Endi Haryono*
http://www.jawapos.com/
DI tengah ekonomi dunia yang tumbuh pesat, Amerika Serikat memasuki masa-masa kritis yang akan mengakhiri supremasi ekonomi, politik, dan budaya yang lebih setengah abad disandangnya. AS bakal segera kehilangan posisi sebagai kiblat ekonomi, politik, dan budaya dunia di era globalisasi ini, menyisakan hanya sebuah supremasi militer yang tak lama lagi juga akan menjadi tidak relevan. AS sedang merosot.
Kejatuhan Lehman Brothers pada akhir September 2008 adalah tanda terbaru dari kemerosotan ekonomi AS. Sebelumnya, menyusul krisis subprime mortgage, beberapa perusahaan besar AS juga telah mengalami kebangkrutan, dan beberapa beralih ke pemilik modal Asia, misalnya Citigrup, Merril Lynch, Barclays, Morgan Stanley, dan Blakstone.
Kepemimpinan Presiden George Bush (Jr), penguasa Gedung Putih paling kontroversial, turut memberikan kontribusi penting bagi percepatan lengsernya peran global AS, membuka jalan bagi apa yang oleh Fareed Zakaria disebut sebagai Dunia Pasca Amerika (Post-American World). AS gagal dalam ekonomi global karena terlibat dalam perang dan perang, kebijakan paling menonjol dari Presiden Bush.
Fareed memang berbagi pandangan dengan banyak pengamat tentang diagnosis kemerosotan peran global AS tersebut. Kendati demikian, buku yang ditulisnya ini bukan semata menceritakan kemunduran AS, terutama pada hampir delapan tahun di bawah Bush. Buku ini, demikian Fareed menulis, lebih tentang kebangkitan negara-negara lain di luar AS.
Negara-negara lain di luar AS tersebut, yang telah banyak disebut oleh para penulis sebelumnya, adalah China dan India pada lapis pertama; Brazil, Rusia, Turki, dan Afrika Selatan pada lapis kedua; dan pada lapis ketiga terdapat Kenya dan beberapa negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Sayangnya, Indonesia tidak masuk dalam deretan negara yang berjaya secara ekonomi sehingga tidak mendapatkan tempat penting dan bahasan yang memadai dalam Dunia Pasca Amerika.
Buku ini menunjukkan bahwa semua negara bisa meraih kejayaan ekonomi dan menang dalam globalisasi tanpa harus merugikan negara yang lain, bahkan dengan cara yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Memang, globalisasi sendiri membuka sekaligus peluang dan perangkap. Kejayaan ekonomi negara-negara dicapai dengan sikap terbuka untuk menerima dan mempelajari bangsa lain dan, pada saat bersamaan, mengenali keunggulan diri sendiri. Hanya dengan kejayaan ekonomi maka sebuah bangsa bisa mengejar ambisi yang lain untuk berjaya di bidang politik dan budaya.
Fareed, mengutip Profesor Havard Steven Pinker, berargumentasi, ''bahwa hari ini kita barangkali hidup di masa yang paling damai dalam keberadaan spesies kita.'' (hlm. 9).
Lantas, mengapa dunia yang menurut fakta-fakta objektif sesungguhnya lebih aman tersebut justru dianggap oleh publik sebagai dunia yang lebih berbahaya, kacau, dan mengancam?
''Salah satu alasan terjadinya ketidaksesuaian (mismatch) antara realitas dan perasaan kita atas realitas tersebut barangkali karena, lebih dibandingkan dekade-dekade yang silam, kita mengalami sebuah revolusi teknologi informasi yang membawa kepada kita berita-berita dari seluruh dunia seketika, nyata, dan terus-menerus.
Kedekatan gambaran-gambaran peristiwa dan intensitas berita-berita berkesinambungan 24 jam bersama-sama telah menghasilkan hiperbola yang konstan. Setiap gangguan cuaca adalah ''badai abad ini''. Setiap bom yang meledak adalah breaking news. Sangat sulit untuk menaruh semua ini dalam konteks secara pas karena revolusi informasi demikian baru,'' tulis Fareed (hlm. 9).
Revolusi teknologi informasi mengubah pemboman yang kurang siginifikan menjadi peristiwa terorisme yang penting. Pemberitaan demikian membuat orang yang menonton televisi berpikir ''hal yang sama bisa terjadi pada saya'' setiap kali menyaksikan pemberitaan tentang tindakan terorisme atas sasaran-sasaran sipil.
Di balik pemberitaan terus-menerus oleh media massa (khususnya televisi) tentang dunia yang tidak aman dan mengancam, pergeseran yang fundamental telah berlangsung pada bidang ekonomi sebagai basis struktural tatanan global. Di seluruh penjuru dunia, ekonomi telah mengalahkan politik. Perekonomian global terus tumbuh (hlm. 18) mengabaikan kondisi dan ''risiko politik'' dalam dua dekade terakhir. Fareed menyebut pergeseran tersebut sebagai ''ekspansi ketiga ekonomi global'' dan sejauh ini yang paling dahsyat dibandingkan ekspansi-ekspansi ekonomi global pada dua peristiwa sebelumnya.
Kebangkitan Tiongkok dan India
Dua negara yang paling menonjol -dan paling banyak disebut oleh para ekonom dan pakar globalisasi- adalah dua negara Asia yang sebelumnya memiliki jumlah penduduk miskin terbesar, India dan China. Kebetulan, dua negara itu adalah pusat-pusat budaya, agama, dan ilmu pengetahuan di masa lampau. Seandainya mereka tampil menjadi pusat ekonomi, politik, dan budaya baru pasca Amerika maka keduanya memang telah memiliki akar pijakan budaya yang kuat untuk itu.
India dan China berjaya terutama berkat liberalisasi pasar, ketepatan pilihan industrialisasi, dan kepemimpinan yang baik. Dengan kombinasi ketiga kata kunci tersebut, India dan China berhasil mencapai secara konstan pertumbuhan tinggi, akumulasi kapital, pertanian berlimpah, dan penguasaan teknologi dalam beberapa tahun terakhir. China ditakuti dan disegani secara ekonomi karena negara ini juga merupakan pemborong utama perusahaan-perusahaan AS yang diambang kebangkrutan, termasuk yang disebutkan di atas.
India, sama seperti China, juga mengambil jalan liberalisasi ekonomi. Dalam konteks ini, India lebih mudah menjalaninya karena telah lama menjalani hidup sebagai negara yang demokratis, dan India bahkan tetap bertahan pada demokrasi meskipun menjalani masa-masa sulit dalam kemiskinan sejak merdeka dari Inggris pada 1947. Titik terang menuju kebangkitan ekonomi India muncul di awal 1990-an ketika India secara lebih tegas mengadopsi liberalisasi ekonomi. Sebelumnya, untuk waktu yang lama India menerapkan ekonomi semi-sosialis dan menjalin politik luar negeri yang lebih dekat dengan Uni Soviet.
Dengan berakhirnya Perang Dingin (1989) dan bubarnya Uni Soviet (1990) maka India harus mengambil jalan berbeda. Kebijakan liberalisasi ekonomi diikuti kemudian hubungan baik dengan AS dan China menjadi modal penting bagi pembangunan ekonomi India.
Sebagaimana China, industrialisasi -terutama industri teknologi informasi, komputer, elektronik, dan jasa- tumbuh pesat di India. Namun, industrialisasi India tidak hanya pada hal-hal di atas, tetapi juga industri berteknologi menengah dan tinggi. Berbeda dengan China, pemerintah India -sebagai konsekuensi dari sistem politik demokratis- tidak mengarahkan dan terlalu mencampuri proses industralisasi dan modernisasi ekonomi yang berlangsung. ''Pertumbuhan ekonomi India berlangsung bukan atas perencanaan pemerintah tetapi justru karena pembiaran. Bukan pertumbuhan dari atas (top-down) tetapi pertumbuhan dari bawah (bottom-up). Ini pertumbuhan yang tidak beraturan, kacau, dan tidak terencana,'' tulis Fareed. Kok bisa demikian?
Salah satu jawabnya, menurut Fareed, adalah apa yang biasa dikenal sebagai investasi manusia (human investment). Di masa-masa ekonomi yang sulit, terutama pada 1970-an, banyak orang India yang pandai pergi mencari penghidupan di luar negeri. Mereka yang bersekolah di luar negeri, karena merasa tidak akan mendapatkan tempat cocok di dalam negeri, bertahan untuk bekerja di luar negeri. Fenomena ini kerap disebut sebagai brain drain (konotasi yang merugikan bagi India), tetapi sebenarnya menurut Fareed yang terjadi justru brain gain (konotasi yang menguntungkan India).
Para ahli dan terpelajar India di luar negeri memainkan peran besar dalam membuka ekonomi negerinya sendiri. Mereka kembali ke India dengan uang membawa (money), gagasan investasi (investment ideas), standar global (global standard). Selain itu, dan ini yang lebih penting, fenomena tersebut telah menanamkan perasaan kebanggaan bahwa orang India bisa menguasai apa saja.
Dalam iruk-pikuk perubahan, transformasi, ekspansi, dan kejayaan yang dicapai banyak negara tersebut, lantas di mana posisi Indonesia? Tidak ada bahasan penting tentang Indonesia dalam buku ini. Kecuali beberapa sebutan merujuk pada ilustrasi atau contoh yang tidak penting. Fareed, dan tampaknya kita sendiri bisa mahfum, belum ada sumbangan atau pencapaian Indonesia yang layak untuk mendapatkan bahasan dalam buku ini. Sayang sekali memang, Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara ternyata tidak mendapatkan tempat yang layak dalam Dunia Pasca Amerika.(*)
*)Staf pengajar Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, FISIP UPN Veteran Jogja
JudulBuku: The Post-American World
Penulis: Fareed Zakaria
Penerbit: New York: Norton & Company
Cetakan: 2008
Tebal: 292 halaman + index
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar