16/09/10

Ular Betina

Teguh Winarsho AS
http://www.sinarharapan.co.id/

Malam pucat di mata Tamin seperti selembar kertas kusam. Jidatnya berleleran keringat, tampak licin berkilat. Pandangan matanya remang, kabur, seperti dilingkupi kabut tebal. Tamin menggosok-gosok matanya dengan ujung jarinya yang berkuku panjang. Ada rasa perih menusuk. Juga kantuk yang masih mengutuk. Tapi Tamin tak mungkin bisa tidur lagi. Tamin akan melek sampai pagi bahkan siang hari. Sebab mimpi buruk itu pasti akan mengendap-endap mendatangi tidurnya begitu ia berhasil mengatupkan kelopak mata dan merapatkan selimut ke sekujur tubuhnya.
Begitulah, tengah malam Tamin selalu terbangun oleh mimpi buruk ketika sorenya habis bercinta dengan Linda, istrinya. Selalu begitu setiap malam hingga membuat Tamin bosan. Sejak itu Tamin tak pernah bisa tidur lagi meski matanya ia katupkan rapat-rapat. Meski lampu kamar ia padamkan dan selimut ia bentangkan menutup ke sekujur tubuhnya.
Bayangan mimpi buruk itu terus berkelebat-kelebat dalam batok kepalanya. Kenikmatan bercinta yang baru ia reguk bersama istri tercinta, yang belum hilang sepenuhnya berubah malapetaka. Tamin benar-benar tersiksa. Kecewa. Tamin iri melihat istrinya yang tidur pulas di sampingnya. Begitu nyaman seperti tanpa beban.
Kadang muncul keinginan di hati Tamin untuk membangunkan Linda yang tengah terlelap itu lalu menceritakan mimpi yang baru dialaminya. Tapi Tamin selalu ragu. Apalagi setelah melihat seraut wajah cantik yang tidur lelap itu. Begitu tenang dan damai.
Tamin sadar istrinya tentu sangat capek setelah seharian kerja banting tulang. Tamin tak tega. Diam-diam Tamin justru membetulkan letak selimut Linda yang sedikit tersingkap memperlihatkan paha mulus membuat jakunnya bergerak naik turun. Menelan ludah serak.
Tersiksa di atas ranjang, gelisah, sumpek, tak bisa tidur, Tamin bergerak ke dapur bikin kopi lantas duduk di teras depan. Berbatang-batang rokok ia habiskan di situ sambil menikmati kerlip bintang di langit kelam dan hembusan angin malam yang dingin menyegarkan. Tubuhnya memang terasa lebih segar dan enteng, tapi tidak kepalanya. Bayangan mimpi buruk itu terus menggeliat-geliat dalam batok kepalanya seperti ada puluhan serangga menggerogoti sel-sel saraf otaknya. Saking jengkelnya kadang Tamin membentur-benturkan kepalanya di dinding berharap bayangan mimpi buruk itu segera lenyap dari batok kepalanya. Tetapi bayangan mimpi buruk itu tak mau hilang. Tamin justru merasakan kepalanya nyeri seperti ditusuk-tusuk ratusan jarum tajam.
Tamin sering heran sendiri kenapa dirinya selalu mimpi buruk setiap kali habis bercinta dengan istrinya. Malam-malam lain, ketika ia tak menjamah istrinya, ia tak mimpi apa-apa. la bisa tidur nyenyak. Bahkan saking nyenyaknya kadang sampai bangun kesiangan—dan hanya mendapati secarik kertas pesan Linda di atas meja dengan tulisan seperti cakar ayam yang mengabarkan bahwa ia telah berangkat kerja. Sudah lama Tamin merindukan suasana malam yang indah dengan tidurnya yang nyenyak dan panjang tanpa gangguan mimpi buruk meski sorenya ia habis bercinta habis-habisan dengan istrinya.
Tapi cita-cita itu tak pernah terlaksana. Tamin masih ingat mimpi buruk itu mulai mengusik tidurnya sejak Linda banting setir dari seorang ibu rumah tangga menjadi pekerja kantoran yang cukup sukses. Tamin tak bisa berbuat apa-apa. Sebab ia sendiri nganggur total setelah dipecat dengan tidak hormat dari perusahaan tempatnya kerja atas tuduhan korupsi uang jatah lembur milik beberapa karyawan bagian gudang.
Seperti seorang kakek tua renta, seharian Tamin hanya duduk mencangkung di teras rumah menghabiskan berbatang-batang rokok, sedikit kue dan kopi. Pikirannya kacau. Gelisah. Wajahnya muram berkerut, terlipat-lipat, membuat ia tampak jauh lebih tua dari usia seharusnya. Tak ada pekerjaan yang bisa dilakukan dengan baik dalam kondisi pikiran kacau dan gelisah. Tamin sadar itu. Karenanya ia malas mencari pekerjaan sebelum kegelisahannya sirna. Tapi, dari hari ke hari kegelisahannya justru kian bertambah banyak seperti tak ada habisnya. Persoalan yang ia hadapi terus menumpuk-numpuk seperti tumpukan pakaian kotor di pojok kamar. Tamin pusing. Kepalanya berdengung-dengung, berat, seperti mau pecah.
Apalagi jika Tamin ingat gunjingan tetangga kanan kiri yang belakangan sering menyindirnya sebagai laki-laki brengsek, bodoh, pemalas, tak mau bekerja. Membuat Tamin semakin dongkol, jarang keluar rumah. Membuat Tamin malas menyapa atau sekadar menganggukkan kepala pada para tetangga yang kebetulan melintas di jalan depan rumahnya. Tamin diam-diam malu pada mereka. Tamin merasa dirinya tak berguna, gagal menjadi seorang suami yang baik.
Satu-satunya jalan yang ingin segera ditempuh Tamin adalah menceritakan mimpi buruk itu pada istrinya. Siapa tahu istrinya bisa mencarikan jalan keluar. Tapi lagi-lagi Tamin ragu, takut, khawatir, jika istrinya malah marah-marah setelah mendengar ceritanya.
Bukan tidak mungkin Linda kemudian purik, pulang ke rumah orangtuanya. Atau tiba-tiba minta cerai. Betapa celaka!
Tamin tak ingin membuat istrinya marah hanya karena persoalan sepele; mimpi. Tamin tak mau ditinggalkan istrinya. Tamin takut nanti tak akan ada lagi orang yang mengurusnya; memberi makan, minum, rokok, pakaian dan lain-lain. Siapa? Sejak di-PHK ia tak punya masukan uang sedikit pun kecuali dari Linda. Padahal ia harus merokok, makan, minum, dan sesekali jalan-jalan di akhir bulan. ltu semua sudah menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan. Tamin sadar tanpa uluran tangan Linda, hidupnya akan berubah neraka. Bagi Tamin, Linda ibarat bank berjalan yang bisa dimintai duit kapan saja. Adalah tindakan bodoh jika sampai membuat Linda marah. Apalagi sampai minta pulang ke rumah orang tuanya. Karena itu Tamin sering mengalah, tak mau ribut-ribut apalagi bikin gara-gara.
Kecuali mimpi buruk yang terus menerus mengusik tidur setiap kali habis bercinta dengan istrinya, sebenarnya kehidupan Tamin cukup bahagia. Sangat bahagia. la tak perlu susah payah bekerja, seperti tetangga kanan kiri karena semua kebutuhan keluarga sudah dipenuhi Linda. Tamin tinggal duduk ongkang-ongkang di teras depan; menikmati hisapan demi hisapan tembakau kretek sembari menyruput kopi kental dan melahap kue sekadarnya. Bolehlah sesekali melakukan pekerjaan ringan, menyapu halaman, memotong rumput, mengecat dinding atau mengepel lantai.
Gunjingan tetangga kanan kiri yang kian deras dialamatkan kepada dirinya bisa ia anggap sebagai angin lalu. Tak perlu digubris. Bukankah hanya orang-orang iri dan yang tak punya pekerjaan saja yang masih suka bergunjing? Jadi pada dasarnya mereka sedang menertawakan diri mereka sendiri, begitu Tamin selalu menghibur diri. Tamin yakin suatu kali jika sudah capek tentu mulut-mulut nyinyir itu akan bungkam sendiri. Atau kalau memang ia sudah tak sabar dan terpaksa harus turun tangan, dengan senang hati ia akan membungkam mulut-mulut itu dengan sekop atau balok kayu. Sebagai laki-laki Tamin juga punya harga diri.
Satu-satunya persoalan yang kini mengusik ketenangan hidup Tamin adalah soal mimpi buruk itu. Tamin tak habis pikir bagaimana mungkin mimpi buruk itu selalu datang setiap kali ia habis bercinta dengan istrinya. Pada malam-malam lain ketika ia tak menyentuh istrinya, ia bisa tidur nyenyak tak mimpi apa-apa. Pernah suatu kali Tamin mencoba tidak tidur semalaman setelah sorenya bercinta habis-habisan dengan istrinya. Ia minum kopi dan menyulut rokok sebanyak-banyaknya untuk mengusir rasa kantuk. Tamin berhasil tidak tidur hingga pagi dan siang hari. Tapi ketika sore sedikit angin mulai berembus masuk, dingin memeluk, ia mulai tak kuat menahan kantuk, tertidur di atas kursi empuk, dan kembali menjumpai mimpi buruk. Lebih ganas dan liar. Tamin sontak terbangun persis orang kesurupan. Jantungnya berdebar. Matanya melotot merah. Keringat dingin mengucur deras membuat tubuhnya basah menggigil seperti orang habis kecebur kolam.

***

TAMIN merasa istrinya dari hari ke hari kian bertambah cantik. Bibirnya yang tebal dan kenyal selalu dicat lipstik wama merah muda. Menggairahkan. Sangat serasi dengan kulit wajahnya yang putih mulus. Rambutnya yang panjang juga selalu digelung rapi begitu pulang kerja hingga lehernya yang jenjang tampak cemerlang. Bau parfum bercampur keringat sesekali meruap lamat. Membuat hidung Tamin kembang kempis, gelagapan, tak kuasa menahan sesuatu yang menggelegak di dada. Membuat mata Tamin jelalatan persis mata kucing jantan yang tengah berahi. Tapi Tamin sadar, sangat sadar, mimpi buruk itu pasti akan menyergap tidurnya jika ia sampai berani menggauli istrinya. Karenanya Tamin berusaha sekuat tenaga menahan birahinya. la tak mau kenikmatan sesaat itu dibalas dengan malapetaka berkepanjangan. Paling-paling ia kemudian lari ke kamar mandi.
Tetapi suatu malam Tamin benar-benar tak kuat menahan birahi pada Linda yang tampak begitu cantik seperti bidadari baru turun dari surga. Kecantikan Linda membuat Tamin lupa akan mimpi buruk yang pasti mengusik tidurnya. Begitulah, malam itu Tamin begitu bersemangat menggauli Linda setelah sebelumnya minum dua butir viagra. Ibarat seorang petani yang sudah lama mengharapkan turun hujan lebat, Tamin menghempaskan cangkul sedalam-dalamnya di ladang Linda. Keringat dingin berleleran. Selimut dan bantal berhamburan. Tamin benar-benar kesetanan. Sementara Linda hanya bisa pasrah memenuhi kewajiban. Satu jam. Tamin terkapar. Lemas. Lelap.
Tengah malam Tamin terloncat dan atas ranjang. Wajahnya pucat. Mimpi buruk itu kembali menyergapnya! ”Ular! Ular! Ular!” Tamin berteriak-teriak. Tubuhnya menggigil basah keringat, Sontak Linda terbangun. Bengong. Menggosok-gosok mata. Letih. Perih.
”Ada ular besar! Aku takut! Takut…. Takut….” Suara Tamin berangsur pelan menyadari bahwa ular itu hanya ada dalam mimpinya.
Linda bergerak mendekati Tamin. Langkahnya hati-hati. Tamin masih menggigil, gemetar, di sudut kamar.
”Tidak usah takut. Kau hanya mimpi….” suara Linda lembut. Mesra. ”Kau mimpi apa, Sayang?”
Tamin terngungun. ”Aaaku….mimpi menggauli seekor ular betina besar….” ucap Tamin seperti tak sadar. Tapi ingatannya segera melayang pada peristiwa beberapa waktu lalu saat ia menemui seorang pintar yang menafsirkan mimpi itu sebagai pengkhianatan Linda terhadap dirinya. Benarkah?
Linda tampak kaget. Tetapi dengan cepat ia bisa menguasai diri. Tersenyum merengkuh bahu Tamin. ”Sudahlah, mungkin kau terlalu lelah.”
Tamin seperti ingin berkata-kata lagi, tapi Linda telah mendaratkan satu kecupan mesra di bibirnya. Membuat bibir Tamin bergetar, tenggorokannya gatal seperti tersumpal batu. Malam larut. Tapi diam-diam Linda memendam keinginan untuk segera menelepon seseorang. Kepada orang itu Linda ingin membatalkan kencan yang telah ia sepakati esok hari. Juga esok dan esoknya lagi, sampai keadaan benar-benar aman.
”Tidurlah, Sayang. Atau, kau masih ingin…..” Linda tak melanjutkan kata-katanya melihat Tamin menggelengkan kepala. Lesu. Pucat….

Depok, November 2001

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita