25/11/10

SASTRA DAN PETA YANG (TAK) USAI TERBACA

Semacam Testimoni dalam Benderang Kenangan
Y. Wibowo
http://sastra-indonesia.com/

“Ketimbang menemukan dunia, kita menciptakannya.”
(Nelson Goodman).
Karya sastra dapatlah diandaikan serupa peta penuh tanda dan penanda. Dalam membaca dan menikmati kita dapat menjadi turis, pelesiran disepanjang alur dan maknanya. Hanya saja di sisi lain, munculnya sebuah pemaknaan atau tafsir terhadap karya sastra juga biasanya muncul beriringan dalam menikmati karya sastra tersebut. Namun, sebagai awam –jika berkehendak, keinginan untuk terus membaca karya sastra (apapun namanya) hingga selesai, menikmati sentuhannya hingga tuntas, gigil-sunyi karena dicubit kenangan yang terpendam dalam karya yang terbaca, atau terus bernostalgia atas kampung halaman; tentang pacar lama, panorama alamnya, atau artefak-artefak tatanan sistem para penghuninya yang seiring waktu telah berubah menjadi angkuh dan kian purba.

Dan diantara kelindan tanda dan penanda karya sastra, diantara empirisme yang kasatmata, kenyataan hari ini, pandangan akan masa depan, atau mula sebiji kata yang teramu dalam beragam karya sastra, yang juga jauh-jauh hari diyakini berjalin ‘sesuatu’, yang boleh jadi hal itu merupakan ‘kegelisahan akan yang lain’, dan dapat menghantarkan ke semacam meruahnya perayaan atau perjalanan sebuah ziarah, atau ke sesuatu yang tak (akan) usai terbaca.

Pemaknaan-pemaknaan tersebut telah menjadi suatu hubungan yang niscaya dan merupakan dasar korespondensi yang intens, seperti para penyair dalam berkarya yang tidak harus terjebak dalam menyerap bahasa yang terpampang sebagai kenyataan sehari-hari, melainkan memilah untuk sublim pada entah estetikanya, pun menyusur dalam tukikan hakikat kenyataan sehari-hari itu. Namun, hubungan yang niscaya tersebut bahkan dapat berujung pada suatu analogi total tentang hal-ihwal. Hal-ihwal inilah yang (telah dan akan) selalu mengungkapkan dirinya melalui analogi-analogi yang saling bersahutan, seumpama sejak hari ketika Tuhan mengucap dunia sebagai totalitas yang kompleks dan tiada terpisahkan.***

Dalam korespondensi yang intens, yang universal, proses penciptaan berarti sebuah upaya pencarian terus-menerus, atau sebuah metamorfosa abadi, dan empirisme personal dalam hidup yang kemudian lekat seumpama sejarah diri atau kenangan yang terus berjalan menjelma teks, dan tentu, hal ini sebuah konsekwensi dalam beragam karya sastra, karena proses penciptaan sebuah karya terkadang mesti mengalami semacam pertarungan-sublimitas-individual.

Maka teks yang menjelma dan bernama dalam sebuah dunia entah itu kenangan, kenyataan hari ini atau pandangan akan hari depan bukanlah satu, tapi banyak. Semisal keasyikan meramu kenangan yang meruah segar akan kampung halaman, Lampung, dalam mendedahkan dalam teks, setiap kata dari bait ke bait, dari halaman demi halamannya merupakan tafsir atau terjemahan dan metamorfosis dari halaman lain, dan proses penggandaan ini terus berulang, tanpa akhir. Dunia (kenangan) adalah metafor dari metafor. Dengan demikian, dunia (kenangan) bila tak terkendali dapat kehilangan realitasnya dan menjelma jadi gaya wicara (figure of space). Lalu, penggandaan teks mengandung implikasi bahwa tidak ada teks yang original. Realitas dunia dan makna bahasa meluncur bersama, lalu lenyap keruang hampa, kosong.

Semisal Octavio Paz melihat bahwa dengan mengatakan “Tuhan mengucap dunia” (bukan “menciptakan dunia”), dan Baudelaire yang sesungguhnya memandang dunia sebagai kata, telah memilih sebuah konsekwensi, tentu saja bahwa semesta adalah bahasa, sebuah skrip. Inilah bahasa yang bergerak dan berubah selamanya. Setiap kalimat melahirkan kalimat lain, dan masing-masing kalimat itu senantiasa mengatakan sesuatu yang berbeda, namun sekaligus sama.

Maka tinggallah kekosongan yang terbentang dalam jantung sebuah analogi, semacam sains yang hanya eksis dalam nikmat perbedaan; justru (bahwa) karena X (kenangan) dan Y (kenyataan), sebuah jembatan yang menghubungkan X dan Y menjadi mungkin. Dan perbedaan itu diterima dengan nalar persamaan, sekaligus yang tidak menghapus perbedaan; ia menebusnya dan menjadikan eksistensi tak tertanggungkan.

Dan mencapai realitas berarti mengakui (apa yang disebut Stanley Cavell) sebagai kemustahilan bahwa satu diantara tak terbilang deskripsi yang benar tentang saya menyatakan siapa saya. Menafsirkan kenangan dan memahami realitas hari ini atau mendatang menjadi sebuah pencarian bukan-hakekat atau hakekat kebenaran, dan hal ini harus terus dibongkar karena bisa jadi tak lebih daripada melakukan studi komparatif terhadap bermacam-macam deskripsi, cara bicara, wicara, dan wacana yang tercantum dalam katalog peradaban sebuah dunia.

Seperti dalam karya sastra yang berthema dirundung kenangan akan kampung halaman, sebagaimana dengan seseorang yang telah pergi sekian masa dan pulang kampung di Lampung. Dan disaat itu menemukan tanah kelahirannya sebagai sesuatu yang segar, meruah akan makna, dan seseorang itu terantuk-terserimpung tanda-tanda. Apakah itu tentang riak way sekampung, sebilah badik, gading yang patah, tapis yang terbebat di dada seorang gadis, bangkai jung, sebuah anjung? Dalam ruang bermain bagi proses penciptaan karya sastra, realitas akan menopang kenangan yang berupaya menafsir-menata-menangkap sejumlah keping (semesta) kampung halaman; sementara seni menyokong etika yang berjuang menangkap sebagian lain dari keping (semesta) kampung halaman yang sama. Dus, apappun yang terdedah (dalam karya sastra tersebut) dengan pilihan themanya, tak lebih dan tak kurang, hanyalah sebuah (genre) karya sastra.

Inilah sebuah “kritisisme budaya,” suatu ziarah dalam apa yang disebut Rorty sebagai “komedi-putar-sastra-sejarah-antropologi-politik.” Hal ini tentu lebih luas jika studi komparatif dengan sebuah tafsir atas sikap politik tertentu yang melulu bersoal pada aras “kekuasaan” dan “kemuliaan.” Dengan memahami kecenderungan “kekuasaan” sebagai terminologi politik yang telah dan akan dihasilkan dari relasi-relasi sosial, dan “kemuliaan” menjadi semacam opus spirituale yang tercermin dalam perilaku.

Melihat persamaan dan perbedaan, melihat bagaimana hal-ihwal saling berkaitan, terasa akrab dengan analogi. Filsafat Rorty adalah metafor puisi Boudelaire. Metafor dari metafor dari metafor, ad infinitum. Dibaliknya; kekosongan realitas dunia silam kian selesai, dan tempatnya digantikan ajang politik pemaknaan. Sebuah bukan –dunia—jika dunia adalah bangun, tata, anatomi, pusat, dan sejenisnya. Namun, tentu engkau tahu, politik bukan tanpa resiko.

Tanpa pretensi berfilsafat, tengoklah “warga kebudayaan post-filosofis,” mereka adalah yang dengan enak berbicara tentang apapun. Intelektual serba-bisa; dia yang bergerak dengan cepat dari Hemingway ke Proust ke Hitler ke Mark ke Foucault ke mary Douglas ke situasi Asia Tenggara mutakhir ke Gandhi ke sophocles. Seorang penetas nama-nama, ia yang memakai nama-nama ini untuk mengacu kepada perangkat-perangkat deskripsi, sistem simbol, cara pandang. Keahliannya adalah melihat persamaan dan perbedaan diantara gambar-gambar besar, diantara usaha-usaha untuk melihat bagaimana hal-ihwal saling berkaitan,” demikian Rorty.

Sedang kemungkinan untuk sampai diluar pemahaman yang melihat bagaimana hal-ihwal akan kenangan kampung halaman yang saling berkaitan adalah suara afirmatif, hal tersebut mungkin prospek kebudayaan yang (hanya) mau membuka matanya terhadap bagaimana segala macam kosakata dari seluruh khazanah zaman dan budaya yang saling terkait satu sama lain. Karena kebenaran telah menjadi nama-nama suatu properti yang terkandung dalam semua kalimat yang benar. Artinya, ia hanya berlangsung dalam bahasa, medan permainan makna-makna.

Bila kenangan akan dunia dan realitas dunia dibangun dalam bahasa dengan segala ambiguitasnya, tentu mustahil mendapati dunia tanpa mengacu pada seperangkat deskripsi yang dipilih ditengah lautan deskripsi yang lain. Tabik!***

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita