Seno Gumira Ajidarma
http://www2.kompas.com/
TERBUAT dari apakah kenangan? Aku tidak pernah bisa mengerti, mengapa pemandangan itu selalu kembali dan kembali lagi: suatu pemandangan yang kudapatkan ketika kereta api shinkansen itu tiba-tiba menembus daerah salju dan kulihat seorang perempuan berjalan di luar rumah sendirian dalam badai. Apakah yang dikerjakan seorang perempuan dalam badai yang menggebu seperti itu? Tidak banyak rumah di dataran salju yang kulihat itu, dan hanya perempuan itu yang tampak dalam keluasan serba putih dan memutih sampai di batas cakrawala. Udara penuh dengan salju yang beterbangan karena tiupan badai sehingga perempuan yang berjalan dengan lambat itu tampak menapak dengan begitu berat. Apakah yang dilakukannya dalam badai bersalju seperti itu? Aku tidak bisa memperkirakan apapun dan aku harus menerima kenyataan betapa aku tidak akan pernah tahu.
Pemandangan itu bagiku memilukan, bukan hanya karena merasakan kembali dingin yang merasuk dan membekukan, tapi karena gagasan akan kesendirian dalam keluasan padang memutih itu. Berja-lan sendirian di tengah padang salju dalam badai yang dingin dengan suaranya yang menggiriskan tidaklah terlalu menyenangkan. Dari balik jendela kereta api suara itu sudah teredam, tapi aku pernah mengalami badai bersalju dengan suaranya yang menggiriskan di Mongolia, sehingga aku tahu pasti ada sesuatu yang tidak bisa ditunda lagi sampai perempuan itu harus berjalan susah payah dengan sepatu yang setiap kali harus diangkat tinggi karena melesak ke dalam tumpukan salju dalam badai yang kencang dan begitu dingin seperti itu.
Semuanya sudah kulupakan, termasuk jurusan kereta api itu: menuju Kyoto dari Tokyo, ataukah menuju Osaka dari Kyoto, aku tidak bisa ingat lagi-tinggal kenangan akan seorang perempuan yang melangkah dengan berat dalam badai dan hujan salju.
Namun di Kyoto aku mengenal seorang perempuan.
Tapi aku tidak bisa menceritakan apapun tentang perempuan itu.
TERBUAT dari apakah kenangan? Dari saat ke saat aku masih bertanya-tanya, apakah kiranya yang dilakukan perempuan yang kulihat berjalan sendirian di padang salju itu? Waktu kereta api lewat dan aku menengok dari balik jendela, tampak ia baru saja keluar rumah. Jejak-jejaknya terlihat menapak dari sebuah pintu. Masih selalu mengganggu ingatanku dari waktu ke waktu, apakah ada seseorang yang ditinggalkan di dalam rumah itu, atau memang kosong saja di dalamnya sehingga barangkali ia pergi begitu saja tanpa mengunci pintu? Tentu saja aku tidak melihat perempuan itu keluar dari rumahnya, sehingga aku juga tidak tahu apakah ia mengunci atau tidak mengunci pintu itu sama sekali. Kereta api itu lewat begitu cepat, seperti angan-angan melintas, tapi pemandangan yang kulihat kemudian seperti tidak akan pernah pergi lagi untuk selama-lamanya.
Mengherankan bahwa kenangan seringkali terpendam begitu lama dan muncul begitu saja tanpa ada sebab yang harus menghubungkannya. Aku masih selalu penasaran dan bertanya-tanya, mengapa suatu kenangan bisa terpendam begitu lama sampai muncul tiba-tiba pada waktu dan tempat yang tiada pernah akan terduga. Kenangan itu kadang-kadang bisa muncul kembali sekali saja dalam seumur hidup, terkenang sekali lantas tiada pernah datang kembali. Bagaimanakah caranya suatu peristiwa berubah menjadi kenangan, tapi yang terpendam begitu lama sampai suatu ketika mengingatkan dirinya pernah terjadi, sekali, lantas tak pernah muncul lagi? Bukankah ajaib untuk membayangkan bagaimana caranya kenangan tersimpan dan muncul kembali atau sama sekali tidak pernah muncul kembali meskipun tetap ada entah di mana di sebuah dunia yang tiada akan pernah kita ketahui seperti apa?
Ada kalanya suatu peristiwa juga ingin kita lupakan karena kepahitan yang menyertainya. Selalu ada peristiwa dalam hidup ini yang ingin kita hapus saja dari kenangan, seperti tidak pernah terjadi, meski tetap saja teringat sampai mati - rupanya selalu ada alasan untuk mengenangkan kembali semua peristiwa yang sungguh mati ingin kita lupakan saja sampai habis tanpa sisa.
Hmm.
Terbuat dari apakah kenangan? Bagaimanakah caranya melepaskan diri dari kenangan, dari masa lalu yang tiada pernah sudi melepaskan cengkeraman kepahitannya pada masa kini?
Kenangan barangkali saja tidak selalu utuh: sepotong jalan, daun berguguran, ombak menghempas, senyuman yang manis, langit yang merah dengan mega-mega berarak dalam cahaya keemasan; tapi bisa juga begitu utuh ketika menikam langsung ke dalam hati seperti sembilu. Tidak mungkinkah kenangan yang pahit kembali sebagai sesuatu yang manis? Kenangan seperti diciptakan kembali oleh waktu, membuat masa lalu tak pernah berlalu, bahkan mempunyai masa depan untuk menjadi bermakna baru.
Mungkinkah kenangan itu seperti suatu dunia, tempat kita bisa selalu mengembara di dalamnya?
Aku mempunyai kenangan yang lain di Kyoto, yang selalu menjadi nyata karena sebuah genta. Kenanganku adalah bunyi genta itu, genta kecil yang manis dan selalu berdenting oleh angin yang berhembus pelahan, yang bisa kubawa pulang dan mengingatkan kembali segalanya. Angin itu harus berhembus dengan kepelahanan yang sama dengan ketika aku pertama kali mendengarnya, dan dengan demikian bunyi genta itu mengembalikan suatu masa yang telah berlalu. Bagaimanakah suatu masa yang telah berlalu bisa kembali lagi dan mengembalikan perasaan dan suasana yang sama seperti ketika aku mengalaminya, aku sama sekali tidak pernah bisa mengerti.
Kenanganku tentang pemandangan di luar jendela kereta api shinkansen itu selalu kembali bukan karena bunyi denting genta kecil itu. Kenangan itu selalu kembali seolah-olah tanpa penyebab apapun, atau setidaknya aku tidak pernah tahu pasti apa yang selalu mengembalikan kenangan itu kepadaku. Apakah karena aku berta-nya-tanya apa yang terjadi di dalam rumahnya? Apakah ada seorang anak yang tergeletak dan sakit parah di sana, sehingga perempuan itu harus keluar rumah mencari obat dalam badai seperti itu? Perempuan itu menapaki salju dengan langkah yang berat, dan tetap akan berat meski sepanjang hidupnya ia tinggal di sana sehingga tentunya juga terbiasa dengan alam dan iklim seperti itu. Langkahnya berat dan udara begitu dingin, apakah kiranya yang begitu mendesak?
Kereta api itu memasuki daerah salju dengan begitu tiba-tiba seperti pesawat antariksa menembus batas luar angkasa. Dalam kenanganku seperti terjadi sebuah ledakan, dan hanya daerah salju itu saja yang menjadi kenanganku seterusnya. Bukan di luar daerah itu, bukan pula ketika di dalam kereta api itu. Dalam kenangan itu aku tidak pernah melihat diriku sendiri sedang memandang dari balik jendela.
Namun di Kyoto aku mengenal seorang perempuan.
Tapi aku tidak bisa menceritakan apapun tentang perempuan itu.
TERBUAT dari apakah kenangan? Aku tidak ingin mengingat sesuatu, tapi ada suatu kenangan yang selalu kembali. Aku ingin sekali mengingat-ingat sesuatu, tapi barangkali aku akan lupa untuk selama-lamanya. Aku juga selalu teringat sesuatu yang tidak pernah kuceritakan kembali, tidak pernah kukatakan, tidak pernah kuapa-apakan, karena kenangan itu memang hanya bertengger saja dalam kepala.
Tapi mungkin saja peristiwa ini terjadi.
Perempuan itu berjalan di dataran salju meninggalkan jejak yang panjang. Tidak ada seorangpun yang tahu ke mana perempuan itu pergi. Di dalam rumah seorang lelaki menunggu perempuan itu kembali. Dunia memutih dan kelabu, lampu-lampu menyala menjelang gelap.
Lelaki di dalam rumah itu menunggu dalam gelap, bertanya-tanya tentang kenapa perempuan itu pergi begitu lama dan tidak juga kembali.
Kemudian ia juga ke luar, mencari ke mana kiranya perempuan itu pergi.
Ia mengikuti jejaknya. Ia mengikuti jejaknya sepanjang jalan, sepanjang padang, sepanjang kepahitan yang meruyak di dalam hatinya.
"Kamu mau ke mana?"
"Tidak ke mana-mana."
"Cuaca seperti ini dan kamu keluar dan kamu bilang tidak ke mana-mana."
"Aku memang tidak ke mana-mana."
Ia mengikutinya, dan ia tidak tahu perempuan itu pergi ke mana. Mungkinkah jejak ini mencapai suatu tempat, mungkinkah jejak ini mencapai suatu tempat yang tidak pernah ingin diketahuinya?
Kalau kereta api itu lewat sedetik lebih cepat atau sedetik lebih lambat, tentunya aku akan melihat pemandangan yang berbeda, dan kenanganku akan menjadi lain. Aku akan selalu teringat sesuatu yang lain, tapi yang tidak mungkin kuketahui dengan pasti kiranya seperti apa.
Mungkin sebelumnya ada lelaki lain di luar rumah, dan perempuan itu melihat lewat jendela.
Mungkin itu beberapa menit sebelumnya, bukan hanya sedetik sebelumnya.
Bagaimana kalau kereta api itu lewat beberapa menit lebih lambat?
Barangkali akan kulihat seorang lelaki berjalan di tengah padang salju, mengikuti bekas jejaknya kembali, berjalan lambat menuju rumah itu.
Dari kejauhan, dari dalam kereta api yang meluncur begitu cepat, pasti tidak akan kulihat pisau berdarah yang masih digenggamnya.
Masih ada kepahitan di wajah lelaki yang muram itu.
Peristiwa ini tentu tidak pernah terjadi. Kereta api melewati tempat itu beberapa menit sebelum atau sesudahnya tidak akan mengubah apa-apa. Tidak ada satu kemungkinan yang memberi peluang kepada pengetahuan yang utuh.
Sebetulnya aku selalu membayangkan seandainya kereta api itu lewat ketika perempuan itu sudah menjadi mayat dan terkapar di depan rumahnya. Aku selalu membayangkan ada bekas-bekas darah di atas salju. Barangkali lebih baik mayat itu tidak ada, dan hanya ada bekas da-rahnya. Ada bekas seretan yang panjang dan berdarah.
Tapi sebetulnya aku hanya melihat seorang perempuan melangkah keluar dari rumahnya dalam hujan dan badai salju-aku bahkan tak tahu itu memang rumahnya atau bukan, dan aku tidak melihatnya membuka pintu, menutupnya kembali, dan melang-kah ke padang salju. Aku hanya melihatnya sedang berjalan dengan susah payah sehingga terbentuk jejak dari sebuah rumah ke tempatnya sedang melangkah.
Tapi mungkinkah bisa dipastikan peristiwa itu tidak pernah terjadi? Apakah ada sesuatu di dunia ini yang bisa kita ketahui dari segala kemungkinan, serentak, dan seutuh-utuhnya?
Di kereta api shinkansen yang meluncur dengan kecepatan peluru, aku hanya tahu perasaanku menjadi rawan. Memasuki daerah itu bola-bola salju berhamburan dan pecah di jendela. Semua itu mestinya tidak mungkin terjadi, tapi aku tidak pernah tahu apa yang telah dan akan terjadi. Betapa sedikit yang bisa kita ketahui dalam hidup yang begitu singkat.
Namun di Kyoto aku mengenal seorang perempuan.
Sayang sekali, aku tidak bisa menceritakan apapun tentang perempuan itu.
Durban - Cape Town, Maret 2002.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
28/02/09
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar