06/11/08

BELAJAR STYLE PENGUCAPAN PUITIS DALAM PROSA AYU UTAMI

Sutejo
Ponorogo Pos

Masih ingat dengan Ayu Utami? Perempuan inspiratif yang dinobatkan Korri Layun Rampan sebagai tokoh angkatan 2000 bidang prosa. Perempuan sensual ini, sebagaimana disinggung Budi Darma sebagai teman selingkuh seorang sastrawan andal Indonesia. Ia adalah perempuan inspiratif dalam perjalanan sastra Indonesia. Sampai-sampai Sapardi Djoko Damono mengatakan, masa depan sastra Indonesia ada di tangan perempuan. Dan, pada tahun 2004, misalnya, geger perbincangan sastrawangi sebagaimana dimuatkan dalam terbitan khusus Jurnal Prosa edisi 4.

Perempuan yang lahir di Bogor 21 November 1968 ini memiliki latar kewartawanan. Ia pernah bekerja di Matra, Forum Keadilan, D&R, dan Jurnal Kalam. Pernah mendirikan AJI bersama teman-teman. Intensitas dalam dunia kejurnalistikan ini, barangkali yang menginspirasikan dua novelnya kental dengan aroma politik Orde Baru. Prestasi kepenulisannya adalah (a) pemenang kepenulisan cerpen humor yang diadakan majalah Humor, (b) pemenang Sayembara Roman DKJ 1998, dan (c) penerima hadiah Prince Clause Award dari Pangeran Klause Kerajaan Belanda 2001.

Kebetulan saya sendiri menulis tesis dengan objek dua novel Ayu Utami: Saman dan Larung, kemudian dapat nilai 4,0. Karena itu, sedikit banyak juga mengritisi bagaimana proses kreatif perempuan sastrawan ini. Apa yang menarik dan dapat dijadikan pantulan ajar? Banyak. Dari pengalaman hidupnya dan akuan di berbagai media, hal itu dapat direfleksikan sebagai berikut (a) komunitas Utan Kayu sebagai kawah belajar, (b) menulis butuh research, (c) menulis butuh keterampilan menulis, (d) menulis butuh style khusus yang membedakan, (e) menulis butuh keberanian menyuakan sesuatu, sebagai refleksi sosial masyarakatnya, dan (f) menulis lintas batas tidak terkotak oleh ideologi (termasuk ideologi gaul).

Untuk inilah, maka mari kita berbincang untuk memantik sinyal menulis. Komunitas, sebagaimana sering saya singgung memang merupakan hal penting yang mendorong lahirnya motivasi dan pemodelan. Sebagaimana Yati Setiawan dengan komunitas rumah bersama suaminya, Mardiluhung dan Nirwan Dewanto dengan komunitas Utan Kayu, Sitok Srengenge, Isbedy Setyawan, Umbu Landu Paranggi yang banyak lahirkan para penulis termasuk Emha Ainun Nadjib. Dengan begitu, komunitas –barangkali sebuah kemutlakan--. Eh, demikian juga Lang Fang dalam komunitas, meski tak seintensif komunitas lainnya, juga berkomunitas dengan Budi Darma (yang dalam akunya beberapa waktu lalu di Surabaya baru mengenal Budi Darma dalam tahun 2003).

Filosofi komunitas adalah filosofi berguru dan bersahabat. Berguru karena dalam komunitas kebiasaan berbagi akan menjadi komunikasi guru-murid dalam konteks pemaknaan dan pembacaannya. Bersahabat dalam makna memberi arti, karena itu, sahabat yang baik adalah mereka yang berani mengingatkan. Dalam kepenulisan hal ini tentunya akan intensif karena filosofi kepenulisan adalah filosofi dialog. Membaca sekalipun adalah proses pemaknaan dialogis.

Kedua, menulis sebagaimana halnya sebuah penelitian membutuhkan data informasi awal karena itu butuh survei minimal, bila perlu melakukan penelitian khusus. Hanya memang laporan penulisan seorang sastrawan, cerpenis, dan penyair berbeda dengan seorang peneliti formal yang melaporkannya secara kaku, secara metodologis, teoritis, dan hasilnya yang demikian “kaku”. Tak heran, jika banyak laporan penelitian tidak dibaca, sebaliknya hasil karya puisi dan cerpen novel mendapatkan tempat lebih dibandingkan dengan laporan penelitian itu. Karena itu, sebagaimana Saman dan Larung buah tangan Ayu Utami hakikatnya sebuah “laporan reseacrh” dalam bentuk imajinatif. Hal itu, sebagaimana akuannya dalam komunitas Utan Kayu yang banyak didukung oleh koleganya dalam mengumpulkan informasi melalui penelitian pustaka. Bahkan, setelah jadi pun draf tulisannya masih didiskusikan dalam komunitas Goenawan Mohammad di Utan Kayu.

Antara komunitas dan research, karena itu, seringkali merupakan dua sisi mata uang dalam sekeping logam. Artinya, penelitian memang dapat dilakukan rame-rame, sedangkan –sekali lagi—proses kreatif seringkali memang bersifat pribadi. Sebab, menulis kreatif adalah wilayah ambang sadar, sebagaimana hidup kita yang digerakkan oleh 88 persen pikiran ambang sadar ini. Bahan kepenulisan dengan demikian, adalah bahan-bahan tertimbun dalam pikiran bawah sadar yang mengendap dalam perjalanan hidup, dan refleksi hidup, dan dalam laku hidup yang seringkali pula –bahkan— tidak dapat divisualisasikan dalam pikiran sadar.

Keterampilan berbahasa (khususnya menulis) merupakan hal mendasar yang seringkali mendorong orang sukses dalam menulis fiksi. Bre Redana, Ida Ayu Oka Rusmini, Taufik Ikram Jamil, Seno Gumira Adjidarma, dan Ayu Utami sendiri adalah beberapa contoh yang pengalaman kebahasaan selama dalam dunia kejurnalistikan memberikan warna penting dalam penulisan fiksinya. Untuk ini, memang menulis hakikatnya tidak terlepas dari keterampilan berbahasa itu sendiri. Karena itu, jika kita pengin menulis secara hebat, maka hal penting untuk menajamkan pengalaman berbahasa merupakan pilihan tercepat dan akurat untuk menghasilkan karya.

Keempat, menulis butuh style khusus yang membedakan. Pengalaman Ayu Utami bereksperimen mengubah bahasa prosa berbalut bahasa puisi menimbulkan keunikan sehingga dapat pujian dari banyak kalangan. Kemampuan berbahasa berbeda ini, tentu, menuntut latihan dan keberanian. Kekhasan itu paling tidak tampak pada bagaimana kekhasan Ahmad Tohari yang kental lokalitas dan narasi yang kuat dalam menggambarkan dan melukiskan tokoh. Putu Wijaya dengan bahasa teror lewat dialog-dialog yang mencengangkan. Demikian juga bahasa alir Budi Darma bak pendongeng ulung yang membius pembaca melalui tokoh-tokoh yang hidup. Seno Gumira Adjidarma dengan realisme yang kuat dan naturalisme eksperimentasi sesekali. Pramudya Ananta Toer dengan style realisme yang kuat hingga diusulkan masuk nominasi nobel kesusasteraan. Nukila Amal dengan bahasa puitis prosa beraroma mantra.

Puncak kepenulisan fiksi harapannya memang kemampuan menemukan kekhasan pengucapan itu. Akan tetapi, memang tidak semua penulis berhasil. Banyak juga mereka yang tetap terpengaruh oleh bayang-bayang seniornya atau sastrawan yang menjadi idolanya. Untuk itu, jika Anda ingin optimal mengembangkan kepenulisan prosa menarik berguru pada beberapa sastrawan di atas. Artinya, tidak sekadar melihat perbedaan tetapi mencoba menemukan bagaimana perbedaan (kekhasan) itu dilakukan.

Dua hal lain yang menonjol dalam proses kreatif Ayu Utami adalah kentalnya menyuarakan aspek sosial dalam karyanya, di samping cermin luas pergaulannya. Multibidang tercermin dalam kedua novel itu, baik itu aspek politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan lain sebagainya. Semua bidang itu, nyaris berkelindan seperti anyaman tikar pandan yang menarik dipandang. Sebuah orkestasi aspek sosial yang menarik direfleksikan jika kita sepakat akan jargon karya sastra merupakan cermin dari refleksi sosial masyarakatnya. Dalam pandangan sosilogis memang, ada pandangan bahwa kekuatan teks sastra tergantung sejauhmana aspek sosiologis itu alir di dalamnya. Hal ini mengingatkan protes Putu Wijaya kepada HB Jassin tentang penobatan Daniel Dakidae atas monumentalitas Para Priyayi yang ditulis Umar Kayam.

Estetika sosiologis ini tentu terbuka untuk diperdebatkan. Karena memang karya sastra bukanlah ilmu sosiologi, maka keimplisitan dan kompleksitas sosialnya akan menjadi daya tarik perbincangan. Dengan begitu, harapannya kekuatan sosiologis tidak mengabaikan estetika teks itu sendiri. Namun jika menyisir bahasa sosiologis dalam Larung dan Saman, tampaknya khas dan tidak mengganggu totalitas karya. Jika Anda ingin menuliskan aspektualitas sosiologis ini alir dalam karya tentu menarik mengekor atau memodelinya. Bagaimana bahasa “pemberontakan” yang hidup lewat tokoh-tokoh progresif yang rata-rata aktivis pergerakan.

Kesimpulannya: jika jalan menulis adalah jalan menikung penuh liku maka memang sangatlah membutuhkan keberanian. Dari pengalaman Ayu Utami, seorang jurnalis akan mampu mendorong tumbuhnya keberanian itu sendiri. Untuk ini, maka mari kita tingkatkan keberanian menulis dengan kekuatan research sehingga akurasi informasi dan pesan sosial akan menjadi senjata estetis yang menarik untuk direnungkan.

Melangkah itu indah memang, dan berkarya itu hakikatnya melukis pesona. Sebuah pesona sosial yang tidak dapat dinikmati dalam laporan penelitian yang kaku dan memuakkan! Penulisan fiksi, tentu akan menjadi alternatif kreatif tetapi pernik estetik tetap terjaga. Bagaimana dengan Anda?
***

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita