18/01/09

TINJA DABO

M. Arman AZ
http://www.suarakarya-online.com/

Kota basah kuyup jam dua malam. Dari balik langit hitam, jemari raksasa itu belum juga letih menabur serbuk-serbuk air ke bumi. Jalanan senyap. Orang-orang mengurung diri dalam rumah. Sembunyi dari gigitan dingin. Sesekali terdengar desis roda mobil berlari menyibak gerimis. Tiang lampu jalan menjulang bagai pepohon besi tanpa daun dan ranting. Di pucuknya, lampu bundar memancarkan cahaya bulat keemasan.

Dabo gelisah tak bisa tidur. Punggungnya bersandar di tembok. Sepasang kakinya selonjor di atas bentangan tikar plastik usang dan kardus bekas. Sarung cokelat kumal yang melapisi badannya kalah melawan dingin. Wajah Dabo pucat. Bukan karena cuaca atau tempias yang sesekali membentur wajah. Sedang terjadi perang dalam perutnya. Dia merasa tak enak badan. Mungkin masuk angin. Sejak tadi tangan kanannya mengeram di balik kaos kumal. Mengelus-elus perut yang terasa tegang melilit. Sesekali bibirnya gemetar lirih mendesiskan nama Tuhan. Dabo butuh obat, tapi dalam cuaca buruk macam itu tak ada gerobak warung yang masih buka. Cuma minyak kayu putih dalam botol kecil di genggaman tangan kirinya yang dipakai mengurapi perut dan sesekali dihirup aromanya. Kepala Dabo mendongak. Entah menatap serbuk gerimis yang menari ritmis di bawah sorot lampu jalan atau berharap Tuhan memberi sedikit perhatian kepadanya.

Emper trotoar di mulut jalan sebuah komplek pertokoan tua di jantung kota. Itulah rumah Dabo. Ruko-ruko dua lantai berderet di ruas jalan itu. Toko elektronik, pakaian, sepatu, bakery, atau pangkas rambut. Siang hari jalan itu riuh rendah. Aneka wajah dan kendaraan hilir mudik. Pekik klakson kendaraan-kendaraan yang gusar karena terjebak macet atau mencari ruang parkir menambah keruh suasana. Sebagian trotoar di ujung jalan dipenuhi deretan lapak kayu milik pedagang kaki lima yang menjual buah-buahan, mainan anak-anak, kaset atau VCD bajakan. Ruas jalan itu sunyi senyap kala malam. Hanya ada beberapa mobil pemilik ruko parkir di tepi jalan. Bangunan-bangunan tua nampak murung. Suasana remang menerbitkan kecemasan.

Dua ratus meter belok kanan dari mulut jalan tempat Dabo tergolek, ada taman kota dengan tugu menjulang di tengahnya. Pemulung, gelandangan, waria, dan anak jalanan biasa berkumpul di sana. Ada yang sibuk memilah dan merapikan barang bekas, ngobrol ngalor ngidul menunggu pagi, ada juga yang menjejali perut dengan arak murahan. Sempat terfikir dalam benak Dabo untuk ke sana. Seorang dari mereka tentu bisa dimintai tolong mengerik punggungnya. Tapi, jangankan melangkah, bangkit pun Dabo seperti tak punya tenaga sama sekali.

Dabo jarang kumpul bersama mereka. Dia lebih suka menyendiri di mulut ruas jalan itu. Bagi warga liar di taman, Dabo seperti lelaki tanpa masa lalu. Tak ada yang tahu siapa nama aslinya. Pada setiap orang yang bertanya asal usul dan keluarganya, jawaban Dabo selalu berbeda. Anak istrinya di pulau seberang, anak istrinya tewas dalam kecelakaan, istrinya dibawa kabur lelaki lain, bahkan pernah Dabo mengaku bujang lapuk. Jika ada yang dongkol karena merasa dikibuli, Dabo cuma nyengir. Apalah pentingnya riwayat pemulung, celetuk Dabo ringan.

Taman yang sudah puluhan tahun jadi penanda kota itu kerap di razia. Selain mengganggu ketertiban, mereka dianggap merusak pemandangan. Mujur nasib Dabo. Dia selalu luput dari razia karena sedang berburu sampah dan barang bekas. Setiba di taman sore hari, dari beberapa anjal yang selamat setelah lari lintang pukang dari kejaran pamong praja, dia dapat kabar banyak yang diciduk. Dabo cuma melongo. Di benaknya tergambar sosok-sosok aparat berseragam gelap membawa pentungan yang satu saat kelak bisa saja menciduknya. Tapi begitulah, setelah razia, semua kembali berjalan seperti biasa. Taman kembali ramai dengan pemulung, gelandangan, waria, dan anak jalanan. Wajah-wajah asing pun datang dan pergi menghiasi penanda kota itu.
***

Hajat besar sudah di depan hidung kota itu. Tak lama lagi pemilihan gubernur di gelar. Kota menjelma rimba iklan. Kian hari kian banyak saja spanduk, poster, sticker, umbul-umbul dan baliho di sepanjang jalan. Semua berisi gambar calon gubernur dan kelompok pendukungnya. Yang ukuran kecil di tempel di tembok, halte, tempat ibadah, warung makan, atau dipaku di batang pohon peneduh jalan. Spanduk dan bendera dipasang di tiang telepon, atau marka jalan. Ada yang berisi pantun bernada humor, meniru iklan, atau memakai bahasa daerah. Umbul-umbul dan baliho besar ditancapkan di tempat-tempat strategis. Bahkan Dabo pernah melihat sepasang bendera raksasa berkibar di puncak bukit pinggiran kota. Gambarnya pasangan calon gubernur dan logo sebuah partai.

Beberapa waktu lalu Dabo melihat arak-arakan manusia menyesaki separoh badan jalan. Semua mata tertuju ke sepasang becak di bagian terdepan. Bukan pengayuh becak berkepala plontos berkaus sebuah partai yang jadi pusat perhatian, namun dua lelaki gagah berseragam safari yang duduk di masing-masing becak. Mereka mengumbar senyum seraya melambaikan tangan ke sana ke mari. Beberapa orang sibuk mengawal di kiri kanan becak. Ratusan orang lainnya mengekor jalan kaki. Dahi mereka berkilat tertimpa cahaya matahari siang bolong. Beberapa wartawan sibuk memotret penumpang becak.

Dari celetukan orang-orang, Dabo tahu mereka iring-iringan calon gubernur dan wakilnya yang mau mendaftar ke sebuah kantor. Dabo nyengir kuda melihat betapa jenakanya mereka. Sambil melanjutkan mendorong gerobak, Dabo bertanya-tanya dalam hati. Apa mereka naik becak karena tak sanggup lagi beli bensin setelah BBM naik? Apa mereka masih mau naik becak jika jadi gubernur? Tapi, Dabo lebih yakin mereka cuma cari muka.

Dabo meringis. Dia ingin sakit perutnya cepat sirna. Magrib tadi ada pemulung memberitahu tentang calon gubernur yang mau kampanye di alun-alun besok siang. Dabo mau ke sana. Dia tak keberatan berkerumun siang bolong, berteriak mengikuti yel-yel sambil sesekali mengepalkan tangan ke udara. Biasanya usai kampanye ada acara bagi uang di sudut yang agak jauh dari panggung kampanye. Itu yang diincar Dabo. Dua puluh atau lima puluh ribu rupiah bakal mengisi kantongnya. Belum lagi jika ada orkes dangdut. Tak usah ditawari dua kali, dia akan berjoget, menghibur hidup yang miskin menahun.

Celoteh orang-orang di atas panggung? Dabo tak ambil pusing. Baginya, mereka cuma menabur janji menebar simpati yang kelak berbuah pepesan kosong. Dabo memang melarat, tapi tak bodoh. Dia cuma ingin mengambil apa yang bisa di ambil dari semua calon gubernur. Dia pernah berhasil membawa pulang dua plastik berisi sembako setelah antri berdesakan-desakan. Pernah pula mendapat sehelai kaos tipis. Peduli setan siapa yang kelak terpilih. Toh tak ada bedanya buat Dabo. Berapa kali ganti gubernur, berapa kali ganti presiden, nasibnya tak berubah. Tetap saja cari makan dari tumpukan sampah.

Subuh buta ketika warga kota masih menyelesaikan mimpinya, Dabo sudah berenang di tempat pembuangan sampah. Memunguti dan membersihkan apa saja yang masih bisa dijadikan uang. Kardus, botol, atau plastik bekas air mineral. Ditemani cericit gerombolan tikus got dan denging lalat hijau yang mencari sisa makanan, dia tak merasa kesepian. Mereka pun tak dianggap sebagai saingan. Setelah gerobak penuh, setelah malamnya dibersihkan, besok siangnya barang-barang itu dijual ke penampung. Dia selalu punya alasan untuk menaikkan harga hasil memulungnya, terlebih setelah BBM naik.
***

Gencatan senjata dalam perut Dabo tak tahan lama. Baru sebentar tidur, perutnya bergolak lagi. Dia mengerang menahan kesal dan sakit. Kali ini ada yang berontak dalam perutnya. Mendesak dan kian mendekati ujung anus. Dabo bergegas balik badan, mundur dua langkah, nungging di tepi trotoar. Suara berondongan sember kontan terdengar begitu Dabo memelorotkan jeans buntung berikut kolor kumalnya. Kepalanya menengok ke belakang. Memastikan cairan cokelat keruh dan gumpalan-gumpalan kecil itu larut bersama genangan air, raib ke dalam lubang selokan.

Dabo membuang nafas lega. Disekanya keringat dingin di dahi dengan punggung tangan kiri. Sampah dalam perutnya telah dikuras habis. Tapi masalah baru menyusul. Bagaimana membersihkan dubur? Tak mungkin pakai sarung kumal yang melilit lehernya. Pandangan Dabo menyapu sekeliling. Bola matanya berkilau saat menemukan sesuatu tergolek di trotoar tak jauh dari tempatnya jongkok. Tanpa pikir panjang Dabo bangkit. Langkahnya lucu saat berjingkat dengan kaki mengangkang sambil memegangi celana yang menggantung separuh paha.

Hujan angin merontokkan spaanduk putih seukuran bendera itu dari tiang marka jalan. Ada sosok pria gagah berpeci tersenyum di dalamnya. Seorang calon gubernur. Dabo tak peduli. Setengah memaksa diloloskannya ikatan spanduk dari kayu. Digenggam, dikibas-kibas mengusir pasir yang melekat, lalu diremasnya spanduk basah itu. Dabo celingukan kiri kanan. Memastikan tak ada yang memergoki kelakuannya. Setelah dirasa aman, tangan kirinya menjulur ke selangkangan. Disekanya anus yang basah dengan spanduk itu. Setelah beberapa kali poles, Dabo puas duburnya telah bersih meski masih terasa lembab. Sebelum dicampakkan, disempatkannya melirik spanduk. Dabo menyeringai jijik melihat sisa tinjanya melekat di mulut pria dalam spanduk itu.

* Bandarlampung, 2008

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita