19/01/20

Sastrawan Asal Blora

Galang Ari P.

“Pramoedya Besar karena Kegelisahan. Pramoedya Menulis karena Kegelisahan. Pramoedya Mati karena (tidak lagi) merasakan Kegelisahan, dalam Hidup.”

Sastrawan yang bernama lengkap Pramoedya Ananta Toer ini yang kerap disapa Pram. Pria kelahiran 6 Februari1925 dari Blora ini memang sangat sering diperbincangkan di ranah sastra Indonesia. Karya-karyanya yang sangat mutakhir banyak dikritik dan dinilai sangat berani dalam menulis karya sastra. Hasil tulisannya yang lahir berupa novel, cerpen, dan naskah drama mempunyai andil dalam perkembangan sastra Indonesia dari zaman kolonial hingga masa kini.

Pram yang mempunyai ciri khas dalam menulis karya sastra dari sudut pandang pengalaman yang ia rasakan semasa hidupnya, sehingga membuat ia banyak melahirkan tulisan-tulisan bertema kritik sosial. Kepekaan itu seperti enggan diajak kompromi dengan ketidakadilan dan ketidakjujuran. Dengan kekayaan batin yang ia miliki, Pram berkarya dan setia pada keyakinannya dengan teguh berpegang pada sebuah kepercayaan.

Pramoedya menganggap bahwa seni sastra yang terbaik adalah yang melakukan pemihakan, karena kedudukan pengarang yang dihidupkan oleh dinamika masyarakat. Pram menulis karya-karyanya ketika emosi mendapat tekanan, ketika ia berada di pengasingan. Persoalan kesengsaraan dan ketidakadilan bangsa di bawah kekuasaan penjajah telah menimbulkan desakan batin Pramoedya. Desakan yang ia alami memang sebagai rangsangan untuk menuangkan tulisan ke dalam karya sastra.

Pram memang sangat bertanggung jawab dengan karya-karyanya. Ia rela di dipenjara daripada tidak menulis. Ia juga tetap menulis walaupun tekanan demi tekanan datang mengampirinya. Pemikiran Pram dalam menulis karya sastra juga mengantarkannya ke persfektif proses kreatifitas dalam menciptakan karya sastra. Pram pernah berkata bahwa pengarang sejati akan menuntut pengorbanan pribadinya sendiri.

Pram, Dunia dan Karyanya

Pada Desember 2003, Pramoedya tercatat sebagai sastrawan Jakarta. Tercatat dalam buku Leksikon Sastra Jakarta Sastrawan Jakarta dan Sekitarnya, Pram dan karyanya juga tercatat dengan jelas dari mulai riwayat hidupnya hingga karya-karyanya yang sudah terbit. Prakarsa untuk membuat buku tentang sastrawan yang bermukim di Jakarta itu lahir dari pertemuan-pertemuan sastrawan yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Dewan Pekerja Harian Agus R. Sarjono yang juga menjabat ketua program di DKJ juga ambil andil dalam sambutan dan pembuatan buku. Tujuan dalam pembuatan buku sastrawan Jakarta hanya semata-mata untuk mengumpulkan para sastrawan-sastrawan yang tinggal dan berkarya di Jakarta.

Berawal dari pendidikan SD di Blora, menjadi juru ketik di Kantor Berita Jepang Domei (1942-1945), anggota pimpinan Pusat Lekra (1958), sampai menjadi dosen di Fakultas Sastra Universitas Res Publica di Jakarta, dan menjadi dosen Akademik Jurnalistik Dr. Abdul Rivai di Jakarta. Meletusnya kejadian G30S ia di tahan Belanda kisaran dari tahun 1947-1979, ia merasakan tekanan di dalam penjara tanpa diadili. Walaupun ia ditahan, ia tidak berhenti untuk menulis. Karya-karyanya yang lahir hasil tekanan selama ia di penjara membuatnya menjadi terkenal di Dunia dan di kalangan Sastra Indonesia.

Prof. Koh Young Hun menegaskan dalam bukunya Pramoedya Menggugat Melacak Jejak Indonesia,bahwa sejak awal kiprah kepengarangannya, perhatian Pram lebih pada aspek manusia ketimbang pada peristiwa. Pemikiran seperti itu timbul dari benak Pram bahwa manusialah yang bertindak sebagai akar dan dasar untuk memajukan bangsa. Pram adalah kebebasan keadilan sosial dan kemanusiaan bagi rakyat jelata. Pram juga selalu menampilkan revolutionary hero dalam karya-karya kreatifnya.

Pramoedya ingin menyampaikan sesuatu yang bermanfaat untuk kemajuan bangsanya, karena sastrawan memberi makna lewat kenyataan yang dapat dipahami oleh pembaca, sebagaimana pembaca memahami konvensi yang ada, yaitu dari mulai bahasa, sosial-budaya, dan sastra. Pram juga menciptakan Dunia alternatif; after dalam bahasa Latin berarti ‘yang lain’, dalam pertentangan dengan yang satu. Alternatif selalu mengandalkan dasar bersama; dan hanya atas dasar itu alternatif menjadi berbeda dengan yang ada. Kalimat semacam ini memang perlu diingat, bahwa “rasa simpati Pram tidak berpihak pada satu isme, kecuali pada humanitas”.

Pramoedya banyak menggali inspirasi dari kisah-kisah revolusi. Karya-karyanya yang lahir pun juga terlihat pada Keluarga Gerilya (1950), Perburuan (1950), Di Tepi Kali Bekasi (1950), dan Bukan Pasar Malam (1951). Dari keempat novel tersebutlah yang mengantarkan Pram pengarang asal Blora yang hidup di Jakarta sebagai pengarang prosa Indonesia yang terkemuka. Jakob Sumardjo juga berpendapat bahwa Pram adalah salah satu seorang prosais yang besar, kalau tidak yang paling besar. Masalah yang dikupas lewat tulisannya adalah masalah-masalah kecintaannya pada keluarga dan bangsa, kebenciannya pada kebatilan sesama manusia dan kebahagiaan. Semua dituangkan dalam fiksi yang padat, menarik dan mengharukan rasa kemanusiaan.

Pram Tercebur Lumpur Kotor

Siapa yang tidak kenal organisasi yang menyokong nilai kebudayaan dan nilai-nilai seni, Lekra namanya. Lekra didirikan pada 17 Agustus 1950, tepat lima tahun sesudah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Banyak yang bilang Lekra adalah darah dari PKI, ada yang bilang juga Lekra untuk rakyat. Pada zaman Orde Baru hal tersebut juga sulit dinafikan bahwa Lekra adalah satu organisasi atau gerakan yang berada di bawah naungan PKI. Hal tersebut dikarenakan adanya anggota PKI yang masuk ke dalam anggota Lekra, termasuk Nyoto dan DN Aidit. Satu hal yang menarik pada waktu pergerakan Lekra, pimpina Lekra tidak menganggap salah jika menerima anggota PKI sebagai anggota organisasinya. Hal itu disebabkan pada zaman Ode Lama, PKI merupakan salah satu partai yang berpengaruh dan berwibawa di bawah naungan Presiden Soekarno. Joebar Ajoeb berpendapat bahwa mem-PKI-kan Lekra adalah sebuah pembicaraan yang sangat bersifat politik.

Pada tahun 1957 tidak ada hubungan erat antara Pram dan pihak Lekra. Sepulangnya Pram dari Beijing pada Februari 1957, ia sempat menulis satu makalah yang berjudul “Jembatan Gantung dan Konsepsi Presiden” dalam Harian Rakyat.  Pram dalam membuat tulisan seperti itu hanya semata-mata untuk mendukung konsep “demokrasi terpimpin” yang diprakasai oleh Presiden Soekarno. Pada saat itu Pram belum masuk Lekra dan belum ‘kotor’.

Pada 24 Maret 1957, Pram diundang untuk menghadiri peringatan 5 tahun berdirinya Lekra cabang Bandung, dan sempat memberi ceramah yang ia beri judul “Pedoman Kehidupan Kesenian Indonesia: Dalam Rangka Pelaksanaan dan Pengisian Konsepsi Prsiden”. Pada bulan Desember dan seterusnya, Pram diangkat menjadi anggota penasihat untuk Kementrian Patera (Pengerahan Tenaga Rakyat). H.B. Jassin menegaskan bahwa pada waktu itu memang Pram lebih banyak berpolitik praktis daripada berkarya. Ini disebabkan lawatan ke luar negeri menyadarkan Pram bahwa pembangunan negara itu menjadi sangat bermanfaat bagi bangsanya, sebagai seorang sastrawan, ia mengambil bagian untuk memenuhi tanggung jawab sebagai cendekiawan dalam bidang yang tertentu.

Terceburnya pram ‘kelumpur kotor’, bisa disebabkan dengan karya terjemahannya. Pada tahun 1958, Pram menerjemahkan karya Marxis Gorky yang berjudul Ibunda. Karya tersebut dianggap sebaggai peletak dasar konsep “Realisme Sosial”, dan kebetulan diterbitkan di Yayasan Pembaruan yang merupakan agen penerbitan PKI. Dari karya terjemahan Pram tentang Realisme Sosial, malah merangsang pihak Lekra/PKI untuk menerima Pram , seorang tokoh sastra yang berpengaruh, dan diangkat sebagai anggota Lekra. Pram kemudian diundang dalam Kongres Nasional I Lekra yang dilaksanakan pada 28-29 di Solo. Di dalam hadirnya Pram di dalam Kongres, Pram diangkat menjadi salah seorang anggota dalam Pimpina Pusat Lekra.

DN. Aidit sebenarnya menjalankan dasar yang pernah dilaksanakan Mao Tze-Tung sebelum tokoh itu berkuasa dalam politik tanah air. Aidit membiarkan para cendekiawan bersama-sama menjalankan aktivitas budaya menurut pengalaman masing-masing, walaupun kurang dari dasar cita-cita komunisme. Menurut Aidit yang terpenting itu adalah kekuasaan, dan kekuasaan itu masih belum diperoleh sepenuhnya oleh PKI, meski juga PKI mempunyai kekuatan massa yang besar, yang terdiri dari golongan intelektual sampai golongan proletar. Maka dari itu, PKI dapat menerima pengarang-pengarang yang mempunyai vested-inters dalam Lekra. Hal yang paling penting adalah PKI dapat memperalat mereka untuk mencapai cita-cita PKI sendiri.

Pramoedya adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang terkemuka, yang banyak dikagumi di dalam maupun di luar negeri. Karya-karyanya juga sudah dinilai dan dikenal sebagai karya sastra bermutu tinggi. Maka dari itu kenapa pihak Lekra/PKI ingin menceburkan Pram ke dalam organisasi dan memberi jabatan sebagai seorang Pimpinan Pusat Lekra, karena PKI dapat memperalat dan memanfaatkan prestasinya untuk tujuan berbagai aktivitas politik-budaya PKI.

Daftar Pustaka:
Herfanda, Ahmadun Yosi., Rosa Hervy Tiana, Dkk. 2003. Leksikon Sastra Jakarta.
Sastrawan Jakarta dan Sekitarnya. Yogyakarta: Dewan Kesenian Jakarta dan Bentang Budaya.
Hun, Koh Young. 2011. Pramoedya Menggugat melacak Jejak Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
https://galangprata.wordpress.com/2014/03/03/sasrawan-asal-blora/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita