24/12/12

Problematik Teater Remaja (SMA)

(Dialog Jambore Teater Remaja 2008) Pendopo TBJT, 2 Agustus 2008
Pemateri : Eko ‘Ompong’ Santoso (Yogjakarta) AGS Arya Dwipayana (Jakarta).
Pemandu : R Giryadi (Surabaya)
http://teaterapakah.blogspot.com/

Kendala Aktualisasi

Kendala utama yang banyak ditanyakan dalam forum dialog oleh para peserta Jambore Teater Remaja 2008, adalah sulitnya mengaktualisasi diri. Aktualisasi diri ini disebabkan kesalahan persepsi orang tua terhadap kegiatan teater. Rata-rata orang tua menganggap kegiatan teater tidak bermanfaat.
Hal ini seperti diungkapkan peserta dari Teater Lab 56 SMAN 1 Kalisat Jember. Dikatakannya bahwa problem utama berteater adalah tidak adanya kepercayaan orang tua terhadap kegiatan ini. Padahal menurutnya teater banyak manfaatnya. “Saya kesulitan mendapatkan ijin dari orang tua. Bagaimana bisa menjelaskannya?” katanya,

Dipihak lain ada juga yang menanyakan manfaat teater. Penanya dari teater Hitam Putih SMAN 1 Tuban ini lebih detail ingin menanyakan manfaat teater. “Kata Pembina saaya teater itu manfaatnya sangat luas. Apa yang dimaksud dengan luas?” tanyanya.

Mendapat dua pertanyaan itu, dua narasumber secara bergantian memberikan ilustrasi tentang manfaat teater dan mengapa teater selalu disalah artikan oleh orang tua. Eko Ompong Santoso memaparkan, bahwa semua kegiatan yang dilakukan pada dasarnya bermanfaat, asal semua dilakukan secara bersungguh-sungguh. Karena pada dasarnya berteater itu juga belajar memahami kehidupan. “Segala sesuatu yang kita lakoni dalam hidup ini bisa direfleksikan dalam teater,” kata Eko.

Lebih lanjut Eko Ompong memaparkan, bahwa sebenarnya teater merupakan bentuk terkecil dari kehidupan. Berteater pada dasarnya mencontoh segala hal yang terjadi dalam kehidupan. Kalau ada perbedaan persepsi dengan orang tua, Eko menyarankan hal tersebut jangan dijadikan beban tatapi sebagai tantangan.

Sementara itu, AGS Arya Dwipayana atau yang biasa disapa Mas Aji ini mempertegas pernyataan Eko Ompong. Menurutnya, tujuan teater tidak hanya sekedar panggung atau pentas saja. kalau orientasinya ke panggung, makna teater menjadi sempit. Teater terkait dengan proses yang sangat panjang. “Teater merupakan tempat untuk berlatih bermasyarakat dalam bentuk yang paling sederhana,” tegas Mas Aji.

Dipaparkannya, bahwa berteater itu didalamnya terdapat pelajaran bekerjasama, menghormati orang lain, tanggungjawab, disiplin, dan lain sebagainya. Drama atau teater juga bisa untuk dimanfaatkan untuk pembangunan karakter. Karena didalam teater juga dipelajari tentang olah rasa. Dia menconto beberpa sekolah di luar negeri mewajibkan pelajaran drama. Hal ini terkait dengan pembangunan karakter siswa. “Jadi kalau berbicara manfaat, manfaatnya sangat banyak,” kata Mas Aji.

Namun Mas Aji, memaklumi kalau banyak orang tua yang kurang memberikan perhatian pada kegiatan teater. Hal ini disebabkan pemerintah sendiri tidak mempunyai goodwill tentang kebudayaan. Menurutnya pembangunan bangsa hanya melalui pendekatan ekonomi. “Hampir-hampir semua pembangunan diorientasikan pada ekonomi,” katanya.

Tak salah kalau akhirnya banyak orang tua yang cari selamat. Mereka banyak mengarahkan anaknya untuk berkegiatan yang punya nilai ekonomi. karena itu untuk meyakinkan orang tua, Aji menyarankan agar para siswa giat berlatih, untuk membuktikan bahwa berteater juga ada manfaatnya. “Anggap saja larangan orang tua sebagai bagian dari proses berteater,” tegasnya.

Problim Teknis

Pertanyaan yang tidakkalah menariknya adalah tentang seluk beluk teater. Seluk beluk teater ini banyak ditanyakan oleh peserta dialog. Yang pertama ada yang menanyakan tentang perbedaan antar teater dan drama. Kedua ada juga yang menanyakan bagaimana cara berakting yang baik dan ketiga bagaimana metode menyutradarai yang baik.

Pertanyaan pertama disampaikan oleh peserta dari Teater Angin SMAN 2 Tuban. Dia mengaku masih bigung membedakan antara teater dan drama. Menurutnya selama ini dirinya tidak bisa membedakan apa yang dimaksud drama maupun teater.

Pertanyaan kedua disampaikan oleh peserta dari Teater Pandhan Room dari SMAN 2 Bangkalan dan juga dari teater Angin SMAN 2 Tuban. Kedua penanya ini mempertanyakan bagaimana tekni berakting yang baik. Penannya dari Teater Angin Tuban mengatakan, kalau dirinya sering terbawa dengan karekater yang pernah diperankan. Ia mencontohkan, pada penampilan pertama ia memerankan tokoh berkarakter garang seperti penjahat. Pada penampilan ke dua ia memerankan orang yang alaim. “Tetapi kendalanya saya sering terbawa dengan karakter peran saya yang pertama,” katanya.

Sementara penanya ketiga menanyakan tentang pendekatan penyutradaraan. Peserta dari SMAN 1 Papar, Kediri ini mengaku terkendala memilih pendekatan penyutradaraan. Menurutnya dengan metode otoriter (ditakor) ada kelemahanya, begitu juga dengan pendekatan (demokratis) juga punya kelemahan. “Kalau ditaktor, siswa cenderung melawan. Sementara kalau demokratis tidak akan memenuhi target,” katanya.

Mendapat pertanyaan ini Mas Aji tidak menjawab banyak, mengingat waktu yang sangat terbatas. Mas Aji mengatakan masalah perbedaan teater dan drama akan dijawab secara akademis oleh Eko Ompong Santoso. Tetapi dia memaparkan, pada dasarnya Indonesia punya sejarah yang panjang tentang pemahaman teater. Dia mengilustrasikan, kata teater tidak popular bagi sebagian orang misalnya orang betawi. Mereka menyebutnya Tonil. Hal ini menurut mas Aji karena factor sejarah. Di betawa misalnya menyebut tonil, karena dulu kebudayaan yang dibawa oleh penjajah Belanda disebut tonil, oleh Suryadi Suryadiningrat (KI Hajar Dewantara) disebut sandiwara. “Orang betawi tidak mengerti teater, tetapi tonil,” katanya.

Sutradara teater tetas ini menegaskan, kalau teater pasti berhubungan dengan panggung. Segala sesuatu yang dipentaskan di atas panggung disebut teater. Apakah disana ada konfliknya atau tidak, selama dipentaskan dalam panggung pertunjukan dinamakan teater. “Arti teater pada dasarya gedung pertunjukan,” katanya.

Sementara Eko Ompong lebih mempertegas pernyataan dari Mas Aji. Menurutnya drama berkaitan dengan sastra. Yang dimaksud drama adalah naskah lakon. Selum dipertontonkan naskah itu disebut drama (karya sastra). Kalau sudah dipertontonkan dinamakan teater.

Drama berkaitan dengan penulisan dan analisis naskah, seperti didalamnya ada konflik, latar (setting), penolohan, plot, alur, dan tema. Karena drama juga disebut cerita tentang kehidupan. “Kalau naskah itu kemudian dipentaskan dinamakan teater,” katanya.

Sementara itu menjawab pertanyaan lainnya, seperti bagaimana berakting yang baik dan bagaimana menyutradarai yang baik, Eko menegaskan hal itu tidak bisa dijawab sebelum ada pertanyaan apa? “Pertanyaan bagaimana hanya bisa dijawab kalau anda tahu dulu ‘Apa’?” kata Eko, bertanya balik.

Dipaparkan Eko, untuk mengetahui berakting yang baik, pertanyaannya bukan bagaimana, tetapi apa. Apa yang ada dalam naskah tersebut, apa tokoh, apa karakter, dan apa yang lainnya. “Kalau tidak tahu apa, tidak bisa menjawab bagaimana,” katanya.

Begitu juga dalam menyutradarai tidak bagaimananya yang ditanyakan, apa itu sutradara, baru bagaimana menyutradarai,, Seorang sutradara harus tahu apa itu sutradara berikut tugas dan fungsinya. Kalau pertanyaan ini tidak bisa terjawab, maka tidak mungkin seseorang bisa menyutradarai dengan baik.

“Jangan menjadi generasi ‘bagaimana’ atau piye. Tetapi jadilah generasi apa,” tegasnya.

Saran-Saran

Selain pertanyaan tersebut di atas, juga ada saran-saran yang disampaikan oleh Pembina teater di SMA. Saran petama hadir dari Harwi Mardianto, guru tetar dari SMKN 9 Surabaya. Ia menyarankan agar kegiatan jambore dimanfaatkan seoptimal mungkin, terutama untuk menjalin komunikasi.

Menurut Harwi, para peserta sebaiknya saling saring kepada peserta yang lain sehingga tahu kelebihan dan kelemahan masing-masing sekolah. “Orang teater harus kreatif. Jangan malas, orang teater tidak malas,” katanya.

Sementara dari Pembina SMAN 1 Papar, Kediri, menyarankan agar Taman Budaya Jawa Timur juga mengadakan festival teater remaja di daerah-daerah. Menurutnya agar panitia tahu persoalan teater di daerah yang sebenarnya. Begitu juga ia menyarankan agar panitia juga mengadalan pelatihan bagi pembina teater di daerah.

Surabaya, Agustus 2008

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita