Sutejo
Ponorogo Pos
Masih ingat dengan Ayu Utami? Perempuan inspiratif yang dinobatkan Korri Layun Rampan sebagai tokoh angkatan 2000 bidang prosa. Perempuan sensual ini, sebagaimana disinggung Budi Darma sebagai teman selingkuh seorang sastrawan andal Indonesia. Ia adalah perempuan inspiratif dalam perjalanan sastra Indonesia. Sampai-sampai Sapardi Djoko Damono mengatakan, masa depan sastra Indonesia ada di tangan perempuan. Dan, pada tahun 2004, misalnya, geger perbincangan sastrawangi sebagaimana dimuatkan dalam terbitan khusus Jurnal Prosa edisi 4.
Perempuan yang lahir di Bogor 21 November 1968 ini memiliki latar kewartawanan. Ia pernah bekerja di Matra, Forum Keadilan, D&R, dan Jurnal Kalam. Pernah mendirikan AJI bersama teman-teman. Intensitas dalam dunia kejurnalistikan ini, barangkali yang menginspirasikan dua novelnya kental dengan aroma politik Orde Baru. Prestasi kepenulisannya adalah (a) pemenang kepenulisan cerpen humor yang diadakan majalah Humor, (b) pemenang Sayembara Roman DKJ 1998, dan (c) penerima hadiah Prince Clause Award dari Pangeran Klause Kerajaan Belanda 2001.
Kebetulan saya sendiri menulis tesis dengan objek dua novel Ayu Utami: Saman dan Larung, kemudian dapat nilai 4,0. Karena itu, sedikit banyak juga mengritisi bagaimana proses kreatif perempuan sastrawan ini. Apa yang menarik dan dapat dijadikan pantulan ajar? Banyak. Dari pengalaman hidupnya dan akuan di berbagai media, hal itu dapat direfleksikan sebagai berikut (a) komunitas Utan Kayu sebagai kawah belajar, (b) menulis butuh research, (c) menulis butuh keterampilan menulis, (d) menulis butuh style khusus yang membedakan, (e) menulis butuh keberanian menyuakan sesuatu, sebagai refleksi sosial masyarakatnya, dan (f) menulis lintas batas tidak terkotak oleh ideologi (termasuk ideologi gaul).
Untuk inilah, maka mari kita berbincang untuk memantik sinyal menulis. Komunitas, sebagaimana sering saya singgung memang merupakan hal penting yang mendorong lahirnya motivasi dan pemodelan. Sebagaimana Yati Setiawan dengan komunitas rumah bersama suaminya, Mardiluhung dan Nirwan Dewanto dengan komunitas Utan Kayu, Sitok Srengenge, Isbedy Setyawan, Umbu Landu Paranggi yang banyak lahirkan para penulis termasuk Emha Ainun Nadjib. Dengan begitu, komunitas –barangkali sebuah kemutlakan--. Eh, demikian juga Lang Fang dalam komunitas, meski tak seintensif komunitas lainnya, juga berkomunitas dengan Budi Darma (yang dalam akunya beberapa waktu lalu di Surabaya baru mengenal Budi Darma dalam tahun 2003).
Filosofi komunitas adalah filosofi berguru dan bersahabat. Berguru karena dalam komunitas kebiasaan berbagi akan menjadi komunikasi guru-murid dalam konteks pemaknaan dan pembacaannya. Bersahabat dalam makna memberi arti, karena itu, sahabat yang baik adalah mereka yang berani mengingatkan. Dalam kepenulisan hal ini tentunya akan intensif karena filosofi kepenulisan adalah filosofi dialog. Membaca sekalipun adalah proses pemaknaan dialogis.
Kedua, menulis sebagaimana halnya sebuah penelitian membutuhkan data informasi awal karena itu butuh survei minimal, bila perlu melakukan penelitian khusus. Hanya memang laporan penulisan seorang sastrawan, cerpenis, dan penyair berbeda dengan seorang peneliti formal yang melaporkannya secara kaku, secara metodologis, teoritis, dan hasilnya yang demikian “kaku”. Tak heran, jika banyak laporan penelitian tidak dibaca, sebaliknya hasil karya puisi dan cerpen novel mendapatkan tempat lebih dibandingkan dengan laporan penelitian itu. Karena itu, sebagaimana Saman dan Larung buah tangan Ayu Utami hakikatnya sebuah “laporan reseacrh” dalam bentuk imajinatif. Hal itu, sebagaimana akuannya dalam komunitas Utan Kayu yang banyak didukung oleh koleganya dalam mengumpulkan informasi melalui penelitian pustaka. Bahkan, setelah jadi pun draf tulisannya masih didiskusikan dalam komunitas Goenawan Mohammad di Utan Kayu.
Antara komunitas dan research, karena itu, seringkali merupakan dua sisi mata uang dalam sekeping logam. Artinya, penelitian memang dapat dilakukan rame-rame, sedangkan –sekali lagi—proses kreatif seringkali memang bersifat pribadi. Sebab, menulis kreatif adalah wilayah ambang sadar, sebagaimana hidup kita yang digerakkan oleh 88 persen pikiran ambang sadar ini. Bahan kepenulisan dengan demikian, adalah bahan-bahan tertimbun dalam pikiran bawah sadar yang mengendap dalam perjalanan hidup, dan refleksi hidup, dan dalam laku hidup yang seringkali pula –bahkan— tidak dapat divisualisasikan dalam pikiran sadar.
Keterampilan berbahasa (khususnya menulis) merupakan hal mendasar yang seringkali mendorong orang sukses dalam menulis fiksi. Bre Redana, Ida Ayu Oka Rusmini, Taufik Ikram Jamil, Seno Gumira Adjidarma, dan Ayu Utami sendiri adalah beberapa contoh yang pengalaman kebahasaan selama dalam dunia kejurnalistikan memberikan warna penting dalam penulisan fiksinya. Untuk ini, memang menulis hakikatnya tidak terlepas dari keterampilan berbahasa itu sendiri. Karena itu, jika kita pengin menulis secara hebat, maka hal penting untuk menajamkan pengalaman berbahasa merupakan pilihan tercepat dan akurat untuk menghasilkan karya.
Keempat, menulis butuh style khusus yang membedakan. Pengalaman Ayu Utami bereksperimen mengubah bahasa prosa berbalut bahasa puisi menimbulkan keunikan sehingga dapat pujian dari banyak kalangan. Kemampuan berbahasa berbeda ini, tentu, menuntut latihan dan keberanian. Kekhasan itu paling tidak tampak pada bagaimana kekhasan Ahmad Tohari yang kental lokalitas dan narasi yang kuat dalam menggambarkan dan melukiskan tokoh. Putu Wijaya dengan bahasa teror lewat dialog-dialog yang mencengangkan. Demikian juga bahasa alir Budi Darma bak pendongeng ulung yang membius pembaca melalui tokoh-tokoh yang hidup. Seno Gumira Adjidarma dengan realisme yang kuat dan naturalisme eksperimentasi sesekali. Pramudya Ananta Toer dengan style realisme yang kuat hingga diusulkan masuk nominasi nobel kesusasteraan. Nukila Amal dengan bahasa puitis prosa beraroma mantra.
Puncak kepenulisan fiksi harapannya memang kemampuan menemukan kekhasan pengucapan itu. Akan tetapi, memang tidak semua penulis berhasil. Banyak juga mereka yang tetap terpengaruh oleh bayang-bayang seniornya atau sastrawan yang menjadi idolanya. Untuk itu, jika Anda ingin optimal mengembangkan kepenulisan prosa menarik berguru pada beberapa sastrawan di atas. Artinya, tidak sekadar melihat perbedaan tetapi mencoba menemukan bagaimana perbedaan (kekhasan) itu dilakukan.
Dua hal lain yang menonjol dalam proses kreatif Ayu Utami adalah kentalnya menyuarakan aspek sosial dalam karyanya, di samping cermin luas pergaulannya. Multibidang tercermin dalam kedua novel itu, baik itu aspek politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan lain sebagainya. Semua bidang itu, nyaris berkelindan seperti anyaman tikar pandan yang menarik dipandang. Sebuah orkestasi aspek sosial yang menarik direfleksikan jika kita sepakat akan jargon karya sastra merupakan cermin dari refleksi sosial masyarakatnya. Dalam pandangan sosilogis memang, ada pandangan bahwa kekuatan teks sastra tergantung sejauhmana aspek sosiologis itu alir di dalamnya. Hal ini mengingatkan protes Putu Wijaya kepada HB Jassin tentang penobatan Daniel Dakidae atas monumentalitas Para Priyayi yang ditulis Umar Kayam.
Estetika sosiologis ini tentu terbuka untuk diperdebatkan. Karena memang karya sastra bukanlah ilmu sosiologi, maka keimplisitan dan kompleksitas sosialnya akan menjadi daya tarik perbincangan. Dengan begitu, harapannya kekuatan sosiologis tidak mengabaikan estetika teks itu sendiri. Namun jika menyisir bahasa sosiologis dalam Larung dan Saman, tampaknya khas dan tidak mengganggu totalitas karya. Jika Anda ingin menuliskan aspektualitas sosiologis ini alir dalam karya tentu menarik mengekor atau memodelinya. Bagaimana bahasa “pemberontakan” yang hidup lewat tokoh-tokoh progresif yang rata-rata aktivis pergerakan.
Kesimpulannya: jika jalan menulis adalah jalan menikung penuh liku maka memang sangatlah membutuhkan keberanian. Dari pengalaman Ayu Utami, seorang jurnalis akan mampu mendorong tumbuhnya keberanian itu sendiri. Untuk ini, maka mari kita tingkatkan keberanian menulis dengan kekuatan research sehingga akurasi informasi dan pesan sosial akan menjadi senjata estetis yang menarik untuk direnungkan.
Melangkah itu indah memang, dan berkarya itu hakikatnya melukis pesona. Sebuah pesona sosial yang tidak dapat dinikmati dalam laporan penelitian yang kaku dan memuakkan! Penulisan fiksi, tentu akan menjadi alternatif kreatif tetapi pernik estetik tetap terjaga. Bagaimana dengan Anda?
***
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar