06/01/20

SHINY, SAINS PUISI, DAN IKAN SALMON

Indra Intisa *

Konon, ikan salmon merupakan ikan yang lahir di sungai tetapi hidup di laut. Ikan salmon betina akan bertelur di dataran sungai yang tinggi. Sebelum bertelur, ia akan mengepakkan ekornya dengan tujuan untuk menyapu kerikil dari dasar sungai. Akibatnya di dasar sungai terbentuk cekungan. Nah, di cekungan itulah ikan salmon betina bertelur. Jumlahnya bisa sekitar 5.000 ekor. Telur yang telah dibuahi oleh ikan salmon jantan, akan ditutup dengan kerikil. Ikan salmon betina lalu pergi ke tempat lain untuk bertelur lagi dan bertelur lagi sampai telur dalam ovariumnya habis. Ikan salmon betina itu bisa bertelur sampai 7 kali. (2)

Ikan salmon yang siap bertelur itu, akan berlomba-lomba menuju sungai dataran yang tinggi. Sebagian dari ikan salmon tersebut akan mati sebelum sampai ke sungai yang ia tuju. Bisa karena lelahnya pejalanan, dimakan musuh, jejak yang sulit, dan sebagainya. Bayangkan saja, jarak yang ditempuh rata-rata lebih dari 1000 km. Selama perjalanan ikan salmon puasa. Perjalanannya menanjak dan melawan arus. Karena itu Ikan salmon berenang dengan cara melompat. Selepas bertelur, biasanya ikan salmon akan mati karena kehabisan tenaga. Orang-orang bias melihat banyak bangkai ikan salmon di hulu sungai itu karena selesainya proses ia bertelur. Bangkai ikan salmon ini akan terurai sehingga memberikan nutrisi pada pengurai, serangga dan ikan kecil. Konon itu semacam pengorbanan diri untuk generasi penerusnya. Sebab, dengan banyaknya pengurai, serangga, dan ikan kecil, maka akan memberikan nutrisi dan makanan khusus untuk calon anak-anak salmon. Makanan tersebut cukup untuk anak salmon sebelum ia migrasi ke laut.

Lupakan sejenak ikan salmon. Beberapa tahun terakhir, dunia sastra khususnya puisi, terguncang oleh eksperimen salah seorang penyair muda berbakat yang bernama Shiny. Sekalipun, guncangannya tersebut belum memberikan pengaruh signifikan dalam perkembangan dunia sastra. Tetapi, jika ia bias konsisten, dan punya power yang kuat, hasil pemikirannya tersebut bias memberikan jalan baru bagi dunia puisi, kalau meminjam kata Arizal Malna, “Membuat irisan lain atas kanon sastra dan menjanjikan sudut pandang lebih cair dalam menghadapi perubahan ekosistem antara bahasa dan teknologi.” Benar, Shiny mencoba lebih jauh bermain-main dengan puisi yang menggabungkan ranas sains dalam karyanya. Boleh saja banyak orang atau mungkin sastrawan berkata, Shiny tidak benar dalam menulis sebuah puisi, jika merujuk makna dasar puisi, yang sesuai standar KBBI, atau standar pemahaman umum—bahwa puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait, atau gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. Tetapi lebih dari itu, Shiny tidak berkutat lagi dengan huruf dan angka, larik bait, metrum, irama, dsb. Itu adalah pengertian kuno dari sebuah puisi. Kalau menurut Shiny, puisi harus dikembalikan ke pengertian awal, yaitu: poesis (Yunani), membuat. Tetapi kata “membuat” ini memang perlu kita kaji secara khusus, membuat seperti apakah yang layak dikatakan sebagai puisi?

Beberapa sastrawan dan penyair secara umumnya mengatakan bahwa puisi adalah ragam sastra yang terikat oleh tata tulis—yang sebelumnya bunyi-bunyian: dalam bentuk mantra, irama, dsb., menimbulkan magis—dibaca dan dipanggungkan, dituahkan, dan sebagainya. Tetapi, pemaknaan akan symbol-simbol dalam sebuah puisi, yang biasa kita kenal sebagai kata konkret, pelambangan, majas, diksi, dan sebagainya, juga dikembangkan lebih luas dalam bentuk visual. Maka kita tidak heran akan banyak menemukan puisi dengan ruh gambar atau visual seperti puisigram, puisi visual, puisi tifografi, atau puisi konkret yang lebih dalam mengambil gambar dan symbol sebagai pemaknaan. Beberapa penyair Indonesia, senior, pernah mengembangkan ini, anggap saja Sutardji, Remy Sylado, Jeihan, dan lain sebagainya. Beberapa puisi jenis ini masih bias dibaca dengan jelas melalui suara, dan diperdengarkan oleh orang lain. Sebagian yang lain harus menyimak dalam-dalam, semacam memaknakan sebuah lukisan abstrak, tetapi kaya symbol. Mereka masih berkata ini adalah bagian dari sastra. Lalu sastra adalah?

Sapardi Djoko Damono pernah berkata bahwa, puisi masa depan adalah gambar (visual). Sekalipun di lain waktu, ia mengatakan puisi adalah bunyi. Artinya puisi itu luas dan bekembang. Ia bisa berubah menjadi apa saja. Ia terus mengikuti perkembangan zaman. Maka tidak heran kita akan mulai banyak menemukan puisi dalam format digital yang lebih banyak. Pemakaian atau pemanfaatan digital ini, berimbas kepada puisi yang tercampurbaur dengan teknologi semacam Youtube, Fb, Twitter, dan pemakaian latar belakang suara dan gambar lebih luas.

Shiny sendiri, seolah sangat siap untuk terjun langsung dengan puisi masa depan ini. Ia seolah membunuh dan melawan para sastrawan dan penyair yang masih lapuk oleh aturan konvensional tentang puisi atau sastra: puisi itu bla dan bla, harus bla dan bla. Baginya itu adalah mitos. Shiny seolah melawan kebiasaan orang-orang yang terlalu nyaman dengan bentuk puisi. Maka bagi orang-orang yang lapuk, mereka akan cenderung terkejut, “Apakah yang dibuat Shiny ini benar sebuah puisi? Atau sebuah ilusi yang ia sendiri merasa sebuah puisi? Seperti sebuah mangga yang mengaku sebagai pisang? Itu tidak mungkin.” Pendapat mereka, tak sepenuhnya salah dan benar. Karena puisi adalah ragam sastra selain prosa dan drama …, tapi tunggu dulu, kalau kita telaah lagi, bukankah yang dibuat Shiny juga selain prosa dan drama?

Shiny sebagai pemuda super milenial tidak main-main dengan eksperimennya. Ia tidak begitu peduli dengan orang-orang tua sana yang memandangnya sebelah mata. Baginya, mata mereka itu sebenarnya buta. Tetapi pura-pura buta saja. Barangkali, Shiny seolah menyindir begitu. Lihatlah, puisi-puisi yang ia tulis dalam bukunya. “sains puisi’ 2019, seolah berkata: ini loh, puisi itu. Yang selama ini kalian buat adalah. Bagian kecil dari puisi—yang akan membuat kalian lapuk dan kehilangan ide.

Puisi-puisi dalam buku Sains Puisi banyak berisi tentang symbol yang gelap, sebagian super gelap—mengambungkan banyak unsur digital, puzzle, teka-teki, visual, symbol, logo, matematika, dan sebagainya. Pembaca atau penikmat akan kesulitan untuk menelaah apa yang sedang dibuat oleh Shiny. Tentu saja mereka akan berkata, “Ini apaan” Tetapi Shiny kadang sengaja mengerjai si pembaca melalui beberapa puisinya yang memuat keterangan di dalam tubuhnya: bukan link youtube ini, IG ini, dsb. Seolah puisi itu hidup dan mengajak lebih dalam si pembaca untuk turut serta memecahkan isinya. Sebagian yang lain pembaca diminta membuat pemaknaan sendiri pada puisinya (lihat gambar).

Shiny sedikit banyaknya ada kesamaan dengan salmon, kenapa? Begini:
1. Ikan salmon berasal dari kata salmo. Salmo berasal dari kata salira yang berarti melompat. Shiny juga melompat ide dan pikirannya dalam membuat arah baru sebuah puisi;
2. Ikan salmon sekalipun hidup di laut, ia lahir dan besar di sungai. Seperti Shiny sekalipun tidak hidup dalam dunia para sastrawan, yang kebelet manggung, ngoran (masuk Koran), antologi sesame penyair TOP, dsb, atau tidak dikenal sebagai sastrawan, tetapi ia justru masuk lebih dalam dari mereka—lebih jauh;
3. Kehidupan ikan salmo sampai sekarang masih sering dianggap misteri, sama misterinya dengan puisi-puisi Shiny;
4. Ikan salmon dewasa mengorbankan diri demi kehidupan baru (untuk anak-anaknya), seperti Shiny yang mengrbankan banyak hal, seperti tata bahasa umum, symbol umum, dalam sastra, sehingga orang akan kesulitan, dsb., tujuannya tentu demi sesuatu yang baru—jalan baru bagi dunia perpuisian;
5. Ikan salmon berjuang ketika ia akan bertelur, menaiki air yang menanjak, ia melompat, dsb. Seperti Shiny yang berjuang sendirian di tengah gempuran puisi naratif—yang semakin keterbacaan dewasa ini. Ia kukuh dan siap mati. Hihi;
6. Ikan salmon kecil, muda, memberikan nutrisi baru bagi sekitar, seperti halnya ide-ide Shiny yang memberikan gizi baru bagi pembaca dan orang-orang di sekitarnya;
7. Ikan salmon mulai berjuang dan siap berkorban ketika ia mau bertelur dan kawin dengan salmo jantan dewasa, dan sepertinya, buku Sains Puisi ia terbitkan saat momen-monennya ia kawin (menikah) Hihihi (poin ke-7 ini tidak penting. Sama tidak pentingnya dengan poin nomor 8);
8. Shiny mempunyai ciri khas akut, poni samping. Campuran dari opa Korea dengan Andika Kangen Band. (Beda nasib dengan poni saya. Tanpa opa Korea). Ia rela memangkas dan memotong poninya saat menikah (begitu pesannya). Itu seperti pengorbanan ikan salmon untuk kehidupan yang baru selepas ia kawin. Hihi.

Pulau Punjung, 01 Desember 2019

Daftar Pustaka:
(1). Shiny.ane el’poesya. 2019. Sains Puisi. Jakarta: Penerbit Mata Aksara;
(2). Aan Madrus, Siklus Hidup Salmon, Ikan Laut yang Lahir di Sungai, https://bobo.grid.id/read/08681460/siklus-hidup-salmon-ikan-laut-yang-lahir-di-sungai

*) Indra Intisa, penikmat puisi yang tinggal di Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Buku-bukunya: Puisi Mbeling “Panggung Demokrasi” (2015), Puisi Lama—Syair, Gurindam, Pantun, Seloka, Karmina, Talibun, Mantra “Nasihat Lebah” (2015), Puisi Imajis “Ketika Fajar” (2015), Putika (Puisi Tiga Kata) “Teori dan Konsep” (2015), Dialog Waktu (2016), dan sebuah Novel: “Dalam Dunia Sajak” (2016).
http://sastra-indonesia.com/2019/12/shiny-sains-puisi-dan-ikan-salmon/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita