat dari tsunami. Alhamdulillah. Di sana, saya bergaul dengan saudara seiman bagai saudara kandung sendiri. Saya jadi ingat wajah Talsya, Syekh Rih, Pak Ali Hasjmy, dan banyak lagi. Orang-orang Aceh sangat peramah, Bung, pemurah hatinya. Saat saya sudah kembali ke Pekanbaru, saya masih dipercayakan menjadi pembantu khusus untuk majalah Sinar Darussalam, hingga majalah itu berhenti terbit. Itu makanya, saya merasa memang sudah seperti orang Aceh.

Terkadang memang lucu mengingat itu semua. Saya terharu dibuatnya. Tahukah Bung, waktu saya meneliti dan tinggal di Aceh, Pemerintah Daerah Istimewa Aceh, melalui Gubernur Muzakkir Walad dan Rektor Unsyiah kala itu, Ibrahim Hasan, menawarkan kepada saya agar saya menjadi tenaga pengajar di Unsyiah. Kata mereka: “Silahkan pindah dari Pekanbaru ke Darussalam.” Pak Hasjmy sendiri, kalau ke Riau, selalu mencari saya. Lalu, kepada masyarakat Aceh, ia memperkenalkan saya sebagai warga Aceh yang lahir di Pekanbaru. Hahahaha…

Kudengar lelaki itu tertawa sangat renyah kemudian batuk beberapa kali. “Apakah Tuan tak berkeinginan lagi untuk ke Aceh. Saya dengar, PKA kali ini dihadiri oleh banyak tokoh, dalam dan luar negeri. Apakah Tuan tak dapat undangan? Apakah Tuan tak ingin berbagi kisah hikayat Tuan kepada masyarakat Aceh sekarang?” tanyaku perlahan.

Hamidy tersenyum. “Bung, hikayat Aceh sudah menjadi darah dalam daging saya. Seperti saya katakan tadi, di usia saya yang sudah sangat tua ini, saya masih punya keinginan untuk menapakkan kaki ke tanah Aceh. Namun, untuk pergi ke Aceh, saya tidak bisa lagi sendiri. Saya mungkin bisa datang kalau diperkenankan membawa pendamping, kalau bukan istri, anak saya barangkali. Apakah itu memungkingkan? Terus terang, aya tidak mau menyibukkan panitia PKA dengan masalah saya yang sudah sangat renta ini.

Aku terdiam mendengar kalimatnya yang terakhir. Hingga terjaga dari mimpi malam itu, aku masih berharap Hamidy dapat ke Aceh, entah mengapa. Aku juga tak menyangka akan dapat bertemu dan berbincang dengan beliau hingga terbawa ke alam mimpi seperti ini. Padahal, siang itu, aku hanya membaca beberapa suratnya yang ditulis dengan mesin tik manual. Surat itu kutemukan di sebuah rumah pengumpul hikayat Aceh sekarang, TA. Sakti. Kebetulan Sakti memperlihatkan foto Hamidy sejenak kepadaku. Karena itu mungkin, wajah Hamidy terbawa dalam mimpiku imajinerku.

Namun, kali ini bukan mimpi. Kabar yang kuharapkan akhirnya terjawab pada Minggu (2 Agustus) kemarin. Sebuah pesan singkat (SMS) masuk ke ponselku. “Panitia PKA sudah telepon Ayah. Mereka setuju ayah berangkat dengan ibu. Insya Allah mereka akan hadir ke Aceh Sabtu, 8 Agustus.” Itu adalah SMS dari Purni, salah seorang anak UU Hamidy.

Tiba-tiba saja aku melonjak riang. Meski terlambat dari jadwal pembukaan PKA V, kehadiran Hamidy tetaplah dibutuhkan dalam perkembangkan sastra Aceh, terutama bidang hikayat saat ini. Hamidy adalah salah satu sosok pelopor memperkenalkan Aceh kepada dunia Melayu secara luas, tentu saja tanpa menafikan Hamzah Fansyuri dengan syair perahunya. Masalah kehadiran terlambat beberapa hari, saya kira bukan persoalan. Presiden saja datang terlambat dari jadwal pembukaan PKA V yang seharusnya. Maka tak salah, jika beberapa sastrawan pun nanti ada yang datang terlambat. Lucu memang, “kenduri” sudah dimulai, hidangan sudah dicicipi, baru presiden datang mengucapkan salam. Tapi sudahlah, anggap saja ini bagian dari serba-serbi PKA V yang memang sudah kelihatan ‘hangat’ dibincangkan sejak tiga bulan lalu. Selamat ber-PKA, selamat datang Bapak Melayu UU Hamidy, rindumu adalah rindu kami.

*) Alumni Gemasastrin FKIP Unsyiah. Menulis di beberapa media lokal. Menyukai buku, terutama budaya dan sastra. Masih belajar menulis dan terus belajar serta belajar terus.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita