27/03/13

Memahami Ki Hadjar Dewantara

Bandung Mawardi
Bali Post, 03 Feb 2013

MENULIS ibarat berdoa untuk terang. Aku berpengharapan memiliki buku “Taman Siswa” (Penerbitan dan Balai Buku Indonesia, 1952) garapan W. L. Febre dengan pamrih ingin mengerti tentang Ki Hadjar Dewantara dan Taman Siswa di masa lalu. Keinginan itu mengacu ke “Daftar Buku Indonesia” (1954). Aku membaca keterangan tentang buku “Taman Siswa” dan melihat gambar sampul depan: perempuan menari. Aku menulis doa sekian hari lalu di tulisan berjudul Buku… Doa itu terkabulkan. Jumat, 25 Januari 2013, aku telah mendapatkan dan menghatamkan buku “Taman Siswa”.

Buku ini ditulis oleh orang Belanda. Penerjamahan ke bahasa Indonesia dikerjakan oleh P. S. Naipospos. Febre menulis tentang Taman Siswa menggunakan sumber-sumber tertulis dan percakapan dengan tokoh-tokoh Taman Siswa: Ki Hadjar Dewantara, Sarmidi Mangunsarkoro, Mohamad Said. Buku setebal 70 halaman ini bisa membuatku terharu. Aku sudah sering membaca biografi dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Aku terharu saat membaca kisah M. Said sebagai penggerak Taman Siswa. Buku ini memang pantas ada di pelukanku.

Halaman pertama mengandung keterangan di bawah judul: “… ialah kepertjajaan kepada kekuatan sendiri untuk tumbuh…” Febre menganggap keterangan ini menjadi dalil hidup Taman Siswa sejak masa kolonialisme. Taman Siswa (1922) terus hidup dan mempengaruhi sejarah pendidikan di Indonesia. Taman Siswa adalah “pemula” di urusan pendidikan dan sangkalan terhadap politik kolonial. Agenda pendidikan menjadi rujukan untuk pemerdekaan, pembebasan, peradaban.

Nasib Taman Siswa usai kolonialisme dijelaskan oleh Mohamad Said: “Sungguh pekerdjaan kita mendjadi lebih sukar, sedjak kita mendjadi merdeka.” Perkara pendidikan ada dipersimpangan ideologis. Taman Siswa di masa kolonialisme memiliki “lawan” untuk ditanggapi. Situasi berubah di masa revolusi (1940-an dan 1950-an). Taman Siswa mesti tanggap atas perubahan zaman dan arus ideologi di Indonesia.

Febre menganggap Taman Siswa dan Ki Hadjar Dewantara itu manunggal. Febre mengisahkan perjuampaan dan percakapan dengan Ki Hadjar Dewantara: “Ketika saja diperkenalkan kepadanja, bahasa saja membuatnja gugup sebentar, tetapi karena saja belum berapa lama tinggal disini, ia bersedia menjapa saja dengan bahasa Belanda dan perhatian jang tidak disangka-sangka itu kepada masa ia beladjar dinegeri Belanda membuatnja tertjengang. Tentang asal mulanja, pamflet itu, ia berkata dengan terus terang kepada saja: ‘Tuan lihat, saja waktu itu masih seorang anak jang berumur 23 tahun dan bahwa pamflet itu kemudiannja mendjadi demikian terkenal, saja sebenarnj agak malu.” Pamflet itu di sejarah Indonesia dianggap sebagai kritik telak untuk kolonial. Ki Hadjar mengandaikan diri sebagai orang Belanda berpamrih memberi serangan-serangan politik untuk kolonial. Pamflet itu menimbulkan hukuman: Ki Hadjar melakoni pembuangan ke Belanda. Ki Hadjar Dewantara justru menekuni studi pendidikan selama di negeri penjajah. Pendirian Taman Siswa (1922) memiliki keterkaitan dengan pamflet dan pembuangan di Belanda.

Suwarsih

Hasrat Febre menulis tentang “Taman Siswa” dipengaruhi oleh novel Suwarsih Djojopuspito berjudul “Manusia Bebas”. Novel ini berlatar masa kolonial dan memberi ruang pengisahan tentang pendidikan di hadapan politik kolonial. Febre memberi keterangan: “Bagaimana dahulu eratnja selalu hubungan Taman Siswa dengan gerakan nasional, dapat kita batja dengan baik dalam roman Buiten het Gareel, karangan Suwarsih Djojopuspito, jang sebagai isteri pemimpin sekolah Taman Siswa Bandung dan sebagai guru bertahun-tahun turut mengalami hidup ‘disekolah liar’ sebelum perang.”

Aku pun beruntung telah memiliki novel itu dalam edisi terjemahan bahasa Indonesia meski belum khatam.
Aku paling terpikat dengan pengisahan Mohamad Said. Febre memang sering mengisahkan Ki Hadjar Dewantara tapi memberi halaman-halaman untuk Sarmidi Mangusarkoro dan Mohamad Said. Sejarah Taman Siswa turut ditulis oleh Mohammad Said. Febre mengisahkan: “Waktu itu ialah zaman bersiap jang berbahaja dan ketika bangkai anak-anak telah terapung-apung ikali Molenvliet, Said mengerti bahwa telah tiba waktunja untuk mendirikan lagi sebuah sekolah. Anak-anak jang dipungutnja dalam rumahnja merupakan murid-murid oertama tentu dan ‘sekolah’ ini masih tetap dalam rumahnja sampai bulan Djanuari ’46. Dalam segala lapangan Said mengambil initiatif dan dapat pula membentuk kembali korps pengadjar, jang selandjutnja terutama terdiri dari pemuda-pemuda jang menerima pimpinannja jang memberi semangat itu. Pengurus besar Taman Siswa memberikan kepadanja dispensasi peraturan tahun ’32, jang mengatakan, bahwa hanja guru-guru jang kawin dapat ditundjuk sebagai pemimpin sekolah. Tidak lama kemudia sekolah itu sudah memiliki seribu murid lagi.”

Aku mulai ingat cerita tentang Chairil Anwar, Affandi, Misbach Yusa Biran. Mereka memiliki kaitan dengan Taman Siswa di Jakarta. Mohamad Said tentu tokoh berpengaruh dalam dunia pendidikan di Jakarta masa 1940-an dan 1950-an. Aku cuma mengingat bahwa Affandi pernah jadi pengajar di Taman Siswa. Chairil Anwar sering dolan ke rumah Affandi di lingkungan Taman Siswa. Misbach Yusa Biran adalah murid di Taman Siswa. Ingatan-ingatan ini muncul untuk mengenang ketokohan Mohamad Said dan episode Taman Siswa di masa penjajahan dan revolusi.

Buku Taman Siswa adalah “doa terkabulkan.” Aku mendapatkan buku ini saat tubuh kedinginan dan lelah. Buku itu ada di rak jelek. Aku melihat dan lekas memeluk demi kelegaan. Buku ini pulang ke rumahku di desa. Aku membaca saat hujan deras dan tubuh kedinginan. Aku melanjutkan doa: “Sejarah tak lagi dingin saat buku ada di kalbuku.” Buku ini memberi rangsang literasi tak terperi. Begitu.

Dijumput dari: http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=18&id=73654

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita