28/11/08

Perjalanan Sang Penggagas Sastra Profetik

Abang Eddy Adriansyah
http://www.kabarindonesia.com/

KabarIndonesia - Satu minggu sebelum penyematan Anugerah Pena, penghargaan khusus FLP atas pengabdiannya di khazanah sastra Indonesia, Prof. Kuntowijoyo, cendekiawan dan sastrawan muslim itu dipanggil menghadap ke hadirat-Nya (23 Februari 2005). Almarhum meninggal setelah mengidap Meningo Encephalitis (radang selaput otak kecil) sepulang dari studi di negeri Belanda, sejak Januari 1992. Ia pamit dari hadapan khalayak pengagum yang selalu menunggu karya-karya cemerlangnya. Ia mangkat dari hadapan seniman, cendekiawan, tokoh-tokoh bangsa yang kerap menyerap ide dari kreativitas pemikirannya. Ia pergi, meninggalkan keluarga yang selama ini bersaksi atas ketekunan dan loyalitasnya membangun kemaslahatan hidup, melalui kolom, novel, jurnal, dan cerita-cerita pendeknya yang bernas.

Minat Prof. Kuntowijoyo terhadap dunia penulisan, khususnya sastra, terasah sejak usia dini. Di surau desa Ngawonggo, kecamatan Ceper, Klaten, di sela-sela kegiatan mengaji, ia belajar mendongeng dan deklamasi. Menurut Amien Wangsitalaja dalam artikel Kuntowijoyo Pelopor Sastra Profetik : Dari Surau di Klaten hingga Kampus UGM, ketika itu jarang orang mengetahui, bahwa di surau sederhana itu dua orang sastrawan nasional, M. Saribi Arifin (salah seorang penanda tangan Manifes Kebudayaan) dan M. Yusmanam, ikut bergiat mengajari anak-anak dusun. Interaksi antara Pak Kunto - panggilan akrab Prof. Kuntowijoyo - dengan dua sastrawan tersebut, merupakan awal dari ketertarikan serta kecintaannya kepada dunia sastra.

Semasa kuliah di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada (UGM), bakat Pak Kunto berkembang sedemikian pesat. Setelah mendirikan wadah-wadah penggerak kegiatan seni budaya, seperti : LEKSI (Lembaga Kebudayaan dan Seniman Islam) dan Studi Group Mantika, karya-karyanya mulai diapresiasi luas. Cerita pendeknya Rumput-rumput Danau Bento dan Dilarang Mencintai Bunga-bunga, naskah lakonnya Tidak Ada Waktu Bagi Nyonya Fatma, Barda dan Cardas dan Topeng Kayu, roman pertamanya Pasar, bahkan meraih berbagai penghargaan bergengsi.

***
Pasca kuliah, Pak Kunto lebih disibukkan oleh tugas-tugasnya sebagai salah seorang tenaga pengajar di almameternya : Jurusan Sejarah Fakultas Sastra UGM. Untuk menopang kariernya sebagai staf edukatif, pada tahun 1973 Pak Kunto mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat. Beliau mendapat gelar MA dari University Of Connecticut (1974) dan PhD dari Columbia University (1980). Sekembalinya dari negeri Paman Sam, ia lebih banyak bergiat dalam kegiatan akademik, forum diskusi, dan berbagai studium generale. Praktis pada masa ini kegiatan bersastranya berkurang. "Sekitar dua puluh tahun (1973-1993) adalah masa "pensiun" saya dari bersastra."ucap beliau pada suatu kali. Memang di rentang waktu tersebut tak ada cerpen atau novel yang beliau hasilkan. Meskipun begitu, kata-kata "pensiun" yang beliau lontarkan itu bisa dianggap sekedar kelakar belaka. Karena justru pada masa-masa itulah ia menulis beberapa puisi, yang kelak diterbitkan oleh Gema Insani Press (1995) dengan tajuk Daun Makrifat Makrifat Daun. Menyusul kumpulan terdahulunya Suluk Awang Uwung (1975) dan Isyarat (1976).

Karena deraan penyakit yang diidapnya sepulang dari Negeri Kincir Angin, Belanda, Pak Kunto baru bisa berkarya kembali pada medio 1993. Cerita-cerita pendeknya kembali tertera pada halaman-halaman lembar seni budaya media cetak terkemuka. Setahun kemudian, kumpulan cerita pendeknya Dilarang Mencintai Bunga-bunga meraih Penghargaan Penulisan Sastra Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Penghargaan demi penghargaanpun kemudian berturut-turut disematkan kepada Pak Kunto, seperti : Penghargaan Kebudayaan ICMI (1995); Cerpen Terbaik KOMPAS (1995, 1996, 1997) untuk cerpen Laki-laki yang Kawin dengan Peri, Pistol Perdamaian, dan Anjing-anjing Menyerbu Kuburan; Asean Award On Cultural (1997); Satya Lencana Kebudayaan RI (1997); Mizan Award (1998); Penghargaan Kalyanakretya Utama untuk Teknologi Sastra dari Menristek (1999); dan SEA Write Award (1999) dari Pemerintah Thailand.

Dalam kiprahnya sebagai sastrawan muslim yang taat, Pak Kunto dikenal sebagai pelopor genre sastra profetik. Satu konsep penulisan atau penggarapan karya sastrawi, yang dijiwai oleh prinsip-prinsip dan tradisi kerasulan. Konsep itu dibangun dari ide sastra pembebasan, sastra kemanusiaan -yang sebelumnya selalu bertentangan-, ditambah dengan ide sastra transendental yang disisipkan oleh beliau. Penggabungan ketiga konsep tersebut, memungkinkan sebuah teks sastra dapat bergerak diantara fungsi pemeliharaan hubungan vertikal (dengan Tuhan) dan penguatan hubungan horisontal (dengan sesama manusia). Dengan demikian, sebuah karya sastra berguna pula sebagai alat manusia untuk ber-amar ma'ruf, nahi munkar. "Manusia dituntut untuk ber-amar ma'ruf, nahi munkar. Amar ma'ruf itu memanusiakan manusia, nahi munkar itu membebaskan manusia, dan beriman kepada Tuhan itu transendental. Penjumlahan semua itu menurut Kuntowijoyo menjadi sastra profetik." menurut David Krisna Alka, dalam artikelnya Membangkitkan Kembali Sastra Profetik. Pertentangan antara kutub sastra yang universal-humanistik-emansipatoris-liberal dengan kutub sastra yang relijius-transendental-spiritual, termediasi dalam sastra profetik ini. Output yang diharapkan oleh Pak Kunto dengan pengguliran konsep tersebut adalah sebuah karya proporsional. Tidak terlalu membumi, sehingga manusia tersaputkan dari unsur-unsur ilahiah. Tidak terlalu melangit, sehingga manusia lupa bahwa ia bagian dari manusia lainnya. Sastra profetik, dengan begitu bermaksud merangsang pembacanya untuk selalu eling, selalu berada dalam garis keseimbangan hidup.

Sebagai sejarahwan atau intelektual muslim, Pak Kunto banyak menyumbangkan karya monumental. Beberapa karya tulis monumentalnya yang telah terbit dalam bentuk buku itu diantaranya adalah : Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia (1985), Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi (1991), Demokrasi dan Budaya (1994), Pengantar Ilmu Sejarah (1995), Metodologi Sejarah (1994), Radikalisme Petani (1993), Identitas Politik Umat Islam (1997), dan Islam Tanpa Masjid (2002). Dalam Islam Tanpa Masjid, Pak Kunto menyoroti sikap mental kaum intelektual Indonesia pasca reformsi, yang menunjukkan gejala degradasi. Menurut beliau, banyak cendekiawan terjebak dalam pikiran pragmatis, ramai-ramai memposisikan diri sebagai praktisi politik. Beliau berpendapat, janganlah kalangan intelektual telalu terpukau pada persoalan-persoalan politik belaka. Karena proses pendidikan, meskipun memakan waktu lama, hasil akhirnya kelak akan sangat luar biasa. "Banyak orang pintar yang dahulu menjadi alat bantu pembentukan ideologi sebuah rezim, kini tanpa malu-malu mengkritik pemerintahan yang dahulu pernah membesarkan dan melaksanakan konsepnya." ujar Pak Kunto, seperti dikutip Muhammad Subarkah dalam artikelnya Kuntowijoyo. Pengkhianatan intelektual itulah yang sesunguhnya diprihatinkan oleh Pak Kunto dalam berbagai kolom-kolomnya pasca kejatuhan Orde Baru.
***

Capaian-capaian Pak Kunto dalam lingkup sastra maupun dalam kiprah intelektualnya sebagai cendekiawan muslim, adalah raihan yang luar biasa, mengingat berbagai masterpiece-nya tercipta ketika beliau tengah berjuang menghadapi penyakit akut yang diderita. Indonesia tidak hanya kehilangan sastrawan, seniman, sejarahwan, atau seorang pakar edukatif saja. Lebih dari itu, Indonesia kehilangan tauladan, dari seseorang yang selama ini telah mencontohkan "keshalihan intelektual." Wafatnya Profesor Kuntowijoyo, adalah perginya seseorang "yang telah menghidupi." Ide sastra profetik yang beliau cuatkan, ditengah-tengah merebaknya bacaan atau buku porno-absurd-profan ber-"kulit" karya sastra, kini menunggu tangan-tangan muda yang sedia menghidupi. Dari alam kekal tempat beliau kini bertinggal di sisi Tuhan-Nya, Pak Kunto menunggu para penulis muda yang kelak akan meneruskan jejaknya : menulis untuk membangkitkan, membebaskan, mencerahkan, menyatukan manusia dengan harmoni hidup ; menulis untuk menjaga keseimbangan antara khusyuknya hablum minallah dan guyubnya hablum minannaas.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita