19/08/10

Pram, Said, dan Kritik Sastra

Asarpin
http://www.lampungpost.com/

KRITIK sastra sudah sejak lama ditanggapi dengan dua kemungkinan: disuka atau dibenci. Sudah terlampau banyak yang tidak suka dengan kritik sastra, dan begitu banyak juga yang mengharapkan lahirnya kritik sastra dengan berbagai genrenya.

Telisik ini tidak bermaksud menyajikan berbagai model kritik sastra. Tapi hanya sekadar mendiskusikan kembali apa yang disebut kritik biografi dan kritik teks. Apa boleh buat, dua persoalan ini akan terus muncul. Suka tidak suka, sebuah kritik tidak mungkin dipisahkan dari teks dan pengarang.

Saya ingin mengambil contoh dari dua nama yang selama ini terlibat penuh dalam dunia kritik sastra. Seperti sudah banyak diketahui, Pram, selain novelis juga kritikus sastra. Pram termasuk berjasa menyulut polemik yang kritis di negeri ini. Ratusan esai kritik sastra lahir dari tangannya. Buku Realisme Sosialis dan Sastra Indonesia dan buku Menggelinding I adalah contoh terbaik bagaimana Pram mencurahkan perhatian dengan kritik sastra.

Pram tidak memisahkan sastra dengan pengarangnya, karena baginya, sebuah karya tidak lahir tanpa keberadaan manusia sebagai pengarang. Tingkah-laku, filosofi, dan ideologi atau sikap politik pengarang, bagi Pram, mesti dibedah, diangkat, dan dibabat jika memang sejarah mengharuskan kita harus bertindak demikian.

Tentu saja banyak yang tak sepakat dengan sikap Pram yang tegas itu. Sebagian besar pengarang menolak kritik sastra semacam itu. Tugas seorang kritikus bagi mereka adalah membedah dan mengkritik sastra, bukan sibuk mengungkit-angkit biografi pengarangnya. Tapi yang sepakat dengan cara Pram itu tak kalah banyaknya. Bahkan mungkin jauh lebih banyak.

Fenomena itu tak hanya terjadi di Indonesia. Ketika Edward W. Said banyak mempersoalkan sikap pengarang di Barat, para kritikus terbelah dalam dua pendapat. Gagasan Said tentang teks dan pengarang ternyata tak hanya disambut meriah di Barat, tapi juga menyedot perhatian kritikus di dunia ketiga seperti di Palestina, Mesir, India, Indonesia.

Kedua tokoh ini sama-sama dikagumi oleh gerakan feminisme. Kalau gagasan Said banyak digunakan kaum feminis di belahan dunia untuk mengkritik budaya patriarki dan kekerasan terhadap perempuan, tokoh-tokoh perempuan dalam novel-novel Pram mendapat simpati bagi gerakan feminisme di Indonesia. Keduanya banyak dipengaruhi oleh gagasan Marxis, termasuk Marx dan Gramsci.

Contoh gamblang keterkaitan Said dengan Marxis adalah satu kutipan dari Karl Marx di halaman pembukaan buku Orientalisme: “Mereka tidak bisa tampil sendiri; mereka harus ditampilkan”. Sementara keterkaitan Said dengan gagasan Gramscian terlihat pada kalimat dalam pendahuluan yang mengutip buku Prison Notebooks karya Gramsci: “Titik tolak dari kerja kritik adalah kesadaran tentang siapa diri seseorang itu sebenarnya, dan menyadari diri sendiri sebagai satu hasil dari proses sejarah sampai detik-detik yang terakhir, yang telah mengendapkan dalam diri Anda suatu ketidakterbatasan jejak, tanpa meninggalkan inventaris.”

Di Indonesia, Pram menulis sebuah novel sejarah tentang jejak langkah dan inventaris perjuangan yang dilakukan kaum pribumi sejak mula pertama abad ke-20. Said tidak hanya dicap sebagai kaum Marxis tapi benar-benar berhaluan kiri. Shelley Walia dalam Edward W. Said dan Penulisan Sejarah (2003) bahkan menyebut Said sebagai Pos-strukturalis-Kiri.

Kritik-kritik yang dilontarkan Said amat berpengaruh, tidak hanya bagi sastrawan, tapi juga bagi para politikus. Said memang jago membingkai dan menerasi ulang praktek-praktek imperialisme yang dilandasi oleh produksi pengetahuan dan bagaimana formasi diskursif bernama Timur ditulis dan diciptakan oleh imperium Barat lewat novel, sebagaimana ia tulis dalam Kebudayaan dan Kekuasaan.

Kedua pengarang ini mengambil pendirian politik aktif lewat tulisan-tulisan yang kritis. Said memanfaatkan posisinya sebagai orang yang ditundung menjadi posisi yang berpengaruh, diperhitungkan, dan hampir-hampir tak pernah bisa ditundukkan. Pram memanfaatkan posisi tertindasnya, posisinya sebagai manusia bubu, untuk kemudian “mendendam” dengan memantapkan dirinya lewat karya kreatif yang gemilang.

Bagi Said, tak ada kalangan yang tak bisa dikritik atau dicela kalau memang diperlukan. Tak ada Paus yang harus senantiasa dipuja dan dimintai petunjuk. Pram dengan keras mengkritik orang yang bahkan memilki jasa terhadap dirinya. Ia mengakui “Paus Sastra Indonesia”, H.B. Jassin, sebagai gurunya. Tapi banyak sekali kritik yang dilontarkan Pram terhadap kritikus yang berpengaruh tersebut.

Pram dan Said begitu percaya pada kekuatan narasi dan keduanya dikenal sebagai sejarawan sastra yang mencurahkan perhatian terhadap estetika dan politik, teks dan pengarang, dunia dan pembaca. Keduanya sadar kalau setiap karya sastra tak terpisahkan dari realitas pengalaman manusia dalam jungkir-baliknya, dalam kenikmatan dan kemewahannya.

Keduanya dikenal sangat usil terhadap pribadi dan sikap pengarang yang “melacur”, juga sejarah dan sastra, hingga relasi pribadi dan publik.

Pembelaan Said terhadap negara-negara terjajah menunjukkan satu model kritik sastra yang berpihak.

Upaya Pram membongkar penerbit-penerbit kolonial di Indonesia, kritiknya atas beasiswa dari penjajah yang diterima sastrawan Indonesia yang sedang terjajah, sastrawan-sastrawan yang bermental pengemis dan menghamba dana kepada pemerintah, melacurkan karier, sikap usilnya terhadap fungsi dan kegunaan sastra di tengah revolusi, menunjukkan kalau Pram tidak hanya asyik dengan karya sastra, tapi juga sebagai penyelidik dan pengamat gerak-gerik para pengarang.

Komitmen semacam itu sering dianggapi sebagai memata-matai atau ditolak dengan sikap sinis oleh lawan-lawan polemiknya. Bisakah kita membaca sebuah buku dengan tidak mengetahui sama sekali pengarangnya? Kalau saya membeli sebuah buku, tentu pertama-tama karena saya tahu siapa pengarang buku itu. Kalau saya tidak tahu, mungkin saya akan berpikir ulang atau membeli yang lain.

Pada mulanya mengetahui pengarang, kemudian baru mengetahui teks atau isi sebuah buku. Tapi bisa juga berjalan paralel. Kadang-kadang kita mengetahui teks terlebih dulu baru pengarangnya, tapi tak jarang kita mengetahui pengarangnya lebih dulu ketimbang karyanya. Dengan kata lain, tak mungkin memisahkan karya dengan pengarang karena keduanya ibarat darah dan daging.

Mempersoalkan dari mana uang dan kekayaan yang diperoleh seorang pengarang, bagi Said, bukan hal sia-sia. Pengarang sebagai intelektual itu manusia minoritas yang berkualitas, dan sikap kritisnya terhadap apa pun harus tetap dijaga. Peran kritikus harus selalu mengingatkan, mempertanyakan, dan menghantam jika memang diperlukan.

Harus diakui, Pram memang berusaha membawa sastra ke ranah politik yang konkret, dengan mendukung semboyan “politik sebagai panglima”. Sementara bagi Said, sebagaimana dikutip Shelley Walia, “sudah tiba saatnya untuk menceburkan kebudayaan ke dalam lumpur politik”.

Dengan prinsip semacam itu, Pram dan Said membangkang terhadap pandangan dominan dan menempatkan keduanya sebagai intelektual sejarah yang kritis, dengan tidak memisahkan kerja sastra dan kerja politik.

Keduanya memegang teguh prinsip-prinsip, hati nurani, dan komitmen pada perubahan sosial dan transformasi.

Dari tangan kedua tokoh yang telah tiada itu, segalanya tak mungkin dipisahkan dari politik. Muara dari segala proses kreatif seseorang adalah politik. Bahkan ketika Anda mempublikasikan esai kepada masyarakat, kata Said dalam Peran Intelektual (1998), Anda telah memasuki kehidupan politik. Jadi, jika tak ingin politis, janganlah menulis esai atau berbicara. Lebih baik diam saja di rumah.

Asarpin, Pembaca sastra

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita