07/06/10

KEPADA YANG MELUPAKAN*

:Pengantar Antologi Puisi Penyair Perempuan Asas “Sihir Terakhir” (diterbitkan PUstaka puJAngga 2009)

Nenden Lilis A.**
http://www.sastra-indonesia.com/

Membuka lembar demi lembar antologi puisi yang ditulis para perempuan yang tergabung dalam komunitas ASAS dan menghikmatinya satu demi satu, saya seperti membuka lembar demi lembar album kenangan sekaligus sejarah perjalanan sastra perempuan kita. Dari tiap lembar album yang terbuka menganga itu seolah menjerit suara tentang perempuan, yang dalam sejarah atau segala hal lainnya selalu di “sunyi”-kan dan ditinggalkan waktu; dimarjinalkan dan didiskriminasi.

Saya ingin membuka sedikit gambaran itu dari pengalaman personal saya sebagai penyair yang berjenis kelamin perempuan. Kalau kemudian saya bercerita tentang hal itu dari kondisi kepenyairan di Jawa Barat, itu karena kebetulan saja saya berdomisili di Jawa Barat. Tetapi, saya yakin, bahwa gambaran ini adalah juga representasi kondisi perempuan di wilayah-wilayah lainnya.

Di Jawa Barat, baik dengan diam-diam, maupun dengan mempublikasikan karya lewat media massa, tentulah banyak perempuan yang berkarya. Tetapi, sejauh itu, mereka seolah dianggap tak ada. Hingga tahun 1996-an saja, seperti salah satunya dapat dilihat dalam antologi puisi 10 penyair Jawa Barat Cermin Alam, tak satu pun tercantum nama dan karya perempuan. Terlebih lagi dalam kegiatan sastra. Perempuan adalah jenis kelamin yang dilupakan.

Saya baru merasa keberadaan perempuan agak ditoleh, dari event sastra nasional yang diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, yang kebetulan saya termasuk salah seorang yang diundang di dalamnya. Dalam event itu pun, dari ratusan penyair yang diundang dari seluruh Indonesia, jumlah perempuan hanya empat orang (saya sendiri dari Bandung, Oka Rusmini dari Bali, Sirikit Syah dari Surabaya, dan Anil Hukma dari Makassar). Jumlah itu mewakili jumlah propinsi saja tidak. Selanjutnya, seringkali dalam berbagai even sastra lainnya, saya selalu melihat diri saya sendirian dan terasing di tengah para laki-laki. Kondisi empirik itu menyadarkan saya akan termarjinalisasinya perempuan dalam kesusastraan.

Tahun 1995 “perlawanan” terhadap pemarjinalan itu dimulai. Kebetulan saya bergabung dalam komunitas Bandung Literature Society yang diketuai Beni R. Budiman (alm.). Melalui wadah tersebut, bekerja sama dengan Forum Sastra Bandung (FSB), pada 17 Desember 1995, Beni R. Budiman menggagas pernyelenggaraan pembacaan puisi oleh para penyair dari kalangan perempuan dalam dua kota Bandung-Jakarta. Upaya ini dilanjutkan dengan merangkum para penyair dari kalangan perempuan yang tersebar di berbagai kampus dalam sebuah diskusi dan pembacaan puisi di CCF Bandung pada 23 April dengan menghadirkan pembicara Melani Budianta dan saya sendiri.

Benih-benih ini melahirkan sebuah komunitas sastra peduli perempuan bernama Komunitas Sastra Dewi Sartika (KSDS) yang pada saat itu aktif mengadakan diskusi, berbagai event sastra, penerbitan buku. Tulisan-tulisan yang menggugat diskriminasi gender ini pun gencar dipublikasikan.

Apa yang digambarkan di atas, akan dianggap besar atau kecil, adalah jejak-jejak yang telah ditorehkan dan telah turut merintis jalan bagi terbukanya hutan patriarki yang menghegemoni kesusastraan kita selama ini.

Mengenang jejak-jejak itu sambil membayangkan kata-kata futurolog John Naisbit yang meramalkan abad 21 sebagai abad kebangkitan perempuan, atau feminis Amerika Naomi Wolf yang mengatakan hal yang sama, yakni abad 21 sebagi era kekuasaan perempuan, saya berharap kini ’hutan’ itu sudah betul-betul terbuka. Tetapi, kehadiran antologi Kepada Yang Melupakan (antologi puisi perempuan ASAS) ini menegunkan saya dari harapan tersebut. Apa yang saya kira sudah ada di hadapan saya itu ternyata masih jauh.

Tatkala antologi-antologi semacam ini hadir, tentulah ada sesuatu di balik itu. Tak ada asap jika tak ada api. Mengapa dalam kesusastraan Indonesia muncul buku-buku antologi karya sastra khusus perempuan? Mengapa terbentuk komunitas-komunitas sastra perempuan? Mengapa pula ada penyelenggaraan kegiatan-kegiatan sastra yang pengisi dan isi yang dikupasnya tentang perempuan? Tak perlu berpikir panjang untuk menjawabnya sebab hal-hal tersebut cukup jelas menegaskan kepada kita betapa perempuan tidak terakomodasi dalam ruang kesusastraan yang melingkupinya.

Betapa pun dilematisnya upaya seperti itu. Upaya seperti ini di satu sisi memang dapat menegaskan eksistensi perempuan dalam kesusastraan dan mengangkat posisi mereka dari penenggelaman yang mereka alami selama ini. Namun di sisi lain, hal itu menimbulkan kesan seolah-olah kesusastraan perempuan berada di wilayah lain, terpisah dari sejarah dan diskursus kesusastraan secara umum. Hal seperti ini pun bukan tidak mungkin menyebabkan peng-hierarki-an antara perempuan dan laki-laki.

Tetapi, selama pemarjinalan terhadap perempuan terjadi, upaya berupa affirmative action seperti itu perlu terus dilakukan. Seperti kita ketahui, affirmative action adalah tindakan yang sengaja diambil dengan cara memperlihatkan perbedaan suatu kelompok dari kelompok lainnya dengan tujuan mengangkatnya dari ketidakadilan kesempatan. Tindakan afirmatif dilakukan jika ada suatu kelompok yang terpinggirkan. Upaya seperti ini, seperti yang sudah kita rasakan, sedikit demi sedikit mengikis keangkuhan hegemoni patriarki dalam kesusastraan kita. Dalam konteks affirmative action inilah tampaknya antologi puisi ini hadir, dan kita perlu menyambutnya dengan penuh keterbukaan.

***

Disadari atau tidak disadari oleh para penulis dalam antologi ini, bahwa yang mereka lakukan dengan penerbitan antologi ini sesungguhnya tidak sekedar tindakan afirmatif dalam konteks seperti digambarkan di atas, tetapi juga sebuah kerja politik. Michel Foucalt pernah menyatakan bahwa dalam masyarakat patriarki, perempuanlah yang mengalami kelangkaan kekuasaan (lack of power). Untuk memperbaiki ketidakadilan itu, perempuan harus melancarkan strategi, yaitu bicara (menjadi ”subjek yang berbicara”). Harus disadari dan diyakini bahwa suara-suara perempuan yang lahir dari setiap personalitasnya itu hadir di masyarakat sebagai upaya politik mengubah struktur dan relasi yang tidak adil. Menulis adalah salah satu bentuk penghadiran suara-suara itu. Dengan begitu, bagi perempuan, menulis adalah upaya politik bagi terciptanya sebuah dunia yang lebih adil dan sehat. ”Personal is political,” begitulah salah satu prinsip feminisme berujar.

Dan, membaca antologi ini, akan banyak kita temukan suara-suara itu. Begitu berwarna dan bernuansa. Isi, cara pandang, dan penyajian dari 18 penyair muda ini begitu beraneka. Ditilik dari segi kemampuan teknis menulis puisi, sebagian memang masih tampak tertatih-tatih. Tetapi, sebagian yang lain, seperti tampak pada sajak Dian Hartati dan Fina sato yang memang sudah punya jam terbang tinggi dalam bidang ini, sudah menunjukkan kematangan. Begitu pula pada sajak-sajak Desti Fatin Fauziyyah dan Alfatihatus Sholihatunnisa yang jernih, Cut Nanda yang bereksplorasi bunyi kata, Ellie R. Noer yang menghadirkan cara pandang jeli, unik, dan orisinal, atau Evi Sefiani yang tanpa pretensi dengan tema dan lebih memilih sajak-sajak manis dan liris, dan banyak lagi. Tentu saja, para penulis ini sedang berproses, dan yang namanya proses tidak akan pernah berhenti. Orang yang berhenti berproses sama artinya dengan orang yang berhenti berkreativitas. Dengan demikian, terlalu dini untuk menilai mereka dari segi nilai puisi-puisinya.

Perkembangan dan kemajuan mereka masih kita tunggu. Namun, sekecil atau sebesar apapun, apa yang mereka lakukan perlu dicatat sebagai upaya untuk mengingatkan mereka yang selalu ”melupakan” sebuah kehadiran, terutama kehadiran perempuan. Dengan menulis, pada dasarnya mereka pun telah turut menjaga kita dari lupa. Namun, pekerjaan rumah belum berarti selesai, sebab seperti dikatakan Desti Fatin dalam puisinya: kita belum menjadi kita/dan kau melulu jadi pelupa.***

*) Dari judul puisi karya Desti Fatin Fauziyyah.
**) Penyair, pendiri KSDS, dan dosen di Jurdiksatrasia FPBS UPI.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita