Abang Eddy Adriansyah
http://www.kabarindonesia.com/
KabarIndonesia - Satu minggu sebelum penyematan Anugerah Pena, penghargaan khusus FLP atas pengabdiannya di khazanah sastra Indonesia, Prof. Kuntowijoyo, cendekiawan dan sastrawan muslim itu dipanggil menghadap ke hadirat-Nya (23 Februari 2005). Almarhum meninggal setelah mengidap Meningo Encephalitis (radang selaput otak kecil) sepulang dari studi di negeri Belanda, sejak Januari 1992. Ia pamit dari hadapan khalayak pengagum yang selalu menunggu karya-karya cemerlangnya. Ia mangkat dari hadapan seniman, cendekiawan, tokoh-tokoh bangsa yang kerap menyerap ide dari kreativitas pemikirannya. Ia pergi, meninggalkan keluarga yang selama ini bersaksi atas ketekunan dan loyalitasnya membangun kemaslahatan hidup, melalui kolom, novel, jurnal, dan cerita-cerita pendeknya yang bernas.
Minat Prof. Kuntowijoyo terhadap dunia penulisan, khususnya sastra, terasah sejak usia dini. Di surau desa Ngawonggo, kecamatan Ceper, Klaten, di sela-sela kegiatan mengaji, ia belajar mendongeng dan deklamasi. Menurut Amien Wangsitalaja dalam artikel Kuntowijoyo Pelopor Sastra Profetik : Dari Surau di Klaten hingga Kampus UGM, ketika itu jarang orang mengetahui, bahwa di surau sederhana itu dua orang sastrawan nasional, M. Saribi Arifin (salah seorang penanda tangan Manifes Kebudayaan) dan M. Yusmanam, ikut bergiat mengajari anak-anak dusun. Interaksi antara Pak Kunto - panggilan akrab Prof. Kuntowijoyo - dengan dua sastrawan tersebut, merupakan awal dari ketertarikan serta kecintaannya kepada dunia sastra.
Semasa kuliah di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada (UGM), bakat Pak Kunto berkembang sedemikian pesat. Setelah mendirikan wadah-wadah penggerak kegiatan seni budaya, seperti : LEKSI (Lembaga Kebudayaan dan Seniman Islam) dan Studi Group Mantika, karya-karyanya mulai diapresiasi luas. Cerita pendeknya Rumput-rumput Danau Bento dan Dilarang Mencintai Bunga-bunga, naskah lakonnya Tidak Ada Waktu Bagi Nyonya Fatma, Barda dan Cardas dan Topeng Kayu, roman pertamanya Pasar, bahkan meraih berbagai penghargaan bergengsi.
***
Pasca kuliah, Pak Kunto lebih disibukkan oleh tugas-tugasnya sebagai salah seorang tenaga pengajar di almameternya : Jurusan Sejarah Fakultas Sastra UGM. Untuk menopang kariernya sebagai staf edukatif, pada tahun 1973 Pak Kunto mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat. Beliau mendapat gelar MA dari University Of Connecticut (1974) dan PhD dari Columbia University (1980). Sekembalinya dari negeri Paman Sam, ia lebih banyak bergiat dalam kegiatan akademik, forum diskusi, dan berbagai studium generale. Praktis pada masa ini kegiatan bersastranya berkurang. "Sekitar dua puluh tahun (1973-1993) adalah masa "pensiun" saya dari bersastra."ucap beliau pada suatu kali. Memang di rentang waktu tersebut tak ada cerpen atau novel yang beliau hasilkan. Meskipun begitu, kata-kata "pensiun" yang beliau lontarkan itu bisa dianggap sekedar kelakar belaka. Karena justru pada masa-masa itulah ia menulis beberapa puisi, yang kelak diterbitkan oleh Gema Insani Press (1995) dengan tajuk Daun Makrifat Makrifat Daun. Menyusul kumpulan terdahulunya Suluk Awang Uwung (1975) dan Isyarat (1976).
Karena deraan penyakit yang diidapnya sepulang dari Negeri Kincir Angin, Belanda, Pak Kunto baru bisa berkarya kembali pada medio 1993. Cerita-cerita pendeknya kembali tertera pada halaman-halaman lembar seni budaya media cetak terkemuka. Setahun kemudian, kumpulan cerita pendeknya Dilarang Mencintai Bunga-bunga meraih Penghargaan Penulisan Sastra Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Penghargaan demi penghargaanpun kemudian berturut-turut disematkan kepada Pak Kunto, seperti : Penghargaan Kebudayaan ICMI (1995); Cerpen Terbaik KOMPAS (1995, 1996, 1997) untuk cerpen Laki-laki yang Kawin dengan Peri, Pistol Perdamaian, dan Anjing-anjing Menyerbu Kuburan; Asean Award On Cultural (1997); Satya Lencana Kebudayaan RI (1997); Mizan Award (1998); Penghargaan Kalyanakretya Utama untuk Teknologi Sastra dari Menristek (1999); dan SEA Write Award (1999) dari Pemerintah Thailand.
Dalam kiprahnya sebagai sastrawan muslim yang taat, Pak Kunto dikenal sebagai pelopor genre sastra profetik. Satu konsep penulisan atau penggarapan karya sastrawi, yang dijiwai oleh prinsip-prinsip dan tradisi kerasulan. Konsep itu dibangun dari ide sastra pembebasan, sastra kemanusiaan -yang sebelumnya selalu bertentangan-, ditambah dengan ide sastra transendental yang disisipkan oleh beliau. Penggabungan ketiga konsep tersebut, memungkinkan sebuah teks sastra dapat bergerak diantara fungsi pemeliharaan hubungan vertikal (dengan Tuhan) dan penguatan hubungan horisontal (dengan sesama manusia). Dengan demikian, sebuah karya sastra berguna pula sebagai alat manusia untuk ber-amar ma'ruf, nahi munkar. "Manusia dituntut untuk ber-amar ma'ruf, nahi munkar. Amar ma'ruf itu memanusiakan manusia, nahi munkar itu membebaskan manusia, dan beriman kepada Tuhan itu transendental. Penjumlahan semua itu menurut Kuntowijoyo menjadi sastra profetik." menurut David Krisna Alka, dalam artikelnya Membangkitkan Kembali Sastra Profetik. Pertentangan antara kutub sastra yang universal-humanistik-emansipatoris-liberal dengan kutub sastra yang relijius-transendental-spiritual, termediasi dalam sastra profetik ini. Output yang diharapkan oleh Pak Kunto dengan pengguliran konsep tersebut adalah sebuah karya proporsional. Tidak terlalu membumi, sehingga manusia tersaputkan dari unsur-unsur ilahiah. Tidak terlalu melangit, sehingga manusia lupa bahwa ia bagian dari manusia lainnya. Sastra profetik, dengan begitu bermaksud merangsang pembacanya untuk selalu eling, selalu berada dalam garis keseimbangan hidup.
Sebagai sejarahwan atau intelektual muslim, Pak Kunto banyak menyumbangkan karya monumental. Beberapa karya tulis monumentalnya yang telah terbit dalam bentuk buku itu diantaranya adalah : Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia (1985), Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi (1991), Demokrasi dan Budaya (1994), Pengantar Ilmu Sejarah (1995), Metodologi Sejarah (1994), Radikalisme Petani (1993), Identitas Politik Umat Islam (1997), dan Islam Tanpa Masjid (2002). Dalam Islam Tanpa Masjid, Pak Kunto menyoroti sikap mental kaum intelektual Indonesia pasca reformsi, yang menunjukkan gejala degradasi. Menurut beliau, banyak cendekiawan terjebak dalam pikiran pragmatis, ramai-ramai memposisikan diri sebagai praktisi politik. Beliau berpendapat, janganlah kalangan intelektual telalu terpukau pada persoalan-persoalan politik belaka. Karena proses pendidikan, meskipun memakan waktu lama, hasil akhirnya kelak akan sangat luar biasa. "Banyak orang pintar yang dahulu menjadi alat bantu pembentukan ideologi sebuah rezim, kini tanpa malu-malu mengkritik pemerintahan yang dahulu pernah membesarkan dan melaksanakan konsepnya." ujar Pak Kunto, seperti dikutip Muhammad Subarkah dalam artikelnya Kuntowijoyo. Pengkhianatan intelektual itulah yang sesunguhnya diprihatinkan oleh Pak Kunto dalam berbagai kolom-kolomnya pasca kejatuhan Orde Baru.
***
Capaian-capaian Pak Kunto dalam lingkup sastra maupun dalam kiprah intelektualnya sebagai cendekiawan muslim, adalah raihan yang luar biasa, mengingat berbagai masterpiece-nya tercipta ketika beliau tengah berjuang menghadapi penyakit akut yang diderita. Indonesia tidak hanya kehilangan sastrawan, seniman, sejarahwan, atau seorang pakar edukatif saja. Lebih dari itu, Indonesia kehilangan tauladan, dari seseorang yang selama ini telah mencontohkan "keshalihan intelektual." Wafatnya Profesor Kuntowijoyo, adalah perginya seseorang "yang telah menghidupi." Ide sastra profetik yang beliau cuatkan, ditengah-tengah merebaknya bacaan atau buku porno-absurd-profan ber-"kulit" karya sastra, kini menunggu tangan-tangan muda yang sedia menghidupi. Dari alam kekal tempat beliau kini bertinggal di sisi Tuhan-Nya, Pak Kunto menunggu para penulis muda yang kelak akan meneruskan jejaknya : menulis untuk membangkitkan, membebaskan, mencerahkan, menyatukan manusia dengan harmoni hidup ; menulis untuk menjaga keseimbangan antara khusyuknya hablum minallah dan guyubnya hablum minannaas.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar