16/09/10

Selina Gita

Hamsad Rangkuti
http://newspaper.pikiran-rakyat.com/

“SETIAP abang berada di tengah hutan, abang selalu ingat dialog awal percakapan Rafi dengan anaknya dalam sebuah film. Abang dipercayakan memegang peran sebagai Rafi dalam film ’Promise Land’ karya Holga Martina Straubinger dan Lisa Hodsoll. Film semi dokumenter itu disutradarai Andreas Pascal. Misalnya, dalam perjalanan kita menyusuri rimba lebat ini, dialog itu datang pada abang dan abang bisa mengulang omongan itu, tapi abang lupa nama peran anak lawan ngomong abang dalam film itu.”

“Anak itu lelaki atau perempuan?” tanya Yon Adlis yang menjemput kami.

“Kalau jenis kelaminnya abang selalu ingat, perempuan.”

“Ya, sudah, pakai saja nama Selina Gita.”

“Selina? Nama siapa itu? Dari mana kau punya ide memberi nama itu?”

“Tak abang lihat foto yang terpampang di sepanjang jalan dari Bandara Jambi Sultan Thaha hingga perjalanan kita sudah sampai di sini. Dia itu anak mantan Bupati Bungo memajang foto mempersiapkan diri jadi calon anggota DPR-RI Provinsi Jambi.”

“O, foto wanita muda yang cantik yang senyum kepada kita itu? Itu yang kau maksud? Abang merasa dia senyum untuk abang.”

“Sukaryo coba kau posisikan mobil kita di bawah foto Selina Gita” kata Yon kepada sopir kami. Mobil dibelokkan dan masuk ke bahu jalan ke arah foto yang dimaksud Yon. Yuli memberi kami masing-masing segelas air. Kami minum. Tampak Selina Gita senyum kepada kami. Dia memakai tudung gadis Melayu. Aku suka memandang foto wanita mengenakan kerudung seperti itu. Kepalanya terbuka memperlihatkan rambut hitamnya tergerai seperti yang sering dipakai ibu. Kerudung itu berwarna kuning tipis menutup sanggulnya hingga kedua telinga sampai ke bahu. Kedua biji matanya yang hitam berada di tengah kedua biji matanya memandang kamera waktu gambar diambil. Bibirnya terkatub mengisyaratkan gerak tawa ekspresif yang tidak bersuara menunjukkan rasa senang. Dia gembira senang dan suka memandang kami.

“Satu-satunya yang punya akar di dunia ini adalah pohon. Itu sebabnya pohon tidak bisa beli tiket pesawat dan pergi.” kataku mengulang dialog yang kuucapkan dalam film itu.

“Apa itu enggak bikin pohon-pohon sedih?” Kata Selina

“Oh iya. Pohon-pohon sangat sedih. Pohon-pohon sedih karena saat manusia datang dengan kapak dan gergaji mereka, saat manusia menebang dahan dan batang mereka, pohon-pohon tidak bisa berbuat apa-apa.

“Bagaimana kalau pohon-pohon ga punya akar Ayah?” tanya Selina.

“Pohon-pohon akan tumbang.”

“Kenapa mereka tidak terbang pergi saja Yah?” katanya lagi.

“Andai saja mereka bisa begitu, Sayang. Masalahnya, mereka tidak bisa mengubah sifat alami mereka. Mereka telah tertanam kuat-kuat di tempat mereka tumbuh dan dibesarkan.”

“Oke cuma itu saja yang abang ingat.”

“Ayo mantan bodigat penyanyi dangdut, lanjutkan perjalanan,” kata Yon kepada sopir.

**

MOBIL bergerak meninggalkan Selina. Di belakangnya hutan yang lebat seakan miliknya lewat tanda foto yang dipajang itu. Fredi merokok.

“Jangan merokok, Bang,” kata Acep, melarang.

“Lihat Bang, foto Selina ketemu lagi terpajang. Dia masih tersenyum.”

Hujan turun dengan lebat. Kami masuk daerah sepi. Di depan kami tampak banyak orang berdiri di tepi jalan. Mobil-mobil sebelum kami tampak berderet menghentikan perjalanan.

“Kita berhenti saja dulu,” kata Yon. “Coba tanya apa yang terjadi.”

Karyono turun berpayung. Kulihat dia mendekati orang-orang yang berkerumun di tepi jalan.Tidak lama kemudian Karyono kembali ke mobil.

“Ada apa?”

“Ada harimau dalam jebakan penduduk, kata mereka,” kata Karyono naik ke mobil.

“Tunggu. Abang mau lihat,” kataku meminta payung.

“Bahaya Pak. Harimau itu bahaya. Sudah sepuluh orang terbunuh. Diterkam raja hutan itu.”

“Kata kau dalam lubang jebakan.”

“Iya Pak, tapi jauh ke dalam. Bukan di pinggir jalan.”

“Ya sudah. Yang berani ayo ikut bersamaku.Yang tidak berani di dalam mobil saja. Aku mau lihat harimau sumatra yang telah menerkam sepuluh warga itu.”

“Kata mereka harimau itu masuk ke dalam lubang jebakan,” kata bodigat penyanyi dangdut kota Pati itu. Payung kuminta dari tangannya. Yon sebagai tuan rumah tak tega membiarkan aku sendiri. Kulihat dia mengiringiku dengan payung sendiri.

“Hati-hati Bang. Jalan licin,” kata Yon memegang tanganku.

Kami sampai ke banyak orang yang berdiri di pinggir jalan.

“Di mana harimau itu terjebak?” tanyaku.

“Jauh Pak. Di dalam rimba.”

“Berapa jauh?”

“Ya, jauh dan becek. Kita harus menyibak belukar dan nyamuk menemukan makanannya di tangan kita.”

“Ada yang pergi ke sana?”

“Ada. Beberapa orang. Tetapi belum ada yang balik.”

“Kok tahu keadaan jalan ke sana.”

“Begitu yang kita temukan kalau kita masuk ke dalam hutan.”

“Aku mau lihat. Ayo Yon. Kau takut juga seperti sopir mantan bodigat penyanyi dangdut itu?” Aku menginjak kayu bulat melintasi parit jalan. Yon memegang tanganku melintasi jembatan.

“Hati-hati Bang.”

Terdengar kayu berderak menahan tubuh Yon. Dia melompat. Kami telah di seberang jalan. Kami terus berjalan. Hujan menyiram kami. Air mengetuk payung. Kami mengikuti jalan yang sudah dilalui pengunjung sebelum kami. Katak melompat melintasi kami. Cerita yang kudengar induk dan anak harimau itu ditangkap penebang liar yang datang dari luar Jambi. Anak harimau itu dagingnya mereka sate. Kulitnya mereka isi kapas dijadikan boneka anak Harimau. Induknya mereka jual. Harimau jantan itu marah dan menuntut balas. Mereka telah merusak habitat, tempat hidup yang alami. Binatang buas itu tak menemukan makanan mereka lagi.

“Berhenti dulu Bang.” Yon memegang tanganku. Biarkan ular itu naik memburu kodok yang melompat tadi.” seekor ular naik dari tempat kodok tadi melompat. Ular air menguber kodok makanannya. Setelah ular itu menjalar melintas jalan setapak itu, kami melanjutkan perjalanan. Menyusuri jalan licin becek yang disiram hujan. Kami sampai di daerah tandus yang dipenuhi tunggul kayu. Rumput tak tampak menutupinya. Air hujan melintas membawa erosi mengaliri jalan kami.

“Masih kuat Bang? Jalan masih jauh.”

“Ayo terus. Abang tiap pagi jalan pagi. Tidak masalah. Ayo. Sekarang baru Abang merasakan hasil jalan pagi itu. Abang yakin kau yang tak kuat. Tampaknya tempat galian lubang jebakan itu masih jauh.”

Kami membelok ke kiri mengikuti tanda bekas dilalui orang sebelum kami.

“Lihat ke sana Bang! ” Yon menunjuk ke atas. Kulihat ada burung pemakan bangkai berputar-putar beberapa ekor.

“Mungkin di bawah itu.”

“Mungkin.” Kami meneruskan langkah.

“Sudah jam satu.”

“O ya, sebentar lagi gelap.”

“Ah tidak. Masih lama gelap. Waktu Jakarta dan Jambi sama.

“Hati-hati Bang, kita menurun.”

“Ya kita menurun.” Kami berjalan menuruni jalan yang licin. Hujan masih juga turun.

**

KAMI telah melihat banyak orang di bawah sana. Mereka melihat kami. Ada di antara mereka mengangkat tangan. Aku makin semangat melihat banyak orang yang mengalami perjalanan yang sama menuruni jalan setapak ini menuju tempat yang sama. Beberapa langkah yang sama kami sampai ke tempat itu. Mereka menyibak diri memberi jalan. Aku melihat lubang 3 X 4 meter dengan dalam yang tak tampak. Beberapa orang dari sebelah kiri lobang memegang kayu bulian dan tembesi yang kuat seperti kayu ulin di Kalimantan. Kayu itu sudah musnah dicuri para pemilik dana untuk dikumpul berton-ton untuk dibawa keluar pulau sehingga hutan jadi gundul.

Kulihat di dalam air yang keruh harimau yang terjebak ke dalam lubang galian itu telah mati tenggelam, tak bisa diselamatkan mereka dengan menopangnya dengan batang kayu-kayu menahan tubuh binatang buas itu.

“Kami tak bisa menyelamatkannya,” kata mereka.

“Kapan kira-kira harimau ini masuk ke dalam lubang perangkap?” tanyaku.

“Mungkin sore kemarin.”

“Mengapa tidak segera diselamatkan”

“Kami menemukannya dalam sekarat pagi harinya. Kami langsung menghubungi pihak-pihak yang ditunjuk menanganinya kalau binatang buas itu tertangkap.”

Kulihat bagian tanah bekas cakarnya untuk dia naik ketika dia masih mengapung. Hujan turun membasahi hutan yang gundul. Curah hujan mengikis tanah dan terjadi erosi, kikisan permukaan bumi oleh pengangkatan benda-benda memadatkan permukaan tanah, air begitu cepat mengalir masuk ke dalam lubang jebakan. Perlahan air naik membasahi kaki, perlahan hingga sampai lutut dan perut. Air telah mengangkatnya dan dia saat mengapung merangkul permukaan tanah yang lunak. Begitu dia lakukan mencakar permukaan tanah sampai dia lelah dan kehabisan tenaga dan mati terkulai. Tak ada yang menolongnya.

“Kami datang pagi harinya, dia telah terbenam, mati.”

“Tak ada di antara kalian yang datang menopang tubuhnya agar tidak terbenam?”

“Kami telah melakukannnya. Kami masukkan beberapa batang kayu bersilangan untuk menahan berat tubuhnya agar tidak tenggelam.”

“Malah kami telah mengangkat kepalanya untuk dia bernapas. Tapi kami terlambat. Air begitu deras masuk ke dalam lubang. Kami telah melakukan hal yang sia-sia.”

Kulihat binatang buas itu telah terbenam dan burung-burung yang berputar-putar di atas telah mencium kematian itu.

Kami pergi dari situ. Yon mengetuk pintu mobil. Mereka terbangun.

“Sudah pulang?”

“Ayo jalan. Nanti kita kemalaman. Jalanan kita masih jauh.” Mobil kami bergerak. Tempat itu telah sepi. Kedua arah tempat mobil diparkir telah kosong.

“Selina, Bang!” kata Yon menunjuk foto yang dipajang di pinggir jalan.

Hujan masih terus menderas membasahi foto yang dipajang di pinggir hutan itu. Kulihat curah hujan jatuh menimpa mata Selina. Air hujan itu mengalir dari sudut ujung matanya membasahi celah pipi dan hidungnya terus mengalir melintasi bibir dan jatuh ke dagu.***

Jambi 2009

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita