Fahrudin Nasrulloh
Jawa Pos, 6 Agustus 2006
Suatu hari di pertengahan April 2006, ketika saya bertandang ke sebuah toko buku di Yogyakarta, secara kebetulan saya mendapati sebuah buku karya A.S. Laksana berjudul Creative Writing: Tips dan Strategi untuk Menulis Cerpen dan Novel. Satu hal yang menarik dari buku ini adalah si penulis menawarkan strategi baru (baca: tips dan kiat) dalam dunia karang-mengarang. Memang, sebelumnya, telah menjamur buku tentang kiat mengarang mulai dari Yuk Menulis Cerpen Yuk (Muhammad Diponegoro), Mengarang Itu Gampang (Arswendo Atmowiloto), Menulis Nggak Perlu Bakat (Ebo) dan lain-lain.
Secara umum, buku-buku serupa itu, jika kita baca tuntas, cukuplah membakar adrenalin kita untuk menulis, dengan tips-tips ringan dan menyehatkan, tanpa membayangkan alangkah dalam proses itu banyak hal yang patut diperhitungkan dengan matang dan sadar diri: suatu proses kreatif yang dilematis dan tak segampang yang dibayangkan. Namun, bagi A.S. Laksana, dalam pengantar buku tersebut, menyuguhkan semacam greget yang sederhana tapi penting bahwa menulis itu perlu demi menjaga kesadaran ingatan dan kesehatan tubuh jika kita ingin menjadi pengarang yang baik.
Pertanyaan yang muncul kemudian: apa makna dan mengapa proses kreatif jadi begitu sulit diwujudkan? Mengapa pula ia membutuhkan keberanian yang besar? Bukankah itu semata soal menjernihkan cerapan mata dan pikiran atas sekerumun ingatan, simbol dan mitos yang tak bernyawa? Betapa kita dihadapkan dengan gelimang teka-teki yang mustahil dapat dipecahkan.
Proses kreatif, bagi pengarang, seolah-olah lahir dari kuburan mimpi, semacam perjumpaan secara intensif antara manusia yang sadar dengan dunianya: antara yang nyata dan yang maya. Jika boleh dibilang bahwa hakikat proses kreatif berada dalam bebayang absurditas diri yang demikian personal dan nyaris tak tersadari, yang memantik kecemasan yang gulana, semacam kemuskilan sekaligus tertawan dalam ikhtiar mengenal dunia yang kita diami. Maka, dengan sendirinya, proses kreatif juga merupakan sebentuk upaya penanggulangan eksistensi diri.
Tampaknya inilah yang tiada henti menghantui sebagian pengarang, bahkan menjadi kutukan, untuk menulis hingga berdarah-darah sampai mati. Mencambuknya demi melahirkan karya yang tak lekang oleh waktu dan ruang. Jika demikian, kenikmatan apa yang menggerakkan pengarang untuk berkarya? Lanskap indrawi macam apa yang menyusup ke dalam jiwanya saat ia menikmati teks yang dihasilkannya? Sekadar jouissance (kenikmatan) atau ocehan yang tak rampung diomelkan? Memang, dalam ranah sastra, mengutip Foucault, teks tak lebih sekadar a point of rest, a halt, a blazon, a flat. Sehubungan dengan itu, novelis Karel Capek pernah ditanya tentang apa yang membuatnya ingin jadi penulis, ia menjawab, “Karena saya benci membicarakan tentang diri saya sendiri.” Barangkali Camus, Goethe, Chateaubriand, Proust, Calvino, Faulkner, Kafka, dan Joyce tak memberondongkan gagasan besar. Mereka sekadar melahirkan makna keberadaan yang asing. Mereka tak memekikkan sabda, tapi semata mencari bentuk dari bayangan mimpi-mimpi mereka. Mungkin menulis adalah tindakan gaib atas nama kata dengan segenap penghancuran dan kepalsuan, dan berakhir dengan karya.
Lantas bagaimana dengan bakat itu sendiri yang kerap dikaitkan dengan pengarang? Desiderius berdalih, “Bakat itu tidak ada. Yang ada hanyalah keinginan yang kuat untuk mewujudkan setiap impian. Tak seorang pun menghormati bakat, sejauh itu masih tersembunyi.” Mungkin bakat secara neurologis dapat dikatakan sebagai “berkah”. Tetapi justru kreatifitas yang terus dinyalakan harus menjadi tindakan yang nyata.
Apabila menilik proses kreatif para pujangga Jawa kuno, sebagaimana ungkapan Kuntara Wiryamartana bahwa, panca indra merupakan dimensi raga untuk memasuki jiwa. Pengendapan dimulai dengan semadi untuk menyesap pengalaman ragawi ke kedalaman jiwa. Di sinilah tahap penjinakan berbagai aktivitas untuk bisa masuk ke dunia sukma, dunia niskala: dunia tanpa ukuran, tanpa rasa, tanpa warna, semua serba kosong. Dalam dimensi inilah terjadi hubungan dengan Yang Maha Tunggal.
Pada titik pertemuan itu, imbuhnya, ilham tidak dapat digambarkan sebelum masuk ke dimensi jiwa. Jadi, ada penjernihan ilham dari ruang sukma ke ruang jiwa, yang kemudian diwujudkan dalam ruang raga. Proses itu, tuturnya, terus berlangsung dalam diri para kawi (pujangga) yang berkreasi untuk menempuh kesempurnaan. Pengalaman yang luas tentang kehidupan di dunia nyata menjadi syarat mutlak para kawi untuk memunculkan kreatifitas. Pengalaman yang bersifat naratif maupun dramatik dikumpulkan sebanyak mungkin untuk diwujudkan dalam kakawin (karya sastra). Kakawin keluar dari puncak budi, kemudian menyurup ke diri pengarang, dan akhirnya, ia kuasa mewujudkan karyanya.
Proses kreatif, intinya, adalah pengenalan diri hingga bisa mengendalikan proses tersebut. Sebagaimana dalam cerita wayang Dewa Ruci. Pertemuan dua kesejatian antara Bima dengan Dewa Ruci yang melebur menjadi satu. Dewa Ruci adalah perwujudan jiwa Bima. Gambaran ini digambarkan dengan petuah Carilah kayu besar yang menjadi sarang angin. Makna kayu besar adalah wadag manusia yang hidup karena ada siklus udara saat bernapas. (baca Agung Setyahadi Merefleksi Proses Kreatif Leluhur, Kompas, Sabtu 25 Maret 2006).
Menurut W.S. Rendra, proses kreatif adalah manjing ing kahanan nggayuh ngarsaning Hyang Widi (melebur dalam dunia nyata dan merengkuh dunia keilahian). Pengarang harus memahami sekaligus menghayati proses kreatifnya sebagai bentuk yogabasa: sujud karya. Bahwa setiap karya harus menjadi roh ibadah; bahwa prinsip berkarya adalah untuk mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keindahan.
Lantaran menulis merupakan peristiwa magis demi menghadirkan dunia baru, maka proses kreatif, menurut Archibald MacLeish dalam Poetry and Experience, tak lain setakik usaha guna mempertemukan dua kutub: antara yang Ada dan yang Maya. Terus berjuang mengetuk keheningan atas ke-Tidak Ada-an untuk menghasilkan Ada.
Sebab itu, segala hal yang bersentuhan dengan proses kreatif memang menjadi suatu keniscayaan yang musti dijalani oleh setiap pengarang. Melenyapkan bayangan kegagalan dan tak bersekutu dengan manusia berjiwa malang dan yang gentar menghadapi penderitaan. Di sinilah pengarang mempertaruhkan segenap hidupnya: hidup terkutuk sebagai pengarang atawa hidup dalam omong kosong yang menyedihkan. Sejalan dengan itu, Isaac Asimov juga bersemboyan, “Hidup adalah menulis sebagaimana hidup adalah bernapas.”
Stephen King dalam bukunya On Writing memancangkan anjuran senada dalam proses kreatif, “Ada dua hal yang harus kau lakukan: banyak membaca dan banyak menulis. Setahuku, tidak ada jalan lain selain dua hal ini, dan tidak ada jalan pintas.”
Andaikata pengarang adalah sosok pencecap rahasia tabir semesta demi menggetarkan jiwa pembacanya, seperti angin yang mendesir pada permukaan air, maka benarkah anggapan bahwa pengarang mengarang karena tersiksa menanggung misteri keberadaannya? Lalu apa yang diburu pengarang sepanjang hayat? Mengukir nama di atas tinta emas dalam buku sejarah dan berharap dikenang sepanjang jaman? Ihwal ini, Lord Byron menyindir, “Apa arti ketenaran? Kecuali mengisi bagian kertas yang tak pasti, selain sesuatu yang bakal hilang dalam uap. Sekadar untuk itu: manusia menulis, bicara, berkhotbah, membunuh, dan membakar mimpi buruk mereka. Untuk merengkuh yang pada akhirnya hanyalah debu.”
Lantas bagaimana dengan pengarang yang gagal, setelah bernanah-nanah menguras daya kreatifnya namun hanya menghasilkan karya sampah (atau plagiat)? Mungkin, bagi pengarang yang berhasil ataupun yang gagal: itu adalah urusan batin mereka masing-masing. Setidaknya, mereka telah berusaha sekuat tenaga — dengan segenap kesia-siaan dan kepedihan — untuk memaknai hidup mereka.
Akhirnya, bagi siapa pun, yang menekuni dunia kepengarangan; menulis itu perlu, sebagaimana yang diimbau oleh A.S. Laksana di atas, dengan segala keluhuran hingga keremeh-temehannya. Maka dari itu saya hanya mengucapkan kepada semua pengarang: selamat berkarya dan teruslah berkarya!
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar