04/11/08

Merosotnya AS, Melejitnya India-Tiongkok

Endi Haryono*
http://www.jawapos.com/

DI tengah ekonomi dunia yang tumbuh pesat, Amerika Serikat memasuki masa-masa kritis yang akan mengakhiri supremasi ekonomi, politik, dan budaya yang lebih setengah abad disandangnya. AS bakal segera kehilangan posisi sebagai kiblat ekonomi, politik, dan budaya dunia di era globalisasi ini, menyisakan hanya sebuah supremasi militer yang tak lama lagi juga akan menjadi tidak relevan. AS sedang merosot.

Kejatuhan Lehman Brothers pada akhir September 2008 adalah tanda terbaru dari kemerosotan ekonomi AS. Sebelumnya, menyusul krisis subprime mortgage, beberapa perusahaan besar AS juga telah mengalami kebangkrutan, dan beberapa beralih ke pemilik modal Asia, misalnya Citigrup, Merril Lynch, Barclays, Morgan Stanley, dan Blakstone.

Kepemimpinan Presiden George Bush (Jr), penguasa Gedung Putih paling kontroversial, turut memberikan kontribusi penting bagi percepatan lengsernya peran global AS, membuka jalan bagi apa yang oleh Fareed Zakaria disebut sebagai Dunia Pasca Amerika (Post-American World). AS gagal dalam ekonomi global karena terlibat dalam perang dan perang, kebijakan paling menonjol dari Presiden Bush.

Fareed memang berbagi pandangan dengan banyak pengamat tentang diagnosis kemerosotan peran global AS tersebut. Kendati demikian, buku yang ditulisnya ini bukan semata menceritakan kemunduran AS, terutama pada hampir delapan tahun di bawah Bush. Buku ini, demikian Fareed menulis, lebih tentang kebangkitan negara-negara lain di luar AS.

Negara-negara lain di luar AS tersebut, yang telah banyak disebut oleh para penulis sebelumnya, adalah China dan India pada lapis pertama; Brazil, Rusia, Turki, dan Afrika Selatan pada lapis kedua; dan pada lapis ketiga terdapat Kenya dan beberapa negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Sayangnya, Indonesia tidak masuk dalam deretan negara yang berjaya secara ekonomi sehingga tidak mendapatkan tempat penting dan bahasan yang memadai dalam Dunia Pasca Amerika.

Buku ini menunjukkan bahwa semua negara bisa meraih kejayaan ekonomi dan menang dalam globalisasi tanpa harus merugikan negara yang lain, bahkan dengan cara yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Memang, globalisasi sendiri membuka sekaligus peluang dan perangkap. Kejayaan ekonomi negara-negara dicapai dengan sikap terbuka untuk menerima dan mempelajari bangsa lain dan, pada saat bersamaan, mengenali keunggulan diri sendiri. Hanya dengan kejayaan ekonomi maka sebuah bangsa bisa mengejar ambisi yang lain untuk berjaya di bidang politik dan budaya.

Fareed, mengutip Profesor Havard Steven Pinker, berargumentasi, ''bahwa hari ini kita barangkali hidup di masa yang paling damai dalam keberadaan spesies kita.'' (hlm. 9).

Lantas, mengapa dunia yang menurut fakta-fakta objektif sesungguhnya lebih aman tersebut justru dianggap oleh publik sebagai dunia yang lebih berbahaya, kacau, dan mengancam?

''Salah satu alasan terjadinya ketidaksesuaian (mismatch) antara realitas dan perasaan kita atas realitas tersebut barangkali karena, lebih dibandingkan dekade-dekade yang silam, kita mengalami sebuah revolusi teknologi informasi yang membawa kepada kita berita-berita dari seluruh dunia seketika, nyata, dan terus-menerus.

Kedekatan gambaran-gambaran peristiwa dan intensitas berita-berita berkesinambungan 24 jam bersama-sama telah menghasilkan hiperbola yang konstan. Setiap gangguan cuaca adalah ''badai abad ini''. Setiap bom yang meledak adalah breaking news. Sangat sulit untuk menaruh semua ini dalam konteks secara pas karena revolusi informasi demikian baru,'' tulis Fareed (hlm. 9).

Revolusi teknologi informasi mengubah pemboman yang kurang siginifikan menjadi peristiwa terorisme yang penting. Pemberitaan demikian membuat orang yang menonton televisi berpikir ''hal yang sama bisa terjadi pada saya'' setiap kali menyaksikan pemberitaan tentang tindakan terorisme atas sasaran-sasaran sipil.

Di balik pemberitaan terus-menerus oleh media massa (khususnya televisi) tentang dunia yang tidak aman dan mengancam, pergeseran yang fundamental telah berlangsung pada bidang ekonomi sebagai basis struktural tatanan global. Di seluruh penjuru dunia, ekonomi telah mengalahkan politik. Perekonomian global terus tumbuh (hlm. 18) mengabaikan kondisi dan ''risiko politik'' dalam dua dekade terakhir. Fareed menyebut pergeseran tersebut sebagai ''ekspansi ketiga ekonomi global'' dan sejauh ini yang paling dahsyat dibandingkan ekspansi-ekspansi ekonomi global pada dua peristiwa sebelumnya.

Kebangkitan Tiongkok dan India

Dua negara yang paling menonjol -dan paling banyak disebut oleh para ekonom dan pakar globalisasi- adalah dua negara Asia yang sebelumnya memiliki jumlah penduduk miskin terbesar, India dan China. Kebetulan, dua negara itu adalah pusat-pusat budaya, agama, dan ilmu pengetahuan di masa lampau. Seandainya mereka tampil menjadi pusat ekonomi, politik, dan budaya baru pasca Amerika maka keduanya memang telah memiliki akar pijakan budaya yang kuat untuk itu.

India dan China berjaya terutama berkat liberalisasi pasar, ketepatan pilihan industrialisasi, dan kepemimpinan yang baik. Dengan kombinasi ketiga kata kunci tersebut, India dan China berhasil mencapai secara konstan pertumbuhan tinggi, akumulasi kapital, pertanian berlimpah, dan penguasaan teknologi dalam beberapa tahun terakhir. China ditakuti dan disegani secara ekonomi karena negara ini juga merupakan pemborong utama perusahaan-perusahaan AS yang diambang kebangkrutan, termasuk yang disebutkan di atas.

India, sama seperti China, juga mengambil jalan liberalisasi ekonomi. Dalam konteks ini, India lebih mudah menjalaninya karena telah lama menjalani hidup sebagai negara yang demokratis, dan India bahkan tetap bertahan pada demokrasi meskipun menjalani masa-masa sulit dalam kemiskinan sejak merdeka dari Inggris pada 1947. Titik terang menuju kebangkitan ekonomi India muncul di awal 1990-an ketika India secara lebih tegas mengadopsi liberalisasi ekonomi. Sebelumnya, untuk waktu yang lama India menerapkan ekonomi semi-sosialis dan menjalin politik luar negeri yang lebih dekat dengan Uni Soviet.

Dengan berakhirnya Perang Dingin (1989) dan bubarnya Uni Soviet (1990) maka India harus mengambil jalan berbeda. Kebijakan liberalisasi ekonomi diikuti kemudian hubungan baik dengan AS dan China menjadi modal penting bagi pembangunan ekonomi India.

Sebagaimana China, industrialisasi -terutama industri teknologi informasi, komputer, elektronik, dan jasa- tumbuh pesat di India. Namun, industrialisasi India tidak hanya pada hal-hal di atas, tetapi juga industri berteknologi menengah dan tinggi. Berbeda dengan China, pemerintah India -sebagai konsekuensi dari sistem politik demokratis- tidak mengarahkan dan terlalu mencampuri proses industralisasi dan modernisasi ekonomi yang berlangsung. ''Pertumbuhan ekonomi India berlangsung bukan atas perencanaan pemerintah tetapi justru karena pembiaran. Bukan pertumbuhan dari atas (top-down) tetapi pertumbuhan dari bawah (bottom-up). Ini pertumbuhan yang tidak beraturan, kacau, dan tidak terencana,'' tulis Fareed. Kok bisa demikian?

Salah satu jawabnya, menurut Fareed, adalah apa yang biasa dikenal sebagai investasi manusia (human investment). Di masa-masa ekonomi yang sulit, terutama pada 1970-an, banyak orang India yang pandai pergi mencari penghidupan di luar negeri. Mereka yang bersekolah di luar negeri, karena merasa tidak akan mendapatkan tempat cocok di dalam negeri, bertahan untuk bekerja di luar negeri. Fenomena ini kerap disebut sebagai brain drain (konotasi yang merugikan bagi India), tetapi sebenarnya menurut Fareed yang terjadi justru brain gain (konotasi yang menguntungkan India).

Para ahli dan terpelajar India di luar negeri memainkan peran besar dalam membuka ekonomi negerinya sendiri. Mereka kembali ke India dengan uang membawa (money), gagasan investasi (investment ideas), standar global (global standard). Selain itu, dan ini yang lebih penting, fenomena tersebut telah menanamkan perasaan kebanggaan bahwa orang India bisa menguasai apa saja.

Dalam iruk-pikuk perubahan, transformasi, ekspansi, dan kejayaan yang dicapai banyak negara tersebut, lantas di mana posisi Indonesia? Tidak ada bahasan penting tentang Indonesia dalam buku ini. Kecuali beberapa sebutan merujuk pada ilustrasi atau contoh yang tidak penting. Fareed, dan tampaknya kita sendiri bisa mahfum, belum ada sumbangan atau pencapaian Indonesia yang layak untuk mendapatkan bahasan dalam buku ini. Sayang sekali memang, Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara ternyata tidak mendapatkan tempat yang layak dalam Dunia Pasca Amerika.(*)

*)Staf pengajar Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, FISIP UPN Veteran Jogja

JudulBuku: The Post-American World
Penulis: Fareed Zakaria
Penerbit: New York: Norton & Company
Cetakan: 2008
Tebal: 292 halaman + index

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita