Awaludin Marwan, SH
http://ideastudies.com/
Jaring dipakai menangkap ikan, ikan di dapat, lupakan jaringnya; jerat dipakai menangkap kelinci, kelinci di dapat, lupakan jeratnya; kata-kata di pakai membawa makna, makna terpahami, lupakan kata-kata (Chuang Tzu dalam Fritjof Capra, The Tao of Phisics)
Pemakaian kata-kata menunjukan kepada kita pada suatu wilayah problematika penafsiran (hermeneutika). Mereka adalah distorsi, pemiskinan makna, dan kesalahpahaman. Distorsi mengkonstatasikan wujud entitas-entitas yang jauh lebih abstrak ketimbang teks sesungguhnya, sementara pemiskinan makna dapat diartikan sebagai syarat logis relasi antara subtansi-aksiden yang berkutat pada sempitnya pengetahuan dan lemahnya konstruksi metodis.
Hermeneutika sebagai tematis yang seharusnya paling banyak didiskusikan oleh linguistikawan, kini beralih ke medium yang semakin besar. Bahkan awalnya semua dimulai dari para filosuf zaman Yunani Kuno. Keterbatasan sarana instrumental ketika itu tidak begitu saja menegasikan hermeneutika sebagai disiplin tafsir yang efektif. Namun disebabkan oleh teks tertulis di zaman tersebut tidak terejawantah dalam tradisi kontemporer seperti sekarang ini. Umpamanya Phytagoras, Heraklitus, Parmenides dan bahkan demokritos, lebih banyak mengajarkan konsepsi melalui media lesan atau hafalan.
Pada akhirnya, tulisan ilmiah dimulai oleh Plato –meskipun dalam segala keterbatasannya. Kontingensi hermeneutika mulai termanifestasi pada Timaeus karya Plato yang cenderung mendikotomikan antara menafsirkan (ermeneutike) dengan meramal (mantike). Meskipun masih cukup sederhana, Plato menggambarkan, peramal berhubungan langsung dengan sesuatu yang merasukinya –dia menyebutnya kemabukan– dan kemudian menerangkan kejadian yang sudah, sedang dan akan terjadi. Sementara posisi penafsir berada pada urutan belakangan yang menjelaskan tentang apa yang dikatakan oleh peramal kepada khalayak dengan bahasa biasa, tanpa tahu benar atau salah.
Di sinilah letak kesalahan Plato yang tidak menyebutkan standar kriteria subjek pelaku (tafsir dan ramal) dan universalitas metodis yang dipakai guna melahirkan makna yang memahamkan. Beruntunglah sedikit kejelasan dijumpai dalam Aristoteles yang mengkonstatasikan bahwa medium juga bisa teralienasi dari makna dan konteks yang kemudian diinterpretasikan secara superfisial dan keliru. Di sinilah dia memberi tanggung jawab pada filosuf –lebih tepatnya orang bijak– yang mampu memahami kebenaran sebuah pernyataan.
Seni tafsir tidak berdiri sendiri, namun harus didukung oleh pengetahuan yang kuat, keutamaan kebenaran yang merupakan tujuan vital menempatkan pentingnya ”peralihan metafisika ke hermenutika” tidak menemui jalan buntu dan terjebak pada persoalan semiotik (tanda) saja.
Setelah Problematika
Setelah tulisan menjadi primadona komunikatif dan bahkan menjadi permainan bahasa –pertanda, tanda dan penanda–, eksistensinya melahirkan banyak pemikir besar yang memberikan perhatian lebih pada media teks tertulis., mulai dari Kant, Schleiermacher, Wilhem Dilthey, Marx, Freud, Nietzsche, Husserl, Heidegger, Habermas, Wittgenstein, Foucault sampai Derrida.
Pertarungan pemikiran antara mereka tak lebih dari upaya rekonstruksi, kontruksi, dan dekonstruksi bahasa guna memproteksi kontingensi dan hegemoni antara satu dengan yang lain, ketimbang memberikan warna pencerahan yang bermanfaat pada benak-benak khalayak luas dengan bahasa biasa atau bahasa rakyat. Ketidak-mengertian menjadi persoalan dasar baik pada proses refleksi diri maupun mentransformasikan gagasan ke ruang eksternal. Tulisan, ibaratnya badan manusia yang terderivasi ke dalam beberapa bagian. Manusia, oleh Fritjof Capra di bagi ke dalam tubuh, pikiran, jiwa dan roh. Sementara tulisan juga terdiri dari kata batin, kata lisan dan kata tulisan. Ketiga bagian tulisan tersebut yang terus tereduksi ke titik terkecil dan titik paling bias dari kata batin yang lebih luas ke kata tulisan yang lebih sempit.
Bahasa lesan tak akan cukup memadai apa yang dikehendaki nurasi batiniah, begitu seterusnya bahasa lesan tak akan terpenuhi pada apa yang diinginkan oleh bahasa tulisan. Dengan kata lain, bahasa lesan tak seindah bahasa tulisan, bahasa batin tak seindah bahasa lesan. Relasi reduksionisme memaksa manusia mengakui keterbatasan-keterbatannya.
Hanya dengan hermeneutika, manusia bisa mentransendensikan keterbatasannya itu untuk menafsirkan bahasa. Dimulailah perjalanan Martin Heidegger yang mengungkapkan betapa pentingnya tafsir masuk pada benak si-pembuat bahasa. Dalam tulisannya yang juga membedah Immanuel Kant, Kant and the Problems of Metaphifics, dijelaskan bahwa metode proposional logis menempatkan manusia pada penyingkapan motif-motif pendorong yang tak terkatakan dan perjuangan yang tiada akhir. Pada prasasti yang dibangunnya dalam Religion innerhalb der Grenzen der Bloszen Vernuft, Kant menegaskan keutamaan akal budi manusia sebagai suatu kebenaran kodrati yang tak terbantahkan. Jadi bukan hanya dengan akal budi seseorang dapat menemukan kebenaran saja, bukan pula hanya cogito ergo sum seperti ungkap Rene Descartes, namun melampaui keterbatasannya, umpamanya cukuplah a priori menembus ”apa yang ada” adalah kehendak akal budi. Kontribusi skema Kant ini menentukan arah hermeneutika kepada jalan yang berhati dan transenden.
Dengan konstruksi yang kokoh, Hans George Gadamer, khususnya dalam Philofophical Hermeneutics, menggiring kita pada proposisi logika dialogis. Metode dialog ala Socrates yang kontroversial ini di terapkan pada medan teks, sehingga memicu perdebbatan dengan Habermas. ”Tidak adanya pernyataan yang tidak bisa dipahami sebagai jawaban terhadap pernyataan, dan hanya dengan cara inilah pernyataan dapat dipahami,” ungkap Gadamer (Grondin, penerj Muzir: 2007).
Yang membuat konsepsi Gadamer ini mengalami kebuntuan adalah karena pandangannya terhadap otoritas subjektif terintrodusir ke dalam lingkup obyek. Dia menafikan intersubjektifitas sebagai sesuatu yang ada, namun keberadaan temuan subjek dari hasil interpretasi, secara otomatis bertransformasi ke dalam obyek. Pola inilah yang ditolak oleh Habermas. Ia memandang pemikiran Gadamer membuat jarak yang jauh terhadap warna humanisme dalam sebuah teks.
Kritik Habermas terhadap Gadamer bukan tanpa alasan. Sebagaimana diungkapkan pada uraian sebelumnya, kritik Habermas terhadap Gadamer diperkuat oleh landasan epistemologis psikoanalisis Freud. Dengan menggunakan distingsi kesadaran dan ketidak-sadaran, psikoanalisis masuk dalam seni tafsir (ars interpretandi) yang menurut Budi Hardiman bak riset filologis (Budihardiman: 1999).
Penafsir haruslah melakukan ”decoding” menghancurkan simbol, tanda, metafor, aligori, yang tujuannya tidak lain adalah membuka selubung-selubung, mencopot kedok-kedok, dan makna teks agar dapat dipahami dengan bahasa biasa, berdasarkan kecurigaan. Dari sinilah kebenaran yang diperoleh –seperti tradisi kritis Max Horkheimer– mencapai tahap kesempurnaan.
Tidak hanya sampai pada titik perolehan makna, Habermas masih menyediakan ruang publik dan ruang privat sebagai medium tranformatif. Perolehan makna yang berasal dari refleksi diri harus mampu dikomunikasikan di ruang publik sehingga nuansa emansipatoris yang di dalamnya terkandung kebenaran bisa di dapatkan. Di sinilah hermenutika harus berhenti sementara, menikmati humanisme dan pemahaman makna, sebelum melejit jauh tenggelam dalam dialektika pernyataan setelah-nya.
Awaludin Marwan, SH, Pegiat Komunitas Embun Pagi /Sep 25th, 2010
Dijumput dari: http://ideastudies.com/artikel/kolom/menyingkap-kata-menemukan-makna/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar