17/10/10

Goenawan Mohamad: Sebuah Pertemuan

Judul: Setelah Revolusi Tak Ada Lagi
Penulis: Goenawan Mohamad
Pengantar: Hamid Basyaib
Penerbit Pustaka Alvabet
Edisi Revisi, September 2005
Tebal: xxxii + 481 halaman
Peresensi: Ning Elia*
http://www.ruangbaca.com/

Ketika revolusi tak ada lagi, maka yang ada hanya keadaan yang tak semuanya sama. Menerima revolusi sama saja menerima perubahan yang menyeluruh yang menyentak. Tak semuanya sama sebagaimana revolusi itu sendiri yang berbeda-beda di tiap tempat di tiap waktu. Tak ada narasi besar yang meng-umum-kan segala keadaan di segala tempat.

Kurun waktu 33 tahun, adalah waktu yang panjang bagi Goenawan Mohamad (GM) untuk menulis dan menceritakan ketiadasamaan antar keadaan di tiap tempat yang berbeda. Kesamaan mungkin sudah dulu, dulu sekali, ketika tekad dan praktek mesti sesuai dengan narasi besar yang meng-umum-kan.

Tapi 33 tahun amat panjang bagi seorang GM untuk tetap—tetap menulis, sekalipun ada alasan untuk itu. Terbit dalam rangka 60 tahun dirinya, SETELAH REVOLUSI TAK ADA LAGI* adalah cerita PER SE tentang GM yang mulai menunjukkan kecenderungan untuk tak meng-umum-kan jawaban atas pelbagai keadaan sejak tahun 1960-an sampai 2000-an. Jadi bukan sekedar kumpulan tulisannya (dengan tema tertentu) selama kurun waktu itu.

Hamid Basyaib yang mengatapengantari, sebenarnya cukup untuk melukiskan apa yang terjadi pada GM selama kurun waktu itu. GM adalah orang barat yang lahir di Batang, katanya. Ia, GM maksudnya, melihat segala hal bukan untuk menyimpulkan. Karena menyimpulkan, sering hanya melahirkan kekecewaan. Ia memakai tokoh untuk melihat. Ia tak menjawab dalam tulisan-tulisannya. Ia justru bertanya.

Baiknya, tinggalkan saja dulu apa yang dikatapengantari itu. Mari adakan pertemuan dengan GM.

Ketika revolusi tak ada lagi, hidup manusia tetap berubah. Kecenderungan-untuk-tetap hilang. Yang ada hanya kenangan bahwa dulu pernah ada orang-orang “kepala besar” yang mau mengubah dunia menyeluruh, meng-umum. Kebanyakan mereka gagal untuk tak mengatakan semua. Dan tentu: mereka adalah anak-anak yang ditelan oleh perubahan itu sendiri.

Apa yang mereka umumkan sebagai kenyataan sekarang telah terjungkal, nyaris semua. Termasuk modernitas (“Heteropia Untuk Mister Rigen”, “Mangan Ora Mangan Kumpul”). Dunia modern adalah serba terjungkal, serba terbalik, tapi malah bercampur-akrab dengan dunia tradisional. Belum tentu Karl Marx dapat menjelaskannya.

Tapi yang tak patut dilupakan, modernitas itu sendiri justru sebuah rekayasa. Modernitas adalah sesuatu yang didefinisikan. Akibatnya lawan dari modernitas, adalah sesuatu yang direkayasa, didefinisikan juga. Tak jelas hingga sekarang mana yang lebih sahih mana yang lebih salah. Celakanya, sering karena tak jelas itu, selera yang dominan menjadi anggapan yang menentukan. Kembali lagi karenanya: ada yang diakui ada yang dibuang, ada yang diangkat ada yang dipinggir.

Kesadaran inilah membuat HOAKIAU DI INDONESIA Pramoedya Ananta Toer (“Sebuah Catatan Lain”) tampak sebagai buah kezaliman dari anggapan yang menyeluruh, yang meng-umum, juga yang dominan kala itu. Anggapan itu kuat, besar, dan tentu saja makan korban. Sebaliknya dari anggapan kuat itu, orang-orang Cina dan atau keturunannya di Indonesia—sebagai contoh—adalah kita sendiri. Kita sendiri sebagai orang-orang Indonesia.

Memang, terkadang anggapan yang telah kuat, mendarah-daging, mengundang banyak orang untuk memilih sesuatu yang tak dianggap, sesuatu yang seksi. Dan inilah pula yang tampak ketika sesuatu yang kuat tersebut mengancam. Ada yang heboh.

Kehebohan yang terjadi sebenarnya pula adalah kelainan yang sering muncul setelah lama tak dipikirkan. Dan itu mewarnai segala, termasuk puisi. Mengambil contoh dalam “Saini dan Puisi Platonis,” Saini KM malah tampak bagai seorang platonis dengan puisi-puisi yang ketinggalan zaman untuk tahun 1968. Sehingga, puisi-puisinya adalah sebuah kehebohan di tengah puisi-puisi perlawanan, puisi-puisi “yang bukan apa-apa”, puisi-puisi eksperimen yang bakal muncul tak lama setelah itu.

Itu pula yang terjadi pada puisi-puisi Sapardi Joko Damono (“Nyanyi Sunyi Kedua: SAJAK-SAJAK SAPARDI JOKO DAMONO 1967—1968”) dan puisi-puisi Trisno Sumardjo (“Trisno Sumardjo: Puisi Modern dan Horatio”). Keduanya adalah semacam dua kehebohan meski jelas berbeda. Apa yang dipuisikan Sapardi Joko Damono adalah kehebohan baru di tengah puisi-puisi perlawanan, sedang apa yang dipuisikan Trisno Sumardjo adalah kehebohan baru di tengah eksperimentasi puisi-puisi modern di Indonesia kala itu.

Dengan cara pandang itu pula, kearifan adalah sebuah hasil yang menggembirakan darinya. Ambil saja contoh Gus Dur (“Surat Terbuka untuk Pramoedya Ananta Toer”). Apa yang dimulai dalam pemerintahannya yang ‘seumur jagung” itu adalah rekonsiliasi. Kepada korban pembantaian tahun 1965—1966, ia meminta maaf. Kepada Israel, ia membuka hubungan. Sebab, toh, yang terjadi adalah dulu yang tak patut dibawa sekarang. Gus Dur bikin heboh.

Yang patut diingat, sebenarnya, bagaimana agar tak terjadi lagi keadaan yang seperti itu. Bukan melupakan, karena melupakan berarti menolak kebenaran. Dengan mengingat, ketegasan akan adanya salah itu ada dan keadaan bahwa manusia itu bukan apa-apa itu nyata. Dari sanalah, hidup dimulai lagi dengan harapan. Begitulah yang terkesan.

Keengganan untuk menyamakan ada, dan agaknya bertahan dalam waktu yang panjang. Dalam “DARI SUNYI KE BUNYI: Sebuah Pengantar”, seperti menegaskan kesan itu. Seolah bercerita tentang dirinya, GM melihat Hartojo Andangdjaja seseorang yang menghargai sesuatu yang bukan apa-apa di mata umum. Di tengah hidup yang dipenuhi dan diributi dengan persoalan yang “riil”, seseorang yang menekuni sesuatu yang bukan apa-apa seperti itu adalah seseorang yang juga patut dihargai.

Ketika revolusi tak ada lagi, adakan saja pertemuan dengan GM. Maka, inilah yang akan didapatkan: semua berbeda, tak ada yang sama, tapi hargai semua. Kira-kira begitu.

Mereka yang melulu meng-umum-kan segala hal dengan narasi-narasi besar, lebih baik tak usah baca buku ini. Sebab GM jelas-jelas orang yang memilih untuk melihat segala hal bukan dengan cara seperti itu. Ia bukan orang eksklusif yang seringkali teriak, “Bakar! Bakar rumah ini. Kita gemparkan negeri ini bahwa kami kalian kini pisah sudah.” Ia cuma pencerita tentang revolusi yang sekarang tak ada lagi.

*) Ning Elia, penyair, tinggal di Bandung.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita