16/09/10

Mata Sastra Tak Melirik Mata Uang?

Binhad Nurrohmat
http://cetak.kompas.com/

Ada ungkapan dalam khazanah tradisi Jawa: sugih tanpa banda (kaya tanpa harta). Rasa ungkapan itu ”non-materialistik” dan kontradiktif sebab makna umum ”kaya” identik dengan ”harta”. Ungkapan bervisi etika itu bagi common-sense modern bisa dianggap cuma pelipur kemelaratan atau dalih ”romantisme kemiskinan”. Dalam konteks sejenis, ada ungkapan lain dalam khazanah tradisi kita yang dianggap ”realistik” bagi nalar modern lantaran bervisi pragmatis: kalau ada uang di pinggang, dunia sempit menjadi lapang.

Aristoteles dalam La Politica menilai, sejak ditemukan uang, manusia mengenal perniagaan eceran (ritel). Sebelumnya manusia memenuhi kebutuhan hidup melalui tukar-menukar barang (barter).

Ihwal uang semula sederhana dan menjadi rumit setelah manusia belajar kapan dan dengan apa pertukaran dengan uang dilakukan bisa meraup laba. Akibatnya, uang dianggap paling penting untuk meraih kekayaan. Sejak itu pula bersemi ”nafsu” mengakumulasi. Dalam pandangan etika Aristoteles: mencari kekayaan tak terbatas, tetapi punya batas.

Karl Marx dan Georg Simmel (keduanya hidup jauh setelah masa Aristoteles) merenungi ihwal uang juga. ”Uang adalah dewa,” kata Marx. Lewat uang, spiritualitas dan kultur digusur materialistik ekonomi dan politik. Bagi Simmel, uang adalah biang penyebar kuasa-modernitas.

Kesusastraan Indonesia juga sudah mengendus efek ”kuasa-uang”, contohnya petikan novel Telegram (1972) Putu Wijaya ini: ”Terhadap hal-hal yang pernah mereka terima sebagai sesuatu yang tidak perlu diperbincangkan, kini diusahakan agar tidak menyimpang dari prinsip-prinsip ekonomi” (…) ”Satu hari penuh aku membungkuk di belakang mesin ketik. Masih ada sisa sore sedikit tatkala aku menancapkan kalimat-kalimat terakhir. Sementara itu, tengah hari, waktu makan aku telah membicarakan pada Direksi soal libur dan pinjaman uang. Untung saja ia seorang yang bisa memaklumi. Inilah yang membuat tanganku cepat sekali menyelesaikan karangan itu.”

Contoh lain, nukilan novel Pasar (1995) Kuntowijoyo ini:

”Wah, sekarang lain,” tegur penjual nasi gulai.

Paijo mengamati bajunya. ”Apa yang lain?”

”Bajunya baru. Dan tak mau jajan lagi.”

Ya. Paijo pernah bertengkar dengan penjual itu. Mereka mau rujuk kembali nampaknya.

”Wah, punya pasar luas, tetapi tak ada uang,” katanya.

”Karcis sudah lama tak ditarik?”

”Habis!”

”Salahmu sendiri? Malas!”

”Sekarang mana uang karcis!”

Paijo main-main saja, tetapi penjual nasi itu mengeluarkan uang. Paijo menerima uang itu. Dan buru-buru pergi ke kantor pasar.

Masih ada contoh lain efek ”kuasa-uang” dalam kesusastraan Indonesia, sebut saja novel Belenggu (1940) Armijn Pane dan novel Ronggeng Dukuh Paruk (1982) Ahmad Tohari. Keduanya ikut merefleksikan manusia modern yang terkena efek ”kuasa-uang” melalui tokoh Yah yang menjadi perempuan panggilan dalam Belenggu dan tokoh Srintil yang menjadi ronggeng dalam Ronggeng Dukuh Paruk.

Resepsi

Gundah gulana Bandung Mawardi dalam tulisannya di koran ini, ”Uang, Modernitas, dan Tafsir Sastra” (Minggu, 7 Maret 2010) merangsang pemaparan-pemaparan saya di atas. Ia menilai penting tema uang dalam kesusastraan.

Harapan Bandung: ”Kesanggupan untuk menggarap tema ini mungkin membuka wacana kompleks kesadaran atas fakta-fakta dalam garapan sastra” dan ”penggarapan sastra dengan tema uang tentu bisa jadi dokumen untuk membaca resepsi dan perilaku orang Indonesia terhadap uang sebagai pamrih untuk hidup atau menjadi modern”.

Rada prihatin pula Bandung menuliskan: ”Eksplorasi terhadap tema uang justru masih jarang dilakukan oleh empu-empu sastra Indonesia” dan ia mencontohkan novel-novel non-Indonesia bertema uang seperti The House of Mirth (1905) Edith Wharton dan The Great Gatsby karya F Scott Fitzgerald.

”Kuasa-uang” tak bisa dielak meski filsuf dan ilmuwan mewanti-wanti dan mengkritik habis-habisan. Di zaman ini, tanpa uang potensial menerima risiko isi pepatah ini: ada uang abang disayang, tak ada uang abang melayang.

Maka ”moralitas uang” menjadi penting. Keserakahan modernitas menjadikan uang sebagai senjata dan tujuan. Ini berarti kesusastraan yang merefleksikan moralitas uang merupakan kritik telak ke jantung modernitas.

Tak mempankah money politics, money laundering, korupsi, dan suap diteriaki oleh media massa, pamflet, jargon, slogan, poster, dan aksi massa? Belum kuatkah suara ilmu dan filsafat mendengungkan ancaman ”kuasa-uang” bagi kemanusiaan modern sehingga kesusastraan mesti turun tangan? Ilmu dan filsafat menyalakan ”kesadaran pikiran” dalam mengungkai perkara dan kesusastraan punya cara sendiri untuk menggaungkannya, misal lewat strategi literer yang menyentuh ”kesadaran batin”.

Ihwal ”kuasa-uang”, pada 1842 terbit cerpen panjang Nikolai Gogol, Shinel. Alkisah, Akaki Akakiewitsch pegawai kecil yang miskin. Ia kerap dihina karena mantelnya rombeng. Ia tak bisa segera membeli mantel baru. Setelah lama menabung, ia bisa membeli mantel baru tetapi dirampas bandit jalanan saat musim dingin. Aparat malas mengurus kasusnya. Ia mati terserang demam sebab kedinginan. Hantu Akakiewitsch gentayangan merampasi mantel (shinel) para pegawai dan siapa saja.

Shinel memendarkan kompleksitas dan absurditas efek ”kuasa-uang” dengan mengaduk rasionalitas dan irasionalitas. Akakiewitsch berjuang menabung receh demi receh untuk sehelai mantel yang lantas dirampas bandit dan setelah mati ia membalas dendam.

Apakah Gogol menakuti modernitas atau meneror ”kuasa uang” lewat hantu Akakiewitsch? Ia mahir mendeskripsikan efek ”kuasa-uang” melalui dialog, pengisahan, dan penokohan. Tanpa propaganda. Ia bercerita secara bagus dan mencerminkan pemahaman mendalam pada manusia modern dan masalah hidupnya.

Gogol tak memperalat Akakiewitsch. Akakiewitsch adalah contoh korban modernitas yang menjadikan uang sebagai ukuran dan tujuan tertinggi sehingga mengikis nilai kemanusiaan. Banyak ”Akakiewitsch lain” atau hantu-hantunya yang mengantre disastrakan, bukan?

Binhad Nurrohmat Penyair dan Sivitas Akademika Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita