Alizar Tanjung
Riau Pos, 8 Mei 2011
KETIKA ditanyakan kepada pengarang apakah itu penyair atau prosais bagi dirinya. Beragam jawaban muncul. Mereka mengatakan bagi saya mengarang itu adalah setabung air kopi. Saya meraciknya dengan memasukkan gula, bubuk pekat kopi, mencampurnya dengan air panas, kemudian mereduknya, tinggal candu dan saya menikmatinya. Bagi sebagian yang lain bagi mereka mengarang itu adalah hidupnya. Sebab itu menghidupkan karya dalam dirinya. Mereka juga mengatakan bagi saya mengarang itu adalah sebuah ideologi. Ideologi itu harus dijaga. Lebih menariknya ada yang menanggapi secara jantannya, bagi saya mengarang itu adalah mengirim tulisan ke media masa, saya mendapatkan honor dan saya makan dari honor tulisan saya. Juga ada yang mengarang atas nama dakwa. Mengarang itu adalah dakwah dengan Qalam. Orang-orang menikmati karya saya sebagai sebuah pencerahan.
Terlepas dari apa jawaban mereka tentang mengarang, mengarang tetap sebuah proses kreasi mencipta karya. Mencipta mengandung makna menghasilkan hal yang baru. Tentunya menghasilkan yang baru merupakan hasil dari perenungan. Membuka ceceran-ceceran pengalaman. Campuran dan eksperimentasi luka. Kumpulan dari kehidupan memelihara luka, seperti yang diungkapkan Damhuri Muhammad dan perkataan ini kembali dikutip oleh Elly Delfia ketika menyampaikan materi kepenulisan pada Minggu, 20 Maret 2011 di aula Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang. “Pengarang itu mesti memelihara luka.” Proses karya lahir dari luka-luka yang beranak-pinak.
Mengarang bukan proses meniru karya orang lain, atau meng-paste karya, kemudian dengan seunik mungkin mengakui sebagai hak milik. Lalu bagaimana dengan tindakan yang dengan sengaja menjastis karya orang lain sebagai karya hak miliknya? Pada prinsipnya itu bukanlah pengarang. Saat mengakui karya orang lain sebagai hak milik, itu disebut dengan plagiator. Kemudian timbul pertanyaan apa yang disebut dengan praktik plagiasi? Apakah plagiasi itu miniru secara utuh karya orang lain, kemudian menjastisnya menjadi karya sendiri? Atau juga termasuk meniru sebahagian dari karya orang lain kemudian mengaku itu karya kita setelah diberi bumbu-bumbu. Ataukah mengambil setting karangan lain dan menjadikan setting karya kita itu juga termasuk plagiasi? Pertanyaan-tanyaan ini muncul sudah sejak lama, kemudian kembali mencuak setelah terjadinya beberapa plagiat karya pada akhir 2010 dan awal 2011.
Cerpen “Perempuan Tua dalam Rashomon” yang terbit Kompas (31 Januari 2011) diakui sebagai karya Dadang Ari Murtono, seorang penulis muda Jawa Timur. Padahal sesuai laporan Story edisi 20 pada halaman 79 dalam rubrik “Selasar Cinta”, bahwa karya itu merupakan karya Agutagawa Ryunossuke, seorang cerpenis tersohor Jepang. Karya itu telah diterbitkan olek Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).
Polemik cerpen itu, sebenarnya juga terjadi sebelum Kompas kembali menerbitkannya. Polemik itu muncul saat cerpen yang sama terbit di Lampung Post (5 Desember 2010). Belum reda polemik plagiasi karya yang sama oleh orang yang sama, tiba-tiba Kompas kembali menerbitkannya. Ibarat memadamkan api dengan minyak, tiba-tiba api membara.
Berbagai kritikan berdatangan bak cendawan musim hujan. Kritikan itu datang tidak hanya kepada penulisnya. Tapi kritikan juga datang kepada media yang bersangkutan. Media dianggap tidak becus mengurus karya. Redaktur tidak membaca karya-karya.
“Jelas-jelas plagiat kok masih diterima, apakah redaksi tidak tahu atau kesengajaan?” “Redaktur sastra perlu menambah asisten, sekalian mengurangi jumlah pengangguran. Mulai sekarang setiap cerpen yang masuk harus dikonfirmasi maksimal sebulan setelah pengiriman agar tidak terjadi pemuatan ganda. Saya sependapat, ini cerpen plagiat, bagaimanapun dalih penulis dan para pendukungnya.” “Saya suka ide cerpen Akutagawa ini. Sangat lurus, secara tiba-tiba meliuk dan diakhiri pada titik hakekat hidup: -semua yang hidup akan mati-semua yang hidup inginkan makanan agar tak mati. Menyikapi plagiat saya punya bahasa menarik: Cerpenis itu pencuri yang mengambil ide dari dunia ini, lalu ia imajinasikan dalam dunia fiksinya. Dunia ini adalah lakon kehidupan dan cerita adalah cerminan dari dunia yang sifatnya bayangan,” tulis Tova Zen, 1 Februari 2011. “Saya kecewa kepada Kompas, karena selain cerpen tersebut sudah pernah dimuat di Lampung Post, apa pula cerpen plagiat itu bisa lolos dan dimuat di Kompas? Padahal cerpen Dadang Ari Murtono, sempat membuat polemik, masalah plagiat mencuat dan didiskusikan secara terbuka di media facebook oleh beberapa cerpenis termasuk saya. Saya kecewa kepada Kompas,” tulis Bamby Cahyadi, 2 Februari 2011. Ia mengirimkankan pesan kepada Kompas. Kutipan-kutipan kekecewaan ini saya ambil dari situs blog cerpenkompas.wordpress.com. Blog yang memuat cerpen-cerpen yang terbit di Kompas.
Kasus yang sama juga terjadi pada majalah Story edisi 17, 25 Desember-24 Januari 2011. Kasus plagiat kali ini dilakukan oleh selebritis, Prisa Adinda. Prisa Adinda mengakui karya “Kasih Ibu” sebagai karya dia. Prisa Adinda merupakan artis yang ditantang Story untuk menulis. Ternyata setelah ditelusuri cerpen itu sangat mirip dengan cerpen “Hati Ibu” Milik Desi Somalia Gustina. Cerpen “Hati Ibu” menurut pengakuan Desi telah dimuat di Riau Pos pada ahad 11 Januari 2009 (di konten remaja). Cerpen “Hati Ibu” juga telah keluar sebagai pemenang I pada lomba cerpen tingkat mahasiswa UIR. Desi sendiri tidak terima denga plagiat Prisa Adinda. Kemudian Desi memberikan gugatan kepada Story.
Saya mengetahui itu langsung dari Desi pada saat diskusi di taman Melati, Padang, 30 Januari 2011. Ia membawakan bukti otentik karya yang diplagiat dan membawa foto kopi karya yang terbit di Story. Pembandingan cerita sangat mirip sekali, mulai dari kata-kata, kalimat, kecuali judul dan tokoh. Judul diganti menjadi “Kasih Ibu” dan nama sapaan tokoh diganti. Story menjawab gugatan Desi pada edisi 19/Th.II/ 25Februari-24 maret2011.
Cerpen “Kasih Ibu” dinyatakan tidak pernah dimuat pada Story. Kemudian Story edisi 20/Th/II/25 Maret-24 April 2011, membahas edisi plagiat pada salam redaksi dan rubrik “Selasar Cinta”. “Plagiat dan double sent (pengiriman ganda ke media yang berbeda) memang hal yang berbeda, tetapi tetap saja sama, bahwa ia telah melakukan kesalahan besar, mengabaikan etika kepenulisan dan mencemarkan namanya sendiri.” Reni Erina, Managing Editor, mengakui banyak sms yang masuk ke hand-phone-nya. Pesan-pesan pengakuan bahwa karya itu sebelumnya sudah terbit di media lain. Tapi karena adu gengsi akhirnya dikirim pula ke Story.
Ada apa dengan sastra Indonesia hari ini? Apakah sastra adalah sesuatu yang akan dikubur, dimakamkan bersama penulis-penulis muda? Belum selesai plagiat cerpen “Kasih Ibu” oleh Prisa dan “Perempuan Tua dalam Rashomon” yang diplagiat olehDadang Ari Murtono, lagi-lagi dunia pengarang didatangi kasus yang mirip. “Cerpen ‘Pengisah Akutagawa’ kok hampir mirip dan kalimat-kalimatnya banyak yang sama dengan dengan cerpen ‘Kappa’, miliknya Akutagawa Ryunossuke,” tulis S Yoga dalam blognya. Cerpen “Pengisah Akutagawa” juga ditarik Horison edisi Maret 2011, bahwa cerpen ini tidak pernah muat di majalah Horison.
Seperti tidak akan usai dan mengungkit kisah lama. Karya-karya Helvy Tiana Rosa juga mengalami plagiator. Cerpen-cerpennya yang terbit di Annida tahun 1992-1997 di plagiat anak negeri tetangga. Terbit dalam sebuah buku kumpulan cerpen. Sebuah novel Fajar Menyinsing di Arkansas milik Helvy juga menjadi sasaran plagiat, tahun 2000.
Kemudian menjawab pertanyaan seputar plagiat. Wikipedia menjawab, plagiarisme atau sering disebut plagiat adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Dalam buku Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, Felicia Utorodewo dkk. menggolongkan hal-hal berikut sebagai tindakan plagiarism. Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri; mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri; mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri; mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri; menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya; Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya; meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya. Jawaban dari Wikipedia, memberikan jawaban atas plagiat-plagiat yang dilakukan pengarang.
Maraknya kasus plagiat sudah sepatutnya kembali menjadi perhatian dunia sastra. Apakah pengarang tidak iba dengan dirinya? Mewariskan jiwa-jiwa plagiat kepada generasi sesudahnya. Mengarang mestinya menuangkan ide kreatif. Meluapkan dalam bentuk ciptaan karya. Mengarang mesti adalah perenungan terhadap diri pengarang itu sendiri. Dia merupakan ungkapan kejujuran pengarang. Dia juga mesti beranjak dari kesadaran akan karya. Mengarang bukan persoalan mempertahankan egosentris terbit karya di media ini dan media itu. Atau untuk berlomba menjadi siapa yang terbaik. Mengarang bukan pulah sebuah proses manipulasi hak cipta karya. Ataukah seperti jawaban pengarang yang berpikiran bahwa mengarang adalah untuk mendapatkan uang, tak peduli itu karya kita atau tidak, yang penting makan?
Kemudian apa hukuman bagi plagiator dan media? Apakah seperti yang dicemaskan Desi Somalia Gustina, cukup dengan permohonan maaf dari pihak media, kemudian damai. Hukuman bagi plagiator, black list karya, seolah dengan itu persoalan selesai. Sungguh ironis penghormatan terhadap hak cipta karya dan terhadap pengarangnya.
—————–
Alizar Tanjung, Sekretaris Umum FLP Sumbar, lahir di Solok, 10 April 1987. Ia sekarang tercatas sebagai Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Imam Bonjol Padang, Sumatera Barat. Karya-karyanya berupa cerpen, puisi, dan esai, dipublikasikan di berbagai media lokal dan nasional; Harian Tempo, Sindo, Suara Pembaharuan, Jurnal Nasional, Pewarta Indonesia, Berita Pagi, Linggau Post, Singgalang, Padang Ekspress, Haluan, Sabili , Gizone, Annida Online, Tasbih, Suara Kampus. Tinggal di Padang.
Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2011/05/sebuah-eksistensi-karya.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar