Teguh Winarsho AS
http://entertainmen.suaramerdeka.com/
KATANYA kau akan menceritakan kepadaku kisah cinta yang mengagumkan. Kenapa tak kauceritakan sekarang?" pintaku pada Renata, kekasihku, pada suatu sore di bangku taman. Awalnya Renata hanya diam. Tapi beberapa saat kemudian dengan wajah malu-malu ia mulai bercerita:
Di sebuah kota kecil yang malam-malamnya terasa panjang dan membosankan, seorang laki-laki tampan keluar dari toko pakaian berjalan tergesa-gesa menyusuri trotoar. Kala itu malam belum terlalu larut, tapi gerimis yang turun seolah mempercepat kelam. Sesekali kilat memercik dari atap langit membuat jalan aspal di depan berkilatan. Sekejap udara tampak terang benderang seperti pesta kembang api, lalu kembali gelap. Hanya lampu-lampu kota yang kian redup, pucat dan menggigil kedinginan.
Tapi laki-laki tampan itu terus berjalan menyusuri trotoar yang lengang. Matanya yang biru terkadang mengerjap-ngerjap bahagia menatap gerimis yang terus berpendar. Langkahnya ringan seperti melayang. Dimasukinya sebuah jalan kampung dengan jantung berdebar seperti cinta yang kini baru mekar di hatinya. Meski terkadang ia merasa lucu jika ingat bagaimana mungkin ada cinta bisa mekar di hatinya. Cinta? Hmm. Kata itu sering ia dengungkan di kepalanya seolah masih belum percaya jika sesuatu yang berkobar hangat penuh gairah rindu yang membakar seluruh perasaannya itu adalah cinta. Ya, cinta! Kata itu, meski terasa asing diucapkan, tapi begitu indah didengar. Telinganya mampu menangkap keindahan-keindahan itu hingga kadang ia hanyut, terlena dalam khayalan.
Maka, di toko pakaian tempat ia banyak menghabiskan hari-harinya, ia mulai senang mendengarkan lagu-lagu romantis. Senang mencuri dengar orang-orang yang kebetulan masuk toko dan bicara tentang cinta. Ia juga sangat senang menatap berlama-lama sepasang kekasih yang diam-diam sedang bercumbu di trotoar seberang jalan di bawah tirai gerimis menjelang malam. Semua itu begitu mengasyikkan. Ia ingin seperti mereka. Menumpahkan segenap rindu yang menyesak di dada. Meski ia sadar dirinya hanyalah sebuah manequin, boneka besar yang dipajang dalam toko dengan pakaian dan dandanan bagus, membuat gadis-gadis remaja dan ibu-ibu muda sering melotot berdecak kagum.
Ya, cinta itu pulalah yang kini menggerakkan kedua kakinya keluar dari toko, menyelinap di antara para pengunjung yang datang. Mereka menatap kagum dan sama sekali tidak sadar kalau dirinya sebuah manequin. Kekaguman telah membutakan kesadaran mereka. Ia sendiri merasa seperti mimpi. Sebelumnya ia tak percaya jika cinta yang terus berkobar di dadanya mampu membuat dirinya bisa berjalan seperti layaknya manusia. Memang, pada awalnya agak kaku dan berat hingga ia harus ekstrahati-hati agar tidak jatuh terpeleset. Tapi setelah berjalan cukup jauh langkahnya menjadi ringan seperti melayang.
Ia tidak tahu sejak kapan sebenarnya bisa berjalan seperti manusia. Yang ia ingat pada suatu hari seorang laki-laki datang ke toko, berjalan tergesa-gesa lalu tanpa sengaja menabrak dari belakang membuat ia sempoyongan mau rubuh. Beruntung perempuan cantik yang datang bersama laki-laki itu segera menahan tubuhnya. Ia tak jadi jatuh. Tapi sentuhan lembut tangan perempuan itu tiba-tiba membuat tubuhnya bergetar hebat, seperti mengalirkan kekuatan gaib. Mungkin sejak itu sebenarnya ia bisa berjalan, paling tidak menggerak-gerakkan tubuhnya.
Ah, ia juga ingat ketika beberapa hari kemudian perempuan itu datang lagi ke toko dan tanpa sengaja bersitatap dengannya. Darahnya langsung berdesir saat perempuan itu tersenyum lembut sambil mengedipkan mata. Ia balas berkedip. Perempuan itu kemudian mendekatinya. Langkahnya hati-hati seolah takut jika ada orang lain yang memperhatikannya. Aroma parfum yang menguar dari tubuh perempuan itu kian menusuk hidungnya. Tapi tentu saja baginya bukan perkara sulit menebak parfum yang dikenakan perempuan itu; poison-christian dior, yang ia tahu persis di counter sebelah mana parfum itu dijual di toko. Ia sudah terbiasa dengan bau parfum semacam itu dan tentu saja masih banyak parfum lainnya. Tapi entah kenapa menjadi istimewa ketika yang memakai perempuan itu. Perempuan itu berdiri satu langkah didepannya, masih tersenyum. Tapi ia tahu perempuan itu sebenarnya sedang bersedih. Sorot matanya sayu, redup, seperti diselubungi kabut.
Tiba-tiba perempuan itu menyentuh tangannya lalu menciumnya. Ia kaget luar biasa. Ia belum pernah diperlakukan seperti itu. Ada perasaan asing yang perlahan-lahan menjalar dalam tubuhnya. Ia ingin balas menggenggam tangan perempuan itu lalu meraih tubuhnya dalam dekapan, seperti sepasang kekasih yang sering ia lihat di trotoar seberang jalan. Tapi ia ragu apakah bisa melakukan hal itu. Ia sadar dirinya hanya sebuah manequin yang dipajang di pojok ruangan toko untuk memamerkan pakaian. Untuk kedua kalinya perempuan itu mencium tangannya ketika dari arah belakang muncul sosok laki-laki berambut cepak menggertak: "Gila! Apa-apaan kamu ini!" Mata laki-laki itu melotot. Lalu menarik tangan perempuan itu dengan kasar.
Ia benar-benar jijik pada laki-laki itu. Badannya tinggi besar. Wajahnya keras. Mungkin dia preman. Tapi melihat caranya menggertak dan menarik tangan perempuan itu yang begitu khas dan terlatih, tentu dia sudah terbiasa melakukan hal-hal seperti itu. Ia merasa kasihan pada perempuan itu. Tentu perempuan itu malu dan sakit hati. Ia masih ingat betapa wajah perempuan itu mendadak berubah merah-pucat.
Tapi beberapa hari kemudian perempuan itu datang lagi ke toko. Kali ini ia datang sendiri. Mengenakan rok pendek cokelat dan kaos putih bergambar bunga mekar dan beberapa ekor kupu-kupu yang terbang mengelilinginya. Perempuan itu tampak tergesa-gesa. Melihat-lihat baju lalu memberikan secarik kertas berisi alamat rumahnya. Semula ia tidak tahu apa maksud perempuan itu. Tapi setelah hari-hari berlalu dan ia tak pernah menjumpai perempuan itu, sementara hatinya terus ditangkup rindu, ia baru sadar harus menemui perempuan itu. Tentu perempuan itu memberi alamat rumahnya agar ia datang ke sana.
Ya, kini ia memang sedang mencari rumah perempuan itu. Gerimis masih turun ketika ia menyusuri jalan kampung yang becek dan licin. Berkali-kali ia harus melompat menghindari genangan air. Cahaya lampu membias samar pada tembok-tembok kusam penuh corat-coret pilox. Sungguh menyebalkan. Menjijikkan. Ia tak terbiasa berada di tempat kotor seperti itu. Meski begitu ia terus berjalan. Rindunya sudah tak tertahankan. Rumah demi rumah ia lalui dengan jantung terus berdebar.
Entah sudah berapa kilo ia berjalan, tapi rumah perempuan itu belum juga ia temukan. Beberapa perempuan berdandan menor di pinggir jalan sempat menggodanya. Satu dua orang mencubit pantatnya dengan gemas lalu tertawa cekikian. Ia tak habis pikir kenapa begitu banyak perempuan berkeliaran di malam gerimis seperti itu. Mereka cantik-cantik dan menggairahkan. Tapi ia tak tertarik dengan mereka. Ia hanya tertarik pada perempuan cantik yang beberapa waktu lalu memberikan alamat rumahnya.
Ia sering membayangkan suatu kali bisa bercinta dengan perempuan itu. Ia sudah bosan jadi boneka berdiri kaku di pojok toko dengan pakaian dan dandanan yang selalu berganti tiga minggu sekali. Ia ingin menghabiskan malam-malam yang dingin dan panjang bersama perempuan itu. Ia ingin menikmati cinta yang sedang berkobar hangat bersama perempuan itu. Mungkin sampai pagi, siang, sore, atau malah sampai malam berikutnya. Begitu seterusnya. Ah, betapa indahnya. Pasti perempuan itu tidak keberatan. Ia tahu diam-diam perempuan itu juga jatuh hati padanya.
Tapi, ups! Tiba-tiba ia menghentikan langkahnya di sebuah tikungan jalan sepi ketika dalam kelebat samar, ia menangkap sosok perempuan itu sedang berjalan sambil bergandengan mesra dengan laki-laki yang pernah menabraknya di toko. Laki-laki yang suka membentak dan bertindak kasar. Ah, kenapa perempuan itu masih bersama laki-laki itu? Apa yang menarik dari laki-laki tinggi besar itu? Berbagai pertanyaan langsung memenuhi benaknya. Hingga ia tak kuasa menahan diri. Jantungnya berdetak kencang menahan cemburu. Ia kembali melangkah mengejar perempuan itu. "Hai! Apakah kamu masih ingat aku?" Ia bertanya dengan napas tersengal-sengal.
Perempuan itu terkejut. Sesaat matanya mengerjap bahagia. Ada segumpal kerinduan di matanya. Tapi ketika dia sadar saat itu sedang berjalan bersama kekasihnya, laki-laki yang suka bertindak kasar, wajah perempuan itu tiba-tiba berubah dingin. Bahkan dengan ekpresi ketakutan perempuan itu cepat-cepat merapat pada laki-laki tinggi besar disebelahnya. "Kamu siapa? Aku tidak kenal kamu!" Kata perempuan itu sinis. "Sayang, sebaiknya laki-laki mabuk itu disuruh pergi! Aku takut..." Lanjut perempuan itu merajuk pada kekasihnya. Laki-laki itu mengangguk.
Tahu bahaya mengancam ia mundur teratur. Ia sadar tak mungkin bisa mengalahkan laki-laki tinggi besar itu. Laki-laki itu pasti pinta berkelahi. Sedang ia tak bisa berkelahi. Ia tak pernah diajari meninju orang. Ia benci kekerasan. Dengan perasaan perih ia pulang menembus remang malam. Menerobos gerimis yang terus berderai. Langkahnya gontai tak bersemangat. Jiwanya merintih. Tubuhnya menggigil kedinginan. Di sebuah tikungan jalan mendadak tubuhnya oleng, sempoyongan lalu ambruk.
Entah berapa lama ia pingsan. Ketika sadar ia mendapati tubuhnya terkapar di atas ranjang. Di sebelahnya seorang perempuan menunggu dengan tatapan penuh kekaguman. Perempuan itu, meski agak tua, tapi sebenarnya masih cukup cantik. Ia menggosok-gosok mata untuk memperjelas penglihatannya. Ia takjub melihat isi ruangan kamar yang penuh perabotan mahal. Tapi belum juga puas menatap seluruh isi ruangan kamar, tiba-tiba perempuan itu dengan tergesa-gesa membungkus tubuhnya dengan selimut lalu membopong ke dalam gudang ketika terdengar deru mobil masuk halaman. ?Sial! Sesore ini tua bangka itu sudah pulang. Maaf, untuk sementara kamu kutaruh di gudang!? Kata perempuan itu bergegas keluar sambil mengunci pintu.
Ia ingin berontak, tapi sia-sia. Ia sudah tak bertenaga. Sebab cinta sudah lenyap dari hatinya. Begitulah, kekuatan cinta sejati mampu menghidupkan benda-benda mati. Sedang cinta palsu hanya membuat seseorang seolah-olah hidup tapi sesungguhnya mati...
"Apakah kamu puas dengan ceritaku?" tanya Renata setelah mengakhiri ceritanya.
"Tunggu! Sepertinya aku pernah tahu cerita itu. Dan, kenapa laki-laki tinggi besar yang suka bertindak kasar yang kamu ceritakan tadi mirip sekali dengan diriku?" aku balik bertanya.
Tapi Renata hanya tersenyum dan diam...
Depok, 2006.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar