Zawawi Se
http://sastra-indonesia.com/
Waktu terasa beringsut seperti siput. Duduk gelisah berganti-ganti posisi di kursi paling pinggir dalam deret ke empat sebelah kanan dibelakang Sopir Bus Patas Trigaya Putra jurusan Surabaya – Semarang diantara orang-orang yang terlelap mereguk mimpi-mimpi indah mereka sambil bersandar dikursi yang memberi kenyamanan perjalanan dengan tersedianya ruang longgar untuk bebas menggerakkan kaki kedepan selonjor atau kebelakang menekuk lutut memasukkan kaki dibawah kursi. Bus melaju seolah-olah tidak memahami betapa rinduku telah membuncah kepadanya. Menelusuri liku-liku jalan Daendles dengan debur ombak yang terkadang terdengar sayup-sayup dikalahkan oleh deru mesin dan remang-remang terlihat dari balik kaca ombak – ombak kecil tak jemu -jemunya menuju ke pantai serta kerlap-kerlip lampu dari kapal-kapal para nelayan terlihat jauh dari pantai memang dapat sedikit menghibur akumulasi kegelisahanku yang beberapa hari ini selalu memikirkannya, memendam perasaan rindu kepadaya.
Tidak seperti hari-hari biasa sebelumnya, betapa tidak dalam setiap aktivitas apapun yang aku lakukan hampir setiap saat tiba-tiba dia selalu muncul dalam benakku mengisi ruang batinku menjadi semacam rindu yang membara untuk selalu bersama dengannya, bercanda ria bersama, menyanyikan lagu ”kring-kring goes-goes” kesukaannya bersama-sama, membuatkannya susu di dot bergambar seekor induk bebek dan beberapa anak-nakanya kesukaannya, menyuapinya dengan ikan ceker yang sangat ia suka, nonton kartun spongebob yang ia sebut sebagai spongbob bob bob bob dengan menambah bunyi bob, bob beberapa kali di belakangnya dan kartun casper favoritnya. Semua itu memenuhi ruang benakku dengan frekuensi yang tak terhitung jumlahnya.
Perjalananku yang kesekian kalinya ini selama hampir beberapa tahun belakanngan terasa lebih lama dari biasanya. Mungkin karena perasaan ingin segera memberikan peluk dan cium kepadanya membuat bumi seolah mengurangi kecepatan untuk berputar pada orbitnya. Dalam gundah gulana tiba-tiba mengingatkanku pada berita tadi sore tentang gempa bumi di Jakarta, kemenangan pasangan salah satu pihak dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta dari lawannya dalam perebutan kursi kekuasaaan daerah propinsi, dan seseorang yang kukenal lewat sebuah mailing list sebagai seorang wartawan dan budayawan senior dengan beberapa karya besar yang sudah menginternasional. Entah mengapa tiba-tiba timbul dalam benakku menghubung-hubungkan peristiwa tersebut dan ingin mengirimkan pesan pendek kepadanya. Lalu Nokia 1100 tuaku yang telah hilang semua huruf, angka, dan simbol -simbol di keypadnya pun aku keluarkan dari saku dan jari jempolku dengan lincah dan cepat mulai bergoyang mengetik pesan meskipun tidak ada ada huruf, angka, dan simbol-simbol lainnya dalam keypadnya.
”Hasil pemilihan Gubernur DKI diikuti oleh gempa bumi di Jakarta, apakah ini sebuah pertanda?”
Sekilas kulihat tulisan dalam layar hitam putih Nokiaku yang telah pudar warna biru casingnya ”Messege Deliver to 08595956xxxx” sebelum kumasukkan kembali ke saku jaket Wrangler biruku yang telah pudar pula warnanya.
Bus terasa masih merangkak seperti kura-kura. Kembali Aku mencoba menenangkan diri dan berupaya menikmati perjalanan ini. Mengalihkan perhatianku dengan menolehkan kepala ke kanan melihat remang-remang lautan, terkadang pepohonan terkadang rumah-rumah penduduk silih berganti. Tiba-tiba kembali benakku merindunya.
”Ayo Nak, jalan-jalan ke Simpang Lima”
Ajakku kepada buah hatiku Sal yang masih menginjak 2 tahun 4 bulan pada bulan Agustus ini pada suatu sore sehabis Maghrib di ruang tamu ketika Ia sedang menaiki Truck mainan kesayangannya yang sering Ia pakai berputar-putar dalam rumah dari ruang tamu sampai ruang keluarga atau bahkan sampai ke dapur. Terkadang Sal menabrakkannya pada dinding tembok yang selalu membuat aku miris melihatnya karena melihat ia hampir jatuh kebelakang. Minimnya perabotan dalam rumah membuatnya lebih leluasa bermain-main dengan trucknya tersebut. ”Jalan-jalan beli es hem, Yah. Ma!, jalan-jalan beli es hem” sambung Sal kepada aku dan bundanya dengan mimik antusias, terlihat binar mata gembira dan lesung pipit kanannya nampak indah saat tersenyum. Jagoanku semata wayang dengan rambut gondrong agak kemerahan ini memang suka banget dengan ice cream. Bila diajak (memang dia akan selalu ikut) ke swalayan setelah putar-putar mencari bahan kebutuhan termasuk susu bebas laktosanya dia akan menuju box besar berjajar dua atau tiga dengan pintu geser sebagai pembuka disudut kanan swalayan. ”Kemarin dah rasa strawberry, sekarang ambil yang coklat aja, ya nak” tawar bundanya kepada Sal. Sudah bisa kutebak Sal akan mengatakan ya, karena semua rasa Ia suka.
Dada sebelah kiriku bergetar dengan sumber getaran dari saku jaketku, ku keluarkan Nokia tuaku dari saku jaket, kubaca sebuah pesan dilayar.
”Semua telah diatur sesuai kehendakNya” sender: 08595956xxx
Sebuah jawaban yang terlalu pendek dari pertanyaan yang membutuhkan uraian panjang. Atau mungkin aku berharap terlalu jauh dengan jawaban-jawaban yang diluar akal pikiran. Namun demikian rasanya jawaban itu memiliki kedalaman makna. Suatu simbol keberpasrahan makhluk kepada Penciptanya. Mungkin seperti juga kehidupanku yang harus berjauhan dengan keluarga. Dibutuhkan banyak upaya untuk bercengkerama dan bercanda ria bersama keluarga dengan jarak ratusan kilometer. Semua telah diatur sesuai KehendakNya.
”Iya beli ice cream, sama buku puisi” kataku kepada Sal. Namun sayang kami tidak jadi jalan-jalan ke Simpang Lima pada liburan itu. Aku dan Bundanya Sal terlalu lelah, Aku lelah karena habis perjalanan jauh sedangkan Bundanya Sal capek karena harus pulang malam karena tutup bulan harus menyelesaikan pekerjaan kantor sampai rampung. Memang kalau Sal dijanjikan sesuatu dia akan terus menagih dan merajuk untuk segera direalisasikan, sepertinya Sal mungkin juga anak-anak lainnya tidak sabaran bila dijanjikan sesuatu yang menarik hatinya. Beli buku puisi, Sal sangat antusias, dan beberapa saat kemudian selalau menagih dan merajuk, ”ayo yah jalan-jalan, beli buku puici, ayo Yah, jalan-jalan beli buku puici, aa…”.
Ketika pertama kali aku bilang beli buku puisi, responnya memang lucu banget, “puisi itu yang dijalan raya” katanya berulang-ulang dengan nada masih cadel. aku pun tertawa dipikirnya Puisi itu Polisi, dia memang suka banget kalo lihat Bapak/Ibu Polisi, malahan sering memberi hormat pada setiap Bapak/Ibu Polisi yang ditemui dijalan raya, tentu saja dengan serta merta Bapak/Ibu Polisi juga membalas hormat kepada Sal. Lalu aku pun menjelaskan kepadanya bahwa Puisi itu bukan Polisi, tapi puisi itu kata-kata seperti buku cerita, kumpulan kata-kata, entahlah apa Sal memahami atau tidak penjelasanku ini. Memang kami, aku, bunda Sal, Bude/Pak De, Sepupu Sal) sering membacakan buku-buku cerita. Karya-karya Clara Regina, Arleen Amidjaja, Iwan Kuswandi, dan beberapa pengarang lain merupakan cerita balita yang akrab ditelinga Sal.
Dulu Sal sangat menikmati cerita-ceritanya. Benji Sakit Gigi, Benji’s Toothache merupakan cerita favoritnya bahkan pernah Sal terbangun jam 01.00 dinihari minta dibacakan cerita Benji’s Toothache, maka dengan setengah mengantuk aku pun membacakan cerita tersebut pada buah hati semata wayangku ini. Mungkin karena sering dibacakan cerita yang sudah pernah didengarkan antusiasme Sal berkurang. Sal lebih menyukai main mobil-mobilan sambil berbaring dilantai atau menaiki truck mainan kesayangannya, Meskipun kadang-kadang menjelang boboknya Sal minta dibacakan cerita-cerita kesukaan yang lainnya seperti ”Aku Tidak Makan Sembarangan, Aku Tidak Tidur Sembarangan, Aku Tidak Main Pisau Sembarangan, dan Aku Tidak Nonton Tivi Sembarangan.
Dari rasa antusiasme yang berkurang yang kuperhatikan pada Sal atas buku-buku cerita itu lalu aku berinisiatif ingin mencoba memperkenalkannya pada puisi, barangkali Sal bisa menikmati.
Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan apa itu puisi kepada seorang Sal yang masih balita. Apakah membacakan karya sajak atau puisi kepadanya dapat memberikan manfaat baginya. Apakah Puisi dapat mempengaruhi Sal sebagaimana sastra telah mempengaruhi manusia berabad-abad lamanya sebagai simbol manusia berbudaya.
”Bang Ijo, Semarang terakhir” suara kondektur bus menyadarkanku dari lamunan. Aku pun bersiap-siap untuk turun di pemberhentian dekat lampu merah. Memang sebetulnya dilarang tapi kalau sudah larut begini kondisi jalan raya tidak begitu ramai dan sopir bus mau memberhentikan didekat lampu merah untuk menurunkan penumpang. Aku segera mencari angkutan kota setelah turun dari bus. Angkutan kota memang mudah didapatkan diwilayah ini. Mereka beroperasi selama 24 jam sepertinya. Tidak sampai sepuluh menit aku pun telah sampai di pertigaan jalan menuju rumahku. Tukang becak pun sudah menyambutku untuk mengantar meski hari telah dini. Aku sungguh kagum atas ketahanan mereka. Bertahan dalam udara malam yang dingin dengan hanya bersandar di becaknya masing-masing.
Aku langsung naik ke becak yang sudah direndahkan posisinya oleh tukang becak untuk mempermudah aku menaikinya.
”Kemana ini, Om” tanya tukang becak setelah dia memedal becaknya.
”Gang Pasar, Pak”
Jjawabku pada tukang becak tersebut sambil terheran-heran, tidak biasanya mereka memanggilku Om, biasanya mas adalah sapaan yang akrab sering aku dengar, dan aku lebih suka dipanggil seperti ini, lebih sosial bila dengarkan, entahlah mungkin ini hanya persepsiku saja.
”Nggih, Om” jawabnya.
Sebenarnya aku ingin menelepon Bundanya Sal untuk menyuruh keponakan-keponakan kami yang berada dirumah, tapi aku berpikir daripada harus membangunkan mereka di dini hari lebih baik aku naik becak saja. Kunikmati perjalanan dengan menumpang becak ini sambil melihat kekanan dan kekiri, aku jadi ingat salah satu lagu kesukaan Sal, Becak yang sering juga Sal senangdungkan sambil menirukan suara dikaset.
”Berhenti sini, Pak” kataku pada Tukang Becak.
”Nggih” jawabnya pendek.
Dua pohon bambu kuning dengan daun hijau muda jarang-jarang depan pagar disudut kanan rumahku akan menyambutmu bila engkau bertamu ke rumahku disamping angin dingin dan kadang sepoi-sepoi semilir berhembus dari telaga di seberang jalan depan rumahku.
Aku memukul-mukulkan Gembok pintu pagar sebagai tanda kedatanganku untuk dibukakan pintu. Keluargaku sudah hafal memang, bila pintu pagar dipukul-pukul dilarut malam. Salah satu keponakanku membukan pintu.
”Kok dalu, Mas”
Tanyanya, basa-basi yang sering kudengarkan bila aku datang pada larut malam. Memang keponakanku yang satu ini aneh, memanggil aku, Om-nya dengan sebutan mas, rasanya ganjil juga, tapi hal itu tidak menggangguku dan aku biarkan saja.
”Adek gak rewel” pertanyaan yang sama pula yang sering aku tanyakan bila aku baru datang.
Setelah membersihkan diri dan berganti, kubuka pintu kamar dan kulihat jagoanku semata wayang lelap tidur memeluk guling kecil kesayangannya yang bergambar spongebob. Aku dekati dia kupandangi dengan seksama dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lalu kucium pipi kiri dan kanan serta keningnya.
”Oh permataku, akankah aku tega membiarkanmu menangis bila suatu saat kelak engkau menjadi nakal, merengek-rengek, sebagaimana anak-anak lain yang selalu merajuk meminta sesuatu dengan tangisan”
”Oh buah hatiku, akankah aku suatu saat tega membiarkanmu kecewa dan nelangsa bila engkau remaja kelak engkau menjadi liar sebagaimana anak muda lainnya yang sedang mencari jati diri”
”Tuhanku alirilah dadaku dengan penuh rasa kesabaran dan kecintaan dalam mengemban amanatmu” desahku dalam hati.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar