Agus Sulton
http://pondokpayak.wordpress.com/
Pendahuluan
Tradisi menulis sudah dimulai sejak berabad-abad lampau sebelum Islam datang ke Jawa Timur. Hal ini, terbukti dari penemuan batu bertulis—yang banyak tersebar di Jawa Timur. Secara tidak langsung bukti peninggalan tersebut merupakan produk peradaban nenek moyang kita pada masa pengaruh Hindu-Budha. Tulisannya masih berbentuk Kakawin atau tembang Gedhe dengan aksara Jawa kuno. Keberadaan ini—diperkuat dengan temuan prasasti Poh Rinting 851 Saka di desa Glagahan kecamatan Perak kabupaten Jombang, prasasti Geweng 855 Saka di desa Teggaran kecamatan Peterongan kabupaten Jombang, dan prasasti Anjukladang 937 M masa pemerintahan Pu Sindok, dalam prasasti itu menjelaskan bahwa pusat pemerintahan yang semula di Medang (Jawa Tengah) kini berpindah ke Watugalug. Diduga Watugalug merupakan pusat pemerintahan Mataram kuno terletak di kecamatan Diwek kabupaten Jombang. Sejumlah prasasti, candi dan artefak banyak diketemukan oleh masyarakat Watugaluh.
Seiring berjalannya waktu tradisi tulis beralaskan batu mulai ditinggalkan dialihkan ke daun lontar, tulang, dan ukiran kayu, tetapi alas tulis batu tidak bisa lepas ditinggalkan begitu saja masih banyak mpu dari keluarga kerajaan yang masih tetap menggunakannya. Hal ini, terkait dengan perkembangan pola pikir pujangga istina kerajaan, bahwa menulis suatu kebutuhan untuk pendokumentasian (mencitrakan kekuasaan raja), sehingga lontar dijadikan posisi harmoni untuk menuliskan kesusastraan, silsilah raja, atau sekedar gambaran kehidupan istana karena lontar itu sendiri mempunyai daya kreasi penampungan tulisan yang tidak terbatas. Mamam S. Mahayana (2005: 21), selain menyuguhkan hiburan (kesusastraan) supranatural, fungsi pujangga pada istana kerajaan adalah sebagai aparat yang dapat mencitrakan kekuasaan raja dan melegitimasi kekuasaan raja. Oleh karena itu, selain praktis—tersimpan dalam bumbung (potongan bambu) lontar juga punya fungsi signifikan, yaitu pembacaan lontar pada saat upacara adat (Arps, 1990: 36, dalam Mulyadi).
Dalam konteks perkembangannya, kehidupan istana kerajaan mengalami kemunduran setelah Islam masuk melalui pesisir Timur pulau Jawa. Begitu juga karya tulis yang dihasilkan sangat memberikan dampak yang begitu pesat dan semakin beragam persoalan. Asdi S. Dipodjojo (1986: 7) membagi persoalan-persoalan tersebut menyangkut masalah:
1.hukum dan undang-undang
2.bermacam-macam pengetahuan
3.pelajaran agama Islam
4.ilmu tasawuf, dan
5.bermacam-macam hikayat
Persoalah atau ragam konsep tersebut nantinya akan dijadikan sebagai alat untuk mempengarui masyarakat yang sebelumnya masih memeluk agama Hindu, Budha, atau memeluk animisme, dinamisme. Sekitar abad ke-16 seorang penyiar agama Islam dari Arab bernama Maulana Malik Ibrahim menetap di Gresik. Penyiar lain bernama R. Mahdun (Sunan Bonang) atau Syakh al Barri yang terkenal dengan karyanya Wukuf Sunan Bonang merupakan hasil interpretasi dari kitab Ihya Ulumuddin karya Imam al-Ghazzali. Ulama-ulama tersebut melakukan penyiaran agama Islam (Islamisasi) terhadap penduduk sekitar dengan beragam cara, diantaranya menggunakan gamelan di depan halaman masjid pada saat memperingati kelahiran Nabi Muhammad selama satu minggu (Dipodjodjo, 1986: 19-20). Cara tersubut lebih efektif untuk mempengarui masyarakat pada saat itu, karena kebudayaan masyarakat Jawa lebih tinggi tarafnya, yaitu berpandangan hidup Hindu-Budha yang berlangsung berabad-abad lamanya (Dojosantosa, 1985: 5).
Pada gilirannya—Islam terus mengalami perkembangat begitu pesat terjadi pada abad ke-18 sampai dipelosok-pelosok Kediri, Jombang, dan Lamongan. Ini terbukti dari banyaknya manuskrip yang tersebar di perkampungan dan jejak sriptorium (sanggar tempat menulis atau penyalin naskah/manuskrip). Manuskrip-manuskrip itu memakai aksara Jawa, Arab, atau pegon (Arab-Jawa) dan masih tersimpan secara pribadi di pelosok-pelosok perkampungan, di langgar (mushola), masjid, dan pondok pesantren kuno yang jauh dari peradaban modern (lereng perbukitan atau ditengah hutan kecil).
Manuskrip (naskah) yang dikoleksi masyarakat itu kondisinya sangat memperihatinkan, karena sebagian naskah banyak yang berlubang (dimakan rayap), tercecer (tanpa sampul), dan rapuh (memet). Beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan tersebut tidak lain, adalah kurangnya perawatan (faktor primer) dan umur naskah, sehingga banyak naskah-naskah koleksi pribadi masyarakat awam—yang tidak ada sampulnya, dan bagian lembaran naskah banyak yang sobek, akhirnya hampir (sebagian) masyarakat Kediri, Jombang, Lamongan yang menyimpan naskah dalam kondisi seperti ini selanjutnya dibakar. Praktik pembakaran naskah bukan suatu hal yang aneh dan konyol, ini seperti adat atau kebiasaan orang awam di daerah. Robson (1994: 18-19) mengatakan sebagai ”rendah diri budaya” dan sesuatu yang dianggap maju adalah kebanyakan yang kebarat-baratan, sehingga sesuatu yang bernafaskan sumber sejarah nenek moyang (manuskrip) dianggap kuno dan terbelakang. Sikap seperti ini tidak ubahnya rasa hormat yang di buat-buat untuk segala sesuatu yang modern atau baru. Padahal, manuskrip dalam produk budaya diperankan sebagai penggalian internalisasi nilai-nilai atau semacam wodr of view dari sirkulasi alamiah akan dunia hiperrealitas (Sulton, 2010). Sementara itu, Robson menambahkan (1994: 9) dalam usaha membentuk ”kebudayaan nasional” yang terdiri dari ”puncak-puncak kebudayaan daerah” atau dapat membentuk dasar untuk ”identitas Indonesia” atau kebanggaan akan prestasi masa lalu.
Dengan demikian, keberadaan manuskrip-manuskrip di Kediri, Jombang, dan Lamongan merupakan warisan (khazanah) hasil budaya yang perlu untuk dikembangkan dan dilestarikan, selanjutnya dilakukan pengkajian lebih dalam agar mutiara yang terkandung dalam naskah benar-benar terungkap. Tamara A. Susetyo Salim (2008) mengungkapkan, bahwa manuskrip sebagai sebuah artefak budaya, yakni hasil karya budaya manusia, merupakan sumber informasi yang penting, baik diperpustakaan, kearsipan, museum, serta pusat-pusat dokumentasi serta informasi lainnya. Dari segi kandungan isinya, naskah-naskah yang tersebar di daerah-daerah itu banyak mengungkapkan ajaran-ajaran, tradisi, dan perkembangan agama Islam. Siti Baroroh Baried, dkk (1994: 10), dalam bukunya mengenai pengantar teori filologi, menyebutkan bahwa dari segi kandungan isinya naskah-naskah nenek moyang bangsa Indonesia menyimpan banyak informasi, seperti pengobatan, sejarah, ajaran-ajaran agama, dsb. Naskah-naskah yang menyimpan ajaran agama Islam banyak yang menggunakan tulisan Arab, Jawa, dan Pegon (Arab-Jawa), hal ini sangat penting untuk memahami sejarah perkembangan dan kehidupan agama Islam di Indonesia. Dari sini artefak budaya nampak sebagai akar kekuatan terciptanya identitas dan jatidiri bangsa, dan akhirnya terhindar dari posisi Indonesia yang subordinat atau pincang dalam posisi epigonis.
Usaha semacam itu tidak bisa lepas dukungan dari multi-pihak. Yang penting tetap konsisten dan tidak ditunggangi oleh beberapa kepentingan sepihak. Seperti apa yang sering terjadi belakangan ini, mendalami filologi karena unsur keterpaksaan—bertendensi untuk meraih beasiswa dan gelar semata. Padahal setelah gelar diraih, mereka akan demostikasi atau sekedar sadar budaya di lidah (penjinakan sosial budaya). Serangkaian ini akan memberikan perenungan kepada kita—yang terutama berkecimpung di ranah disiplin ilmu filologi. Masalah lain yang muncul, yaitu penelitian di Indonesia yang saat ini lebih memprioritaskan pada telaah teks, persoalan mengenai pengkoleksian dan pemeliharaan diabaikan. Seperti apa yang disinggung oleh Robson (1994: 4-5), keasyikan dengan pelestarian merupakan sebetulnya gejala, bahwa pasiennya sudah mati dan hanya tunggu dikremasi. Untuk itu kita sesegera mungkin melakukan langkah dengan gagasan yang jelas dalam usaha pelestarian dan sasaran dari pencapaian suatu hal.
Memang, pada dasarnya—yang penting untuk dikembangkan bukanlah semata-mata bentuk penelitian filologinya, melainkan lebih pada apresiasi kita terhadap naskah sebagai bagian masa lalu (Lubis, 2001: 6). Sampai saat ini hanya beberapa gelintir orang yang peduli untuk preservasi atau semacam perawatan, penggalian, digitalisasi terhadap naskah-naskah koleksi pribadi di masyarakat. Padahal kalau kita sedikit telusuri lebih dalam, koleksi naskah pribadi yang ada di Kediri, Jombang, dan Lamongan sungguh luar biasa jumlahnya, terutama manuskrip Islam (kitab ajaran). Sekitar abad 18-20 M banyak dilakukan penyalinan manual besar-besaran, terutama oleh sesepuh desa atau beberapa kyai dari pesantren, yaitu berupa kitab wacan (aksara pegon) dan kitab bermakna ”jenggotan” yang sekarang sudah dicetak ulang. Data ini penulis peroleh selama melakukan pelacakan dari kampung-kampung, pondok pesantren kuno, dan pemilik sanggar-sanggar budaya—dari tahun 2007-2010. Bisa dipastikan naskah yang dikoleksi secara pribadi oleh masyarakat Kediri (minus tankunswi), Jombang, dan Lamongan saat ini—yang belum terungkap jumlahnya sekitar 5.000-lebih, dalam kondisi 70% tidak terawat. Hal ini, dibutuhkan keterampilan atau metode tersendiri untuk melakukan melacak akan keberadaan naskah-naskah tersebut.
Selanjutnya dari konsep dan gagasan di atas, tulisan ini akan menjelaskan konsep naskah, fungsi penulisan (penyalinan) naskah, dan apa saja yang melatar belakangi tradisi pernaskahan pada masa lalu di perkampungan dan pesantren, terutama di wilayah Kediri, Jombang, dan Lamongan begitu luar biasa. Di samping itu, tulisan ini juga akan menggambarkan sedikit mengenai konsep skriptorium dan jejak skriptorium (tempat naskah-naskah dilakukan penyalinan oleh juru tulis) di Kediri, Jombang, dan Lamongan.
Jombang, 13 Juli 2010
*Ini merupakan dokumen/renungan—selama penulis melakukan penelitian di beberapa kolektor-koletor manuskrip di perkampungan dan pesantren-pesantren kuno. (fb: soeketboe@yahoo.com)
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar