16/09/09

Ganyang-mengganyang

A.S. Laksana*
http://www.jawapos.com/

When you got nothing, you got nothing to lose.- Bob Dylan

MUNGKIN kita diam-diam memiliki baya­ngan yang bersifat kuliner tentang Malaysia; mung­kin negeri jiran itu tampak di mata kita se­bagai seekor kambing muda –atau cempe me­nurut lidah orang Jawa– sehingga setiap kali kita terganggu oleh tabiatnya kita buru-bu­ru ingin mengganyangnya. Niat pertama untuk mengganyang si cempe muncul tahun 1963 dan di­suarakan sendiri oleh Presiden Soekarno da­lam cara yang, tentu saja, sangat menggelora.

Demokrasi Terpimpin sudah berjalan empat ta­hun saat itu dan perekonomian kita remuk di­guncang ‘’setan inflasi” yang melambungkan har­ga-harga ke tingkat yang sulit dijangkau. Na­mun Si Bung pantang kelihatan loyo. Ia meng­umumkan Deklarasi Ekonomi (Dekon) pada bulan Maret, dan bulan berikutnya me­la­kukan pemancangan tiang yang menandai pem­bangunan Toko Serba Ada (Toserba) Sarinah, gedung tinggi pertama di Jakarta yang men­­julang ke langit setinggi 14 lantai.

Ada kritik bermunculan seperti hama, tetapi Si Bung punya tangkisan. ”Janganlah ada satu orang manusia mengira bahwa department store adalah satu proyek luxe, tidak!” katanya man­tap. ”Menurut anggapan saya, department store adalah satu alat distribusi untuk mendistri­busikan barang-barang keperluan hidup kepa­da rakyat jelata.”

Pernyataan itu mungkin sulit dibenarkan da­lam pengalaman kita hari ini, tetapi saat itu Pe­mimpin Besar Revolusi memerlukan Sarinah de­ngan alasan apa pun. Ia memerlukan sesuatu yang menjulang dan memancarkan cahaya ge­merlap di tengah masa suram yang menggiriskan. Selanjutnya, Mei 1963, setelah pembicara­an dengan IMF dan pemerintah Amerika Serikat, ia mengumumkan paket reformasi eko­nomi, yang nantinya tak bisa dijalankan karena ia bersikeras menolak pembentukan negara Ma­laysia.

Menurutnya, negara baru ini hanyalah proyek akal bulus neokolonial Inggris, jadi sudah se­pan­tasnya kita ganyang saja. Tak usah takut pa­da Inggris, jangan gentar pada Amerika. Ing­gris kita linggis, Amerika kita seterika. Lalu di­lancarkanlah operasi ke Sabah dan Serawak. Juga ada pertemuan pribadi di Tokyo antara Bung Karno dan Tunku Abdul Rahman, perda­na menteri Malaysia. Dan, bagaimanapun, se­telah pertemuan itu Si Bung tidak mengendur­kan semangat konfrontasinya dengan Malaysia.

Ia tetap ingin mengganyang Malaysia. Hanya sa­ja perekonomian kita agaknya tak sanggup me­nopang operasi tersebut dan justru semakin ko­car-kacir sampai mencapai tingkatan nyaris ka­ram dengan inflasi 650 persen. Dalam kondisi terburuknya, tahun 1965, nilai rupiah bah­kan sempat jatuh mengenaskan di mana 1 dolar AS melambung setara dengan Rp 30 ribu. Pun­cak dari seluruh kepahitan itu, Anda tahu, ada­lah me­letusnya Gerakan 30 September (atau Bung Kar­no menyebutnya Gerakan 1 Oktober), dan seluruh rangkaian bencana tahun itu ditutup dengan kebijakan sanering (pemotongan ni­lai mata uang) pa­da bulan Desember –seribu rupiah di­penggal ni­lainya menjadi hanya satu rupiah.

Bung Karno jatuh setelah itu dan Malaysia se­gar bugar sampai hari ini dan rata-rata warga­nya hidup lebih makmur ketimbang rata-rata ki­ta. Tak ada masalah. Tapi kita beberapa kali men­dengar kabar penyiksaan pembantu dari In­donesia oleh majikan-majikan Malaysia. Yah, sedikit banyak ada masalah di situ, itu tak bera­dab. Lalu kita mendengar kabar mereka me­ng­ang­kangi Pulau Ambalat, belakangan juga Pu­lau Jemur. Aih, memang tak banyak orang In­donesia yang tahu di mana kedua pulau itu, tetapi bisa dibilang tindakan Malaysia itu keter­laluan. Lalu kita dengar mereka mengklaim la­gu Rasa Sayange. Alamaaak, itu ngawur. La­lu mereka menyerobot reog Ponorogo. Apa bo­leh buat, itu gila. Lalu mereka mencatut Tari Pen­det. Oke, ”Ganyang Malaysia!”

Hasrat mengganyang jiran kali ini jelas berbe­da dari versi 1960-an; ia tidak terlontar dari mu­lut pemimpin negara, tetapi dari kegeraman orang-orang yang sudah tak tahan pada dua hal. Per­tama, tak tahan pada perilaku tetangga se­belah. Kedua, tak tahan menunggu apa yang akan dilakukan oleh pemerintah. Saya tidak tahu apakah kemelut rumah tangga Manohara de­ngan bangsawan Malaysia ikut menyumbang perasaan tak tahan mereka. Saya juga tidak ta­hu apakah keadaan ekonomi kita hari ini turut mem­pernyaring seruan pengganyangan.

Saya tidak ingin serampangan mempersama­kan kondisi perekonomian waktu itu dengan kon­disi sekarang. Jelas bahwa sekarang Anda ti­dak harus menyaksikan orang-orang mengantre sembako setiap hari. Sekarang paling hanya se­sekali kita melihat pemandangan yang mirip-mirip itu; orang-orang berebut uang sedekah Rp 20 ribu dan beberapa tewas terinjak-injak; orang-orang berebut bantuan sembako dan be­berapa mati dalam antrean yang sesak; orang-orang tak berdaya ketika anak-anak mereka di­sandera oleh pihak rumah sakit karena tak sang­gup membayar biaya perawatan, dan sebagainya.

Pada orang-orang yang sudah terdesak seper­ti itu, yang tak bisa lagi maju atau mundur ke ma­na pun, Anda tak boleh main senggol semba­rangan. ”Sebahaya-bahayanya makhluk hidup ada­lah mereka yang tak punya apa-apa lagi… me­reka sungguh tak tertandingi,” kata James Baldwin, penulis dan aktivis hak asasi kulit hitam Amerika, dalam bukunya Nobody Knows My Name (1961).

Orang-orang yang tak tertandingi itu rela mati de­mi berebut sedekah dan bantuan sembako; saya kira mereka dengan riang akan menyedia­kan diri sebagai relawan untuk mengganyang Malaysia atau apa saja yang boleh diganyang. Ini pernyataan yang sungguh-sungguh. Anda ta­hu, aksi-aksi heroik seringkali merupakan hi­buran yang dinanti-nantikan oleh orang-orang yang nyaris putus asa. Amerika memerlukan sosok Rambo, yang terampil membabat Viet­kong seorang diri, ketika pada kenyataannya mereka compang-camping dalam perang Viet­nam. Amerika memerlukan Saddam Hussein yang harus ditumpas dengan dalih apa pun agar ada alasan untuk menegakkan kepala. Dan Bung Karno memerlukan Malaysia untuk diganyang.

Hari ini, 46 tahun kemudian, kita mendengar lagi seruan yang sama. Saya betul-betul terpe­sona beberapa hari lalu di depan pesawat te­levisi saat menyaksikan kesungguhan para ang­gota Relawan Ganyang Malaysia meng­gembleng diri mereka dalam latihan olah ka­nuragan di sekretariat mereka. Mereka me­mainkan jurus bam­bu runcing, senjata ampuh warisan nenek mo­yang, yang mereka hias dengan bendera me­rah putih kecil. Harap jangan memperbanding­kan latihan mereka de­ngan sandiwara tujuh-be­lasan, yang saya sak­sikan ini jauh lebih patriotik.

Mereka juga menunjukkan kekuatan batok ke­pala dan kekebalan tubuh; mereka mengunyah beling dan kaca seolah-olah menikmati ke­ripik singkong. Jika mereka betul-betul dibe­rangkatkan ke Malaysia, saya bayangkan me­reka pastilah akan membikin keder semua orang di sana. Dengan otot kawat, tulang besi, dan usus pipa ledeng, mereka niscaya akan mam­pu mengobrak-abrik seluruh gedung di sa­na dan memecahkan kaca gedung-gedung itu dan memakan habis belingnya. Saya yakin ne­geri jiran itu akan bangkrut seketika oleh aksi para relawan kita dan selanjutnya mereka pasti jera main serobot seenaknya. (*)

*) A.S. LAKSANA, cerpenis, aslaksana@yahoo.com

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita