17/12/17

KOMPLEKSITAS ANTILAN TERHADAP SASTRA INDONESIA

Suyadi San *
Waspada, 10 Feb 2008

KRITIKUS sastra, pakar sastra, dan peneliti sastra bertanggung jawab dalam upaya pengembangan sastra. Kita mahfumi bersama, pengembangan sastra menempatkan karya sastra sebagai sasaran atau objek kegiatan yang akan diteliti dan dikaji. Hasilnya dapat dimanfaatkan untuk penyusunan, misalnya, kamus sastra, ensiklopedia sastra, sejarah sastra, ataupun buku panduan pengajaran sastra.

Karya sastra yang menjadi sasaran pengembangan ini tidak hanya menyangkut sastra Indonesia, tetapi juga sastra-sastra daerah; bukan hanya sastra Indonesia dan daerah modern, melainkan juga sastra Indonesia dan daerah yang lama; tidak hanya karya sastra berbentuk tulisan, tetapi juga yang masih berbentuk lisan.

Menurut catatan Hasan Alwi (1997:33), sejak tahun 1974 Pusat Bahasa melakukan penelitian terhadap sastra Indonesia dan daerah. Hal sama – tentu saja – dilaksanakan perguruan tinggi yang memang merupakan amanah Tri Dharma Perguruan Tinggi di samping pendidikan dan pengabdian pada masyarakat.

Sebagian laporan hasil penelitian Pusat Bahasa beserta jajarannya (Balai dan Kantor Bahasa) serta perguruan tinggi, belum diterbitkan. Dalam usaha pengembangan sastra ini, yang diperlukan ialah jangan sampai hasil penelitian sastra tersebut hanya tersimpan rapi di perpustakaan-perpustakaan, tetapi perlu dipilih dan dipertimbangkan penerbitan dan penyebarluasannya.

Dalam hal penerbitan ini, buku-buku yang berisi kumpulan puisi, kumpulan cerita pendek, atau novel sudah cukup banyak. Yang masih langka – untuk tidak disebut tidak ada sama sekali – ialah buku yang khusus berisi esai sastra, padahal manfaat yang dapat ditarik untuk keperluan pengembangan sastra dari buku seperti itu tidak perlu diragukan lagi.

Peran kritikus sastra dalam pengembangan sastra di Indonesia setakat ini cukup dominan dan masih sangat diperlukan. Seharusnya ada keseimbangan antara kuantitas dan kualitas karya sastra yang dipublikasikan pada satu pihak dengan frekuensi kritik dan esai sastra pada pihak lain.

Untuk itu, tampaknya perlu diupayakan agar kritik dan esai sastra tidak terlalu jauh tertinggal di belakang produksi karya sastranya. Buku ”Kompleksitas Sastra Indonesia” (USU Press, 2007) yang ditulis Antilan Purba – setidaknya – merupakan wujud dari upaya itu.

Bagi sejumlah pegiat sastra, nama Antilan Purba mungkin tidak asing lagi. Rajin mengoleksi buku sastra terbaru. Rajin pula menulis (esai) sastra. Namun bagi jagat sastra Indonesia sendiri, nama Antilan Purba mungkin masih asing.

Lima tahun setelah Pragmatik (2002), kini ia menerbitkan buku Kompleksitas Sastra Indonesia (KSI). KSI merupakan buku keenamnya setelah Kompetensi Komunikatif Bahasa Indonesia: Ancangan Sosiolinguistik (1996), Bahasa, Sastra, dan Wacana (1997), Kompetensi Komunikatif: Teori dan Terapan dalam Pembelajaran dan Penelitian Bahasa (1998), Sastra Indonesia Kontemporer (2001), dan Pragmatik.

Buku kumpulan esai Antilan Purba ini hampir 90 persen berisikan artikel yang pernah dimuat sejumlah surat kabar maupun majalah serta buletin di Medan. Sisanya merupakan kertas kerja atau makalah yang pernah disajikan dalam peristiwa sastra di Medan.

Setakat itu pula, Antilan Purba menorehkan jejak-jejak pengamatannya terhadap sastra Indonesia. Melalui esai-esai lepasnya itu, ia meneropong kehidupan bersastra secara kompleks. Menyetir pendapat sastrawan Malaysia, S. Othman Kelantan, Antilan mengakui, terjun ke dalam belantara kesusastraan yang kompleks adalah sesuatu yang sangat menakjubkan dan penuh cita rasa.

Sastra bagi Antilan merupakan sesuatu yang kompleks. Itu, ditambah lagi dengan penyimakannya terhadap pidato H.B. Jassin. Sependapat dengan Jassin, Antilan dalam prakata buku KSI mengemukakan, karya sastra menjadi arsitektur yang amat kompleks sifatnya dan memerlukan berbagai ilmu untuk mengartikannya seutuhnya.

Kompleksitas sastra, bagi Antilan sendiri, harus dipahami sebagai suatu keadaan berproses agar lebih menyempurnakan karya sastra dari ilmu sastra dalam masyarakat secara umum. Ia juga berpandangan, kompleksitas sastra berisi kesalingterkaitan terhadap nilai-nilai pada masa lalu, kini, dan harapan masa depan.

Sebagaimana awal tulisan ini pula, kritikus sastra, pakar sastra, dan peneliti sastra ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pengembangan sastra. Dan, Antilan melalui esai-esainya di dalam buku KSI melakukan tanggung jawab itu. Ia berupaya menjadi penjaga gawang sastra yang baik.

Sebagai penjaga gawang yang baik, ia ikut mengatur formasi guna mendukung kekompleksannya terhadap sastra. Formasi atau bagian pertama dikupasnya melalui label Sastra dan Teknologi, formasi kedua Sastra dan Lokalitas, formasi ketiga Sastra dan Apresiasi, dan formasi keempat Filologi dan Religiusitas. Masing-masing formasi diperkuat sejumlah subjudul.

Di antara empat bagian itu, yang paling menarik adalah ketika Antilan menyoroti seputar masalah sastra dan lokalitas. Pada bagian ini, Antilan mengoreksi keberadaan sastra di Medan. Survei menyebutkan, sastrawan Medan – mungkin juga Sumatera Utara – dan karya-karyanya ternyata tidak dikenal secara luas oleh siswa dan mahasiswa serta guru-guru. Padahal, selain sastrawan era Balai Pustaka dan Pujangga Baru, kita memiliki Bokor Hutasuhut, Herman KS, Maulana Syamsuri, dan sebagainya.

Karya-karya sastrawan Medan juga dianggap tidak memasyarakat, khususnya di lembaga-lembaga pendidikan. Padahal, tiap tahun sastrawan Medan melahirkan buku karya sastra baik secara mandiri maupun bersama. Namun, karya-karya mereka tidak ada di dalam perpustakaan-perpustakaan sekolah. Tidak dimiliki oleh guru-guru bahasa dan sastra Indonesia baik di SD, SLTP maupun SLTA dan perguruan tinggi. Wajar saja jika mereka tidak dikenal oleh siswa, mahasiswa, dan guru.

Solusinya, menurut Antilan, guru atau dosen dapat memanggil sastrawan untuk mengungkapkan pemahamannya atau visinya tentang sastra Indonesia. Sementara sastrawan bisa menampilkan diri secara utuh nelalui perkenalan langsung dengan pembacaan dan penampilan karya-karyanya di lembaga-lembaga pendidikan.

Pada bagian itu pula, Antilan coba mengangkat potensi sastra Mazhab Medan yang dapat mendongkel pariwisata. Apalagi, warna lokal yang terdapat di dalam karya fiksi Indonesia di daerah ini merupakan satu bentuk seni kontem porer sehingga perlu dimasyarakatkan secara luas. Namun, hal itu juga tergantung dari adanya rubrik budaya media massa.

Khusus rubrik budaya di koran-koran, merupakan salah satu wadah mengembangkan sastra Indonesia di Sumatera Utara. Wadah lainnya adalah Balai Bahasa Medan, dewan kesenian-dewan kesenian, kantung budaya-kantung budaya dan sastra, pemerintah, sekolah – dan tentu saja perguruan tinggi.

Rubrik budaya ini hanya merupakan wadah yang dapat dijadikan sebagai corong sastrawan atau pertemuan pemikiran budaya dan sastra. Antilan pun merasa perlu menyarankan agar rubrik budaya berperan jika semua masyarakat budaya dan sastra bertanggung jawab membina dan mengembangkan sastra.

Bagian ketiga tersebut (Sastra dan Lokalitas) sebenarnya masih bisa didiskusikan lebih lanjut. Esai-esai yang muncul dan pernah ditulisnya di dalam media massa tersebut masih perlu dikembangkan lagi. Hal sama – dan paling utama – ketika dia secara tanggung mengupas masalah sastra jurnalistik dan musikalisasi puisi yang terdapat pada bagian pertama (Sastra dan Teknologi). Esai-esai Antilan pada bagian kesatu baru merupakan permukaan dan pengantar, belum menukik dan mendalam. Apalagi, kajian tentang sastra jurnalistik dan musikalisasi puisi ini sangat multidipliner antara ilmu sastra dan ilmu-ilmu yang lain.

Hal itu berbeda dengan opini Antilan sebagaimana terlihat pada bagian ketiga dan keempat. Pada bagian ini, Antilan berenang-renang ke dalam dasar samudera sastra. Ia harus menyelami lubuk sastra anak-anak, menelisik komunikasi dan politik sastra, hingga menemukan format atau konsep sastra berbau religius. Penafsiran Antilan terhadap teks-teks sastra yang kompleks ini menandai keberperanannya dalam menjaga gawang sastra.

Khusus dalam paradigma sastra Islami yang dikupasnya pada bagian keempat, kita jangan dulu menggunakan dalil-dalil kitab suci dan hadis. Sebab, ”sastra adalah segala universal yang terdapat dalam setiap manusia” (hal. 146). Ia hanya membuat ciri-ciri sastra Islami, yakni sastra zikir, jauh dari pornografi, dan sikap serta tidanakan sang pengarang itu sendiri dalam menjelmakan karyanya (hal. 140).

Begitulah. Sebagai sebuah esai awal tentang masalah-masalah besar dan menarik, penulis sependapat dengan Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Ahmad Samin Siregar, yang terdapat dalam pengantar buku KSI Antilan Purba, bahwa buku KSI ini perlu kiranya dibaca; tidak saja dibaca, tetapi juga dapat dijadikan acuan untuk kemudian membicarakan masalah-masalah besar secara lebih jelas lagi, lebih terurai, dan lebih mendalam. Sekian. ***

*) Penulis adalah sastrawan dan staf teknis Balai Bahasa Medan.
http://suyadi-san.blogspot.com/2009/12/kompleksitas-antilan-terhadap-sastra.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita