11/09/10

Pengarang dan Proses Kreatif

Fahrudin Nasrulloh
Jawa Pos, 6 Agustus 2006

Suatu hari di pertengahan April 2006, ketika saya bertandang ke sebuah toko buku di Yogyakarta, secara kebetulan saya mendapati sebuah buku karya A.S. Laksana berjudul Creative Writing: Tips dan Strategi untuk Menulis Cerpen dan Novel. Satu hal yang menarik dari buku ini adalah si penulis menawarkan strategi baru (baca: tips dan kiat) dalam dunia karang-mengarang. Memang, sebelumnya, telah menjamur buku tentang kiat mengarang mulai dari Yuk Menulis Cerpen Yuk (Muhammad Diponegoro), Mengarang Itu Gampang (Arswendo Atmowiloto), Menulis Nggak Perlu Bakat (Ebo) dan lain-lain.

Secara umum, buku-buku serupa itu, jika kita baca tuntas, cukuplah membakar adrenalin kita untuk menulis, dengan tips-tips ringan dan menyehatkan, tanpa membayangkan alangkah dalam proses itu banyak hal yang patut diperhitungkan dengan matang dan sadar diri: suatu proses kreatif yang dilematis dan tak segampang yang dibayangkan. Namun, bagi A.S. Laksana, dalam pengantar buku tersebut, menyuguhkan semacam greget yang sederhana tapi penting bahwa menulis itu perlu demi menjaga kesadaran ingatan dan kesehatan tubuh jika kita ingin menjadi pengarang yang baik.

Pertanyaan yang muncul kemudian: apa makna dan mengapa proses kreatif jadi begitu sulit diwujudkan? Mengapa pula ia membutuhkan keberanian yang besar? Bukankah itu semata soal menjernihkan cerapan mata dan pikiran atas sekerumun ingatan, simbol dan mitos yang tak bernyawa? Betapa kita dihadapkan dengan gelimang teka-teki yang mustahil dapat dipecahkan.

Proses kreatif, bagi pengarang, seolah-olah lahir dari kuburan mimpi, semacam perjumpaan secara intensif antara manusia yang sadar dengan dunianya: antara yang nyata dan yang maya. Jika boleh dibilang bahwa hakikat proses kreatif berada dalam bebayang absurditas diri yang demikian personal dan nyaris tak tersadari, yang memantik kecemasan yang gulana, semacam kemuskilan sekaligus tertawan dalam ikhtiar mengenal dunia yang kita diami. Maka, dengan sendirinya, proses kreatif juga merupakan sebentuk upaya penanggulangan eksistensi diri.

Tampaknya inilah yang tiada henti menghantui sebagian pengarang, bahkan menjadi kutukan, untuk menulis hingga berdarah-darah sampai mati. Mencambuknya demi melahirkan karya yang tak lekang oleh waktu dan ruang. Jika demikian, kenikmatan apa yang menggerakkan pengarang untuk berkarya? Lanskap indrawi macam apa yang menyusup ke dalam jiwanya saat ia menikmati teks yang dihasilkannya? Sekadar jouissance (kenikmatan) atau ocehan yang tak rampung diomelkan? Memang, dalam ranah sastra, mengutip Foucault, teks tak lebih sekadar a point of rest, a halt, a blazon, a flat. Sehubungan dengan itu, novelis Karel Capek pernah ditanya tentang apa yang membuatnya ingin jadi penulis, ia menjawab, “Karena saya benci membicarakan tentang diri saya sendiri.” Barangkali Camus, Goethe, Chateaubriand, Proust, Calvino, Faulkner, Kafka, dan Joyce tak memberondongkan gagasan besar. Mereka sekadar melahirkan makna keberadaan yang asing. Mereka tak memekikkan sabda, tapi semata mencari bentuk dari bayangan mimpi-mimpi mereka. Mungkin menulis adalah tindakan gaib atas nama kata dengan segenap penghancuran dan kepalsuan, dan berakhir dengan karya.

Lantas bagaimana dengan bakat itu sendiri yang kerap dikaitkan dengan pengarang? Desiderius berdalih, “Bakat itu tidak ada. Yang ada hanyalah keinginan yang kuat untuk mewujudkan setiap impian. Tak seorang pun menghormati bakat, sejauh itu masih tersembunyi.” Mungkin bakat secara neurologis dapat dikatakan sebagai “berkah”. Tetapi justru kreatifitas yang terus dinyalakan harus menjadi tindakan yang nyata.

Apabila menilik proses kreatif para pujangga Jawa kuno, sebagaimana ungkapan Kuntara Wiryamartana bahwa, panca indra merupakan dimensi raga untuk memasuki jiwa. Pengendapan dimulai dengan semadi untuk menyesap pengalaman ragawi ke kedalaman jiwa. Di sinilah tahap penjinakan berbagai aktivitas untuk bisa masuk ke dunia sukma, dunia niskala: dunia tanpa ukuran, tanpa rasa, tanpa warna, semua serba kosong. Dalam dimensi inilah terjadi hubungan dengan Yang Maha Tunggal.

Pada titik pertemuan itu, imbuhnya, ilham tidak dapat digambarkan sebelum masuk ke dimensi jiwa. Jadi, ada penjernihan ilham dari ruang sukma ke ruang jiwa, yang kemudian diwujudkan dalam ruang raga. Proses itu, tuturnya, terus berlangsung dalam diri para kawi (pujangga) yang berkreasi untuk menempuh kesempurnaan. Pengalaman yang luas tentang kehidupan di dunia nyata menjadi syarat mutlak para kawi untuk memunculkan kreatifitas. Pengalaman yang bersifat naratif maupun dramatik dikumpulkan sebanyak mungkin untuk diwujudkan dalam kakawin (karya sastra). Kakawin keluar dari puncak budi, kemudian menyurup ke diri pengarang, dan akhirnya, ia kuasa mewujudkan karyanya.

Proses kreatif, intinya, adalah pengenalan diri hingga bisa mengendalikan proses tersebut. Sebagaimana dalam cerita wayang Dewa Ruci. Pertemuan dua kesejatian antara Bima dengan Dewa Ruci yang melebur menjadi satu. Dewa Ruci adalah perwujudan jiwa Bima. Gambaran ini digambarkan dengan petuah Carilah kayu besar yang menjadi sarang angin. Makna kayu besar adalah wadag manusia yang hidup karena ada siklus udara saat bernapas. (baca Agung Setyahadi Merefleksi Proses Kreatif Leluhur, Kompas, Sabtu 25 Maret 2006).

Menurut W.S. Rendra, proses kreatif adalah manjing ing kahanan nggayuh ngarsaning Hyang Widi (melebur dalam dunia nyata dan merengkuh dunia keilahian). Pengarang harus memahami sekaligus menghayati proses kreatifnya sebagai bentuk yogabasa: sujud karya. Bahwa setiap karya harus menjadi roh ibadah; bahwa prinsip berkarya adalah untuk mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keindahan.
Lantaran menulis merupakan peristiwa magis demi menghadirkan dunia baru, maka proses kreatif, menurut Archibald MacLeish dalam Poetry and Experience, tak lain setakik usaha guna mempertemukan dua kutub: antara yang Ada dan yang Maya. Terus berjuang mengetuk keheningan atas ke-Tidak Ada-an untuk menghasilkan Ada.

Sebab itu, segala hal yang bersentuhan dengan proses kreatif memang menjadi suatu keniscayaan yang musti dijalani oleh setiap pengarang. Melenyapkan bayangan kegagalan dan tak bersekutu dengan manusia berjiwa malang dan yang gentar menghadapi penderitaan. Di sinilah pengarang mempertaruhkan segenap hidupnya: hidup terkutuk sebagai pengarang atawa hidup dalam omong kosong yang menyedihkan. Sejalan dengan itu, Isaac Asimov juga bersemboyan, “Hidup adalah menulis sebagaimana hidup adalah bernapas.”

Stephen King dalam bukunya On Writing memancangkan anjuran senada dalam proses kreatif, “Ada dua hal yang harus kau lakukan: banyak membaca dan banyak menulis. Setahuku, tidak ada jalan lain selain dua hal ini, dan tidak ada jalan pintas.”

Andaikata pengarang adalah sosok pencecap rahasia tabir semesta demi menggetarkan jiwa pembacanya, seperti angin yang mendesir pada permukaan air, maka benarkah anggapan bahwa pengarang mengarang karena tersiksa menanggung misteri keberadaannya? Lalu apa yang diburu pengarang sepanjang hayat? Mengukir nama di atas tinta emas dalam buku sejarah dan berharap dikenang sepanjang jaman? Ihwal ini, Lord Byron menyindir, “Apa arti ketenaran? Kecuali mengisi bagian kertas yang tak pasti, selain sesuatu yang bakal hilang dalam uap. Sekadar untuk itu: manusia menulis, bicara, berkhotbah, membunuh, dan membakar mimpi buruk mereka. Untuk merengkuh yang pada akhirnya hanyalah debu.”

Lantas bagaimana dengan pengarang yang gagal, setelah bernanah-nanah menguras daya kreatifnya namun hanya menghasilkan karya sampah (atau plagiat)? Mungkin, bagi pengarang yang berhasil ataupun yang gagal: itu adalah urusan batin mereka masing-masing. Setidaknya, mereka telah berusaha sekuat tenaga — dengan segenap kesia-siaan dan kepedihan — untuk memaknai hidup mereka.

Akhirnya, bagi siapa pun, yang menekuni dunia kepengarangan; menulis itu perlu, sebagaimana yang diimbau oleh A.S. Laksana di atas, dengan segala keluhuran hingga keremeh-temehannya. Maka dari itu saya hanya mengucapkan kepada semua pengarang: selamat berkarya dan teruslah berkarya!

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita