10/05/11

Sebuah Eksistensi Karya

Alizar Tanjung
Riau Pos, 8 Mei 2011

KETIKA ditanyakan kepada pengarang apakah itu penyair atau prosais bagi dirinya. Beragam jawaban muncul. Mereka mengatakan bagi saya mengarang itu adalah setabung air kopi. Saya meraciknya dengan memasukkan gula, bubuk pekat kopi, mencampurnya dengan air panas, kemudian mereduknya, tinggal candu dan saya menikmatinya. Bagi sebagian yang lain bagi mereka mengarang itu adalah hidupnya. Sebab itu menghidupkan karya dalam dirinya. Mereka juga mengatakan bagi saya mengarang itu adalah sebuah ideologi. Ideologi itu harus dijaga. Lebih menariknya ada yang menanggapi secara jantannya, bagi saya mengarang itu adalah mengirim tulisan ke media masa, saya mendapatkan honor dan saya makan dari honor tulisan saya. Juga ada yang mengarang atas nama dakwa. Mengarang itu adalah dakwah dengan Qalam. Orang-orang menikmati karya saya sebagai sebuah pencerahan.

Terlepas dari apa jawaban mereka tentang mengarang, mengarang tetap sebuah proses kreasi mencipta karya. Mencipta mengandung makna menghasilkan hal yang baru. Tentunya menghasilkan yang baru merupakan hasil dari perenungan. Membuka ceceran-ceceran pengalaman. Campuran dan eksperimentasi luka. Kumpulan dari kehidupan memelihara luka, seperti yang diungkapkan Damhuri Muhammad dan perkataan ini kembali dikutip oleh Elly Delfia ketika menyampaikan materi kepenulisan pada Minggu, 20 Maret 2011 di aula Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang. “Pengarang itu mesti memelihara luka.” Proses karya lahir dari luka-luka yang beranak-pinak.

Mengarang bukan proses meniru karya orang lain, atau meng-paste karya, kemudian dengan seunik mungkin mengakui sebagai hak milik. Lalu bagaimana dengan tindakan yang dengan sengaja menjastis karya orang lain sebagai karya hak miliknya? Pada prinsipnya itu bukanlah pengarang. Saat mengakui karya orang lain sebagai hak milik, itu disebut dengan plagiator. Kemudian timbul pertanyaan apa yang disebut dengan praktik plagiasi? Apakah plagiasi itu miniru secara utuh karya orang lain, kemudian menjastisnya menjadi karya sendiri? Atau juga termasuk meniru sebahagian dari karya orang lain kemudian mengaku itu karya kita setelah diberi bumbu-bumbu. Ataukah mengambil setting karangan lain dan menjadikan setting karya kita itu juga termasuk plagiasi? Pertanyaan-tanyaan ini muncul sudah sejak lama, kemudian kembali mencuak setelah terjadinya beberapa plagiat karya pada akhir 2010 dan awal 2011.

Cerpen “Perempuan Tua dalam Rashomon” yang terbit Kompas (31 Januari 2011) diakui sebagai karya Dadang Ari Murtono, seorang penulis muda Jawa Timur. Padahal sesuai laporan Story edisi 20 pada halaman 79 dalam rubrik “Selasar Cinta”, bahwa karya itu merupakan karya Agutagawa Ryunossuke, seorang cerpenis tersohor Jepang. Karya itu telah diterbitkan olek Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).

Polemik cerpen itu, sebenarnya juga terjadi sebelum Kompas kembali menerbitkannya. Polemik itu muncul saat cerpen yang sama terbit di Lampung Post (5 Desember 2010). Belum reda polemik plagiasi karya yang sama oleh orang yang sama, tiba-tiba Kompas kembali menerbitkannya. Ibarat memadamkan api dengan minyak, tiba-tiba api membara.

Berbagai kritikan berdatangan bak cendawan musim hujan. Kritikan itu datang tidak hanya kepada penulisnya. Tapi kritikan juga datang kepada media yang bersangkutan. Media dianggap tidak becus mengurus karya. Redaktur tidak membaca karya-karya.

“Jelas-jelas plagiat kok masih diterima, apakah redaksi tidak tahu atau kesengajaan?” “Redaktur sastra perlu menambah asisten, sekalian mengurangi jumlah pengangguran. Mulai sekarang setiap cerpen yang masuk harus dikonfirmasi maksimal sebulan setelah pengiriman agar tidak terjadi pemuatan ganda. Saya sependapat, ini cerpen plagiat, bagaimanapun dalih penulis dan para pendukungnya.” “Saya suka ide cerpen Akutagawa ini. Sangat lurus, secara tiba-tiba meliuk dan diakhiri pada titik hakekat hidup: -semua yang hidup akan mati-semua yang hidup inginkan makanan agar tak mati. Menyikapi plagiat saya punya bahasa menarik: Cerpenis itu pencuri yang mengambil ide dari dunia ini, lalu ia imajinasikan dalam dunia fiksinya. Dunia ini adalah lakon kehidupan dan cerita adalah cerminan dari dunia yang sifatnya bayangan,” tulis Tova Zen, 1 Februari 2011. “Saya kecewa kepada Kompas, karena selain cerpen tersebut sudah pernah dimuat di Lampung Post, apa pula cerpen plagiat itu bisa lolos dan dimuat di Kompas? Padahal cerpen Dadang Ari Murtono, sempat membuat polemik, masalah plagiat mencuat dan didiskusikan secara terbuka di media facebook oleh beberapa cerpenis termasuk saya. Saya kecewa kepada Kompas,” tulis Bamby Cahyadi, 2 Februari 2011. Ia mengirimkankan pesan kepada Kompas. Kutipan-kutipan kekecewaan ini saya ambil dari situs blog cerpenkompas.wordpress.com. Blog yang memuat cerpen-cerpen yang terbit di Kompas.

Kasus yang sama juga terjadi pada majalah Story edisi 17, 25 Desember-24 Januari 2011. Kasus plagiat kali ini dilakukan oleh selebritis, Prisa Adinda. Prisa Adinda mengakui karya “Kasih Ibu” sebagai karya dia. Prisa Adinda merupakan artis yang ditantang Story untuk menulis. Ternyata setelah ditelusuri cerpen itu sangat mirip dengan cerpen “Hati Ibu” Milik Desi Somalia Gustina. Cerpen “Hati Ibu” menurut pengakuan Desi telah dimuat di Riau Pos pada ahad 11 Januari 2009 (di konten remaja). Cerpen “Hati Ibu” juga telah keluar sebagai pemenang I pada lomba cerpen tingkat mahasiswa UIR. Desi sendiri tidak terima denga plagiat Prisa Adinda. Kemudian Desi memberikan gugatan kepada Story.

Saya mengetahui itu langsung dari Desi pada saat diskusi di taman Melati, Padang, 30 Januari 2011. Ia membawakan bukti otentik karya yang diplagiat dan membawa foto kopi karya yang terbit di Story. Pembandingan cerita sangat mirip sekali, mulai dari kata-kata, kalimat, kecuali judul dan tokoh. Judul diganti menjadi “Kasih Ibu” dan nama sapaan tokoh diganti. Story menjawab gugatan Desi pada edisi 19/Th.II/ 25Februari-24 maret2011.

Cerpen “Kasih Ibu” dinyatakan tidak pernah dimuat pada Story. Kemudian Story edisi 20/Th/II/25 Maret-24 April 2011, membahas edisi plagiat pada salam redaksi dan rubrik “Selasar Cinta”. “Plagiat dan double sent (pengiriman ganda ke media yang berbeda) memang hal yang berbeda, tetapi tetap saja sama, bahwa ia telah melakukan kesalahan besar, mengabaikan etika kepenulisan dan mencemarkan namanya sendiri.” Reni Erina, Managing Editor, mengakui banyak sms yang masuk ke hand-phone-nya. Pesan-pesan pengakuan bahwa karya itu sebelumnya sudah terbit di media lain. Tapi karena adu gengsi akhirnya dikirim pula ke Story.

Ada apa dengan sastra Indonesia hari ini? Apakah sastra adalah sesuatu yang akan dikubur, dimakamkan bersama penulis-penulis muda? Belum selesai plagiat cerpen “Kasih Ibu” oleh Prisa dan “Perempuan Tua dalam Rashomon” yang diplagiat olehDadang Ari Murtono, lagi-lagi dunia pengarang didatangi kasus yang mirip. “Cerpen ‘Pengisah Akutagawa’ kok hampir mirip dan kalimat-kalimatnya banyak yang sama dengan dengan cerpen ‘Kappa’, miliknya Akutagawa Ryunossuke,” tulis S Yoga dalam blognya. Cerpen “Pengisah Akutagawa” juga ditarik Horison edisi Maret 2011, bahwa cerpen ini tidak pernah muat di majalah Horison.

Seperti tidak akan usai dan mengungkit kisah lama. Karya-karya Helvy Tiana Rosa juga mengalami plagiator. Cerpen-cerpennya yang terbit di Annida tahun 1992-1997 di plagiat anak negeri tetangga. Terbit dalam sebuah buku kumpulan cerpen. Sebuah novel Fajar Menyinsing di Arkansas milik Helvy juga menjadi sasaran plagiat, tahun 2000.

Kemudian menjawab pertanyaan seputar plagiat. Wikipedia menjawab, plagiarisme atau sering disebut plagiat adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Dalam buku Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, Felicia Utorodewo dkk. menggolongkan hal-hal berikut sebagai tindakan plagiarism. Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri; mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri; mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri; mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri; menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya; Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya; meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya. Jawaban dari Wikipedia, memberikan jawaban atas plagiat-plagiat yang dilakukan pengarang.

Maraknya kasus plagiat sudah sepatutnya kembali menjadi perhatian dunia sastra. Apakah pengarang tidak iba dengan dirinya? Mewariskan jiwa-jiwa plagiat kepada generasi sesudahnya. Mengarang mestinya menuangkan ide kreatif. Meluapkan dalam bentuk ciptaan karya. Mengarang mesti adalah perenungan terhadap diri pengarang itu sendiri. Dia merupakan ungkapan kejujuran pengarang. Dia juga mesti beranjak dari kesadaran akan karya. Mengarang bukan persoalan mempertahankan egosentris terbit karya di media ini dan media itu. Atau untuk berlomba menjadi siapa yang terbaik. Mengarang bukan pulah sebuah proses manipulasi hak cipta karya. Ataukah seperti jawaban pengarang yang berpikiran bahwa mengarang adalah untuk mendapatkan uang, tak peduli itu karya kita atau tidak, yang penting makan?

Kemudian apa hukuman bagi plagiator dan media? Apakah seperti yang dicemaskan Desi Somalia Gustina, cukup dengan permohonan maaf dari pihak media, kemudian damai. Hukuman bagi plagiator, black list karya, seolah dengan itu persoalan selesai. Sungguh ironis penghormatan terhadap hak cipta karya dan terhadap pengarangnya.

—————–
Alizar Tanjung, Sekretaris Umum FLP Sumbar, lahir di Solok, 10 April 1987. Ia sekarang tercatas sebagai Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Imam Bonjol Padang, Sumatera Barat. Karya-karyanya berupa cerpen, puisi, dan esai, dipublikasikan di berbagai media lokal dan nasional; Harian Tempo, Sindo, Suara Pembaharuan, Jurnal Nasional, Pewarta Indonesia, Berita Pagi, Linggau Post, Singgalang, Padang Ekspress, Haluan, Sabili , Gizone, Annida Online, Tasbih, Suara Kampus. Tinggal di Padang.

Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2011/05/sebuah-eksistensi-karya.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita