13/01/12

Menyingkap Kata, Menemukan Makna

Awaludin Marwan, SH
http://ideastudies.com/

Jaring dipakai menangkap ikan, ikan di dapat, lupakan jaringnya; jerat dipakai menangkap kelinci, kelinci di dapat, lupakan jeratnya; kata-kata di pakai membawa makna, makna terpahami, lupakan kata-kata (Chuang Tzu dalam Fritjof Capra, The Tao of Phisics)

Pemakaian kata-kata menunjukan kepada kita pada suatu wilayah problematika penafsiran (hermeneutika). Mereka adalah distorsi, pemiskinan makna, dan kesalahpahaman. Distorsi mengkonstatasikan wujud entitas-entitas yang jauh lebih abstrak ketimbang teks sesungguhnya, sementara pemiskinan makna dapat diartikan sebagai syarat logis relasi antara subtansi-aksiden yang berkutat pada sempitnya pengetahuan dan lemahnya konstruksi metodis.

Hermeneutika sebagai tematis yang seharusnya paling banyak didiskusikan oleh linguistikawan, kini beralih ke medium yang semakin besar. Bahkan awalnya semua dimulai dari para filosuf zaman Yunani Kuno. Keterbatasan sarana instrumental ketika itu tidak begitu saja menegasikan hermeneutika sebagai disiplin tafsir yang efektif. Namun disebabkan oleh teks tertulis di zaman tersebut tidak terejawantah dalam tradisi kontemporer seperti sekarang ini. Umpamanya Phytagoras, Heraklitus, Parmenides dan bahkan demokritos, lebih banyak mengajarkan konsepsi melalui media lesan atau hafalan.

Pada akhirnya, tulisan ilmiah dimulai oleh Plato –meskipun dalam segala keterbatasannya. Kontingensi hermeneutika mulai termanifestasi pada Timaeus karya Plato yang cenderung mendikotomikan antara menafsirkan (ermeneutike) dengan meramal (mantike). Meskipun masih cukup sederhana, Plato menggambarkan, peramal berhubungan langsung dengan sesuatu yang merasukinya –dia menyebutnya kemabukan– dan kemudian menerangkan kejadian yang sudah, sedang dan akan terjadi. Sementara posisi penafsir berada pada urutan belakangan yang menjelaskan tentang apa yang dikatakan oleh peramal kepada khalayak dengan bahasa biasa, tanpa tahu benar atau salah.

Di sinilah letak kesalahan Plato yang tidak menyebutkan standar kriteria subjek pelaku (tafsir dan ramal) dan universalitas metodis yang dipakai guna melahirkan makna yang memahamkan. Beruntunglah sedikit kejelasan dijumpai dalam Aristoteles yang mengkonstatasikan bahwa medium juga bisa teralienasi dari makna dan konteks yang kemudian diinterpretasikan secara superfisial dan keliru. Di sinilah dia memberi tanggung jawab pada filosuf –lebih tepatnya orang bijak– yang mampu memahami kebenaran sebuah pernyataan.

Seni tafsir tidak berdiri sendiri, namun harus didukung oleh pengetahuan yang kuat, keutamaan kebenaran yang merupakan tujuan vital menempatkan pentingnya ”peralihan metafisika ke hermenutika” tidak menemui jalan buntu dan terjebak pada persoalan semiotik (tanda) saja.

Setelah Problematika

Setelah tulisan menjadi primadona komunikatif dan bahkan menjadi permainan bahasa –pertanda, tanda dan penanda–, eksistensinya melahirkan banyak pemikir besar yang memberikan perhatian lebih pada media teks tertulis., mulai dari Kant, Schleiermacher, Wilhem Dilthey, Marx, Freud, Nietzsche, Husserl, Heidegger, Habermas, Wittgenstein, Foucault sampai Derrida.

Pertarungan pemikiran antara mereka tak lebih dari upaya rekonstruksi, kontruksi, dan dekonstruksi bahasa guna memproteksi kontingensi dan hegemoni antara satu dengan yang lain, ketimbang memberikan warna pencerahan yang bermanfaat pada benak-benak khalayak luas dengan bahasa biasa atau bahasa rakyat. Ketidak-mengertian menjadi persoalan dasar baik pada proses refleksi diri maupun mentransformasikan gagasan ke ruang eksternal. Tulisan, ibaratnya badan manusia yang terderivasi ke dalam beberapa bagian. Manusia, oleh Fritjof Capra di bagi ke dalam tubuh, pikiran, jiwa dan roh. Sementara tulisan juga terdiri dari kata batin, kata lisan dan kata tulisan. Ketiga bagian tulisan tersebut yang terus tereduksi ke titik terkecil dan titik paling bias dari kata batin yang lebih luas ke kata tulisan yang lebih sempit.

Bahasa lesan tak akan cukup memadai apa yang dikehendaki nurasi batiniah, begitu seterusnya bahasa lesan tak akan terpenuhi pada apa yang diinginkan oleh bahasa tulisan. Dengan kata lain, bahasa lesan tak seindah bahasa tulisan, bahasa batin tak seindah bahasa lesan. Relasi reduksionisme memaksa manusia mengakui keterbatasan-keterbatannya.

Hanya dengan hermeneutika, manusia bisa mentransendensikan keterbatasannya itu untuk menafsirkan bahasa. Dimulailah perjalanan Martin Heidegger yang mengungkapkan betapa pentingnya tafsir masuk pada benak si-pembuat bahasa. Dalam tulisannya yang juga membedah Immanuel Kant, Kant and the Problems of Metaphifics, dijelaskan bahwa metode proposional logis menempatkan manusia pada penyingkapan motif-motif pendorong yang tak terkatakan dan perjuangan yang tiada akhir. Pada prasasti yang dibangunnya dalam Religion innerhalb der Grenzen der Bloszen Vernuft, Kant menegaskan keutamaan akal budi manusia sebagai suatu kebenaran kodrati yang tak terbantahkan. Jadi bukan hanya dengan akal budi seseorang dapat menemukan kebenaran saja, bukan pula hanya cogito ergo sum seperti ungkap Rene Descartes, namun melampaui keterbatasannya, umpamanya cukuplah a priori menembus ”apa yang ada” adalah kehendak akal budi. Kontribusi skema Kant ini menentukan arah hermeneutika kepada jalan yang berhati dan transenden.

Dengan konstruksi yang kokoh, Hans George Gadamer, khususnya dalam Philofophical Hermeneutics, menggiring kita pada proposisi logika dialogis. Metode dialog ala Socrates yang kontroversial ini di terapkan pada medan teks, sehingga memicu perdebbatan dengan Habermas. ”Tidak adanya pernyataan yang tidak bisa dipahami sebagai jawaban terhadap pernyataan, dan hanya dengan cara inilah pernyataan dapat dipahami,” ungkap Gadamer (Grondin, penerj Muzir: 2007).

Yang membuat konsepsi Gadamer ini mengalami kebuntuan adalah karena pandangannya terhadap otoritas subjektif terintrodusir ke dalam lingkup obyek. Dia menafikan intersubjektifitas sebagai sesuatu yang ada, namun keberadaan temuan subjek dari hasil interpretasi, secara otomatis bertransformasi ke dalam obyek. Pola inilah yang ditolak oleh Habermas. Ia memandang pemikiran Gadamer membuat jarak yang jauh terhadap warna humanisme dalam sebuah teks.

Kritik Habermas terhadap Gadamer bukan tanpa alasan. Sebagaimana diungkapkan pada uraian sebelumnya, kritik Habermas terhadap Gadamer diperkuat oleh landasan epistemologis psikoanalisis Freud. Dengan menggunakan distingsi kesadaran dan ketidak-sadaran, psikoanalisis masuk dalam seni tafsir (ars interpretandi) yang menurut Budi Hardiman bak riset filologis (Budihardiman: 1999).

Penafsir haruslah melakukan ”decoding” menghancurkan simbol, tanda, metafor, aligori, yang tujuannya tidak lain adalah membuka selubung-selubung, mencopot kedok-kedok, dan makna teks agar dapat dipahami dengan bahasa biasa, berdasarkan kecurigaan. Dari sinilah kebenaran yang diperoleh –seperti tradisi kritis Max Horkheimer– mencapai tahap kesempurnaan.

Tidak hanya sampai pada titik perolehan makna, Habermas masih menyediakan ruang publik dan ruang privat sebagai medium tranformatif. Perolehan makna yang berasal dari refleksi diri harus mampu dikomunikasikan di ruang publik sehingga nuansa emansipatoris yang di dalamnya terkandung kebenaran bisa di dapatkan. Di sinilah hermenutika harus berhenti sementara, menikmati humanisme dan pemahaman makna, sebelum melejit jauh tenggelam dalam dialektika pernyataan setelah-nya.

Awaludin Marwan, SH, Pegiat Komunitas Embun Pagi /Sep 25th, 2010
Dijumput dari: http://ideastudies.com/artikel/kolom/menyingkap-kata-menemukan-makna/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita