02/12/08

RATIH SANGGARWATI "Saya Bisa Hidup dari Puisi"

Erwin Dariyanto
http://www.korantempo.com/

Turun dari catwalk, lalu memutuskan untuk mengenakan busana muslimah, tak membuat Ratih Sanggarwati jauh dari urusan busana. Peragawati yang kondang pada 1980-an itu masih dijadikan panutan dalam berbusana. Tentu saja kini "pengikutnya" penyandang busana Islami yang menutup aurat.

Di luar urusan busana, Ratih kini menapaki dunia yang sebelumnya tak pernah dijalaninya. Ia sibuk berbisnis, berorganisasi, berbicara dalam seminar, juga sering diundang untuk membacakan puisi. "Saya bisa hidup dari puisi," ujarnya.

Masih ada lagi kesibukan yang cukup menantang. Desember tahun lalu Ratih dilantik oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono menjadi Duta Perempuan Perkasa. Tugasnya menyalurkan kredit kepada pengusaha perempuan yang bergerak di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah.

Barangkali ini berkah dari keputusannya berhijrah ke jalan Tuhan. Keputusan itu tak datang begitu saja. Menurut None Jakarta 1983 itu, hatinya tergerak untuk menutup aurat dan mempelajari Islam ketika ayahnya berpulang delapan tahun lalu. Ayahnya, yang gemar melukis dan menulis cerpen, punya beberapa keinginan yang belum teraih, di antaranya menggelar pameran lukisan dan membukukan cerpen.

Ratih ingin mewujudkan keinginan itu. Karena itu, ia mesti "melobi" Allah lebih dulu. Untuk keperluan melobi itu, Ratih memulainya dengan cara menaati perintah-Nya, termasuk menutup aurat. Bagaimana keseharian Ratih? Tempo mengikuti kegiatan Ratih yang padat, Selasa pekan lalu.



Pukul 09.00. Japan Foundation, Gedung Sumitmas. Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan

Tempo menemui Ratih ketika perempuan kelahiran Ngawi, Jawa Timur, 8 Desember 1962, itu asyik menikmati pameran foto karya Seno Gumira Ajidarma. Meski tidak begitu menggemari foto, Ratih merasa perlu menyempatkan diri menonton pameran itu karena bersahabat dengan Seno. "Makanya harus dibela-belain (melihat)," kata Ratih dengan logat Jawa yang kental, sambil mencermati foto-foto itu satu-satu.

Asyik memandangi foto, pandangan Ratih tertumbuk pada foto warung sate kerbau spesial di Kudus, Jawa Tengah. Caption foto itu menjelaskan bahwa sate kerbau di Kudus dikenal sejak masa Wali Songo. Demi menghargai umat Hindu yang menyucikan sapi, penyebar Islam itu melarang umat Islam menyembelih sapi. Karena anjuran itu, masyarakat Kudus menyembelih kerbau untuk dibikin sate.

Hingga kini sate kerbau masih sangat mudah ditemui di Kudus. "Toleransi seperti ini yang hendaknya bisa diterapkan di zaman sekarang," kata Ratih Sang, nama beken Ratih Sanggarwati.

Setelah sekitar setengah jam None Jakarta 1983 itu menikmati pameran foto, ia mengajak Tempo ke butiknya di Radio Dalam, Jakarta Selatan.

Ketika menunggu mobil di lobi gedung, model ternama pada 1980-an itu terganggu oleh penampilan seorang perempuan yang mengenakan sack dress bermotif batik cokelat. Paduannya tas merah, sepatu putih, ikat pinggangnya cokelat. Ratih mengoreksinya. Menurut dia, seharusnya sepatu, tas, dan ikat pinggang sewarna.

Seperti penampilannya hari itu, Ratih mengenakan busana muslim two pieces serba hijau, untuk menyesuaikan dengan kawat giginya yang berwarna hijau. Baju panjang dan rok panjang hijau muda, serta kerudung hijau tua, meski sebenarnya dia tidak terlalu gemar warna hijau. Sedangkan sepatunya putih, senada dengan warna tasnya. "Mungkin karena sudah 11 tahun saya berkecimpung di dunia model, sehingga saya sangat peka dengan masalah penampilan," kata Ratih.

Selama perjalanan menuju butik, ibu tiga putri ini menceritakan masa awal dia meninggalkan gemerlap catwalk dan mengenakan pakaian muslimah. Dunia itu ditinggalkannya sejak 1997 karena mengandung anak pertamanya. Tapi ia tak langsung menutup aurat. Keputusan itu datang delapan tahun lalu, setelah ayahnya meninggal.

Ujian itu mengingatkannya akan beberapa keinginan almarhum yang belum tercapai, seperti menggelar pameran lukisan dan menerbitkan kumpulan cerpen. Ia merasa berkewajiban mendoakan dan melanjutkan cita-cita almarhum, yang gemar melukis dan menulis cerpen itu.

Agar doanya diterima, kata Ratih, seseorang harus melobi Allah lebih dulu. Caranya, menjalankan semua kewajiban, seperti salat lima waktu, puasa, termasuk menutup aurat. Maka sejak itulah tubuh perempuan dengan tinggi badan 172 sentimeter dan berat badan 60 kilogram ini selalu berbalut busana muslim. Sejak itu pula ia mulai mempelajari Islam.

Tapi model tetaplah model. Ketika Ratih beralih mengenakan busana muslimah, ia tetap jadi panutan. Tentu, penggemarnya para pemakai busana muslimah. Caranya berdandan dan mengenakan kerudung digemari banyak orang. Ia pun mendirikan sekolah model muslimah dan sekolah kepribadian.

Ratih juga menulis beberapa buku tentang model. Dalam waktu 10 tahun, tidak kurang dari 12 buku tentang model ditulisnya. Di antaranya Tampil Anggun dengan Busana Muslim Ala Ratih Sang, Jubah Ratih Sang: Satu Pola Beragam Gaya, Kiat Menjadi Model Profesional, Kata Mata dan Hati dan Kerudungmu Tak Sekedar Cantikmu, dan Kerudung Anggun.

Ratih juga membuka butik pakaian muslimah. Ini gara-gara banyak orang menanyakan di mana ia mendapatkan busananya.



Pukul 10.30. Butik Ratih. Jalan Radio Dalam, Jakarta Selatan

Butik masih sepi karena baru beberapa saat dibuka. Dua pegawai merapikan baju yang dipajang. Ratih mendekati mereka, memberikan pengarahan dan berdiskusi. Ratih merasa perlu berkunjung ke butiknya saban hari, meski sebentar. "Kalau tidak didatangi satu hari saja, berantakannya sampai satu bulan."

Awalnya, butik Ratih banyak menjual busana muslim produk Al Fath, karena dia menjadi ikon produsen busana muslim dari Yogyakarta itu. Dua tahun kemudian, butik Ratih berdiri sendiri. Dia sendiri yang menangani dari proses memilih bahan, merancang pakaian, hingga proses produksi.

Melalui butiknya, Ratih ingin menunjukkan bahwa orang bisa trendy, tidak hanya dengan pakaian yang minim atau ketat, tapi dengan kerudung pun tetap dapat bergaya. Agaknya butik Ratih laris manis. Saking banyaknya, ia tak ingat benar berapa jumlah pelanggannya. Dalam waktu dekat seorang pengusaha dari Timur Tengah berniat memesan busana muslimah dari butik Ratih untuk dipasarkan di Australia.

Selain berbisnis, sejak Desember 2007 Ratih menjadi Duta Perempuan Perkasa. Dia ditunjuk dan dilantik langsung oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono. Tugas Ratih adalah menyalurkan kredit kepada pengusaha perempuan yang bergerak di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah. Tugas itu membawa Ratih ke pelbagai daerah untuk mencari perempuan-perempuan mandiri dan perkasa itu untuk diberi bantuan kredit.

Setiap kelompok usaha--minimal dirintis 25 perempuan--mendapat bantuan Rp 100 juta. Sedangkan untuk usaha perorangan dibantu Rp 500 ribu. Kredit ini diharapkan dapat mendongkrak produktivitas kelompok usaha itu sehingga bisa berkembang maksimal. "Sayang, tahun 2008 ini bantuan itu dihentikan," kata Ratih, yang mengaku tak tahu alasan penghentian itu.

Hanya sekitar 15 menit Ratih berada di butiknya. Setelah itu, ia bergegas menuju gedung Ratu Prabu 2 di Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan.

Lantunan puisi berjudul Bila Ibu Boleh Memilih menemani selama perjalanan. Puisi itu--beserta beberapa puisi lainnya--tergabung dalam album Kumpulan Lagu Rohani Ratih Sanggarwati. Ratih mengaku kerap diundang untuk membacakan puisi. Tentu saja ini menambah gendut pundi-pundinya. "Saya bisa hidup dari puisi," ujar Ratih.



Pukul 11.30. Gedung Ratu Prabu 2. Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan

Di hadapan sekitar 30 karyawati PT Conoco Oil yang memenuhi ruangan berukuran 5 x 6 meter, Ratih berceramah dengan tema “Cantik Itu Sehat”.

Dibesarkan dalam lingkungan keluarga nahdliyin membuat Ratih tidak canggung menyampaikan ceramah. Namun, tidak pernah sekali pun dalam ceramahnya Ratih menyitir ayat-ayat Al-Quran. Semua disampaikannya berdasarkan pengalaman hidupnya.



Pukul 14.00. Kompleks Masjid Al-Azhar. Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Bersama enam pengurus Dewan Pengawas Yayasan Al-Azhar, siang itu Ratih mengadakan rapat untuk membicarakan kegiatan di lembaga pendidikan di bawah naungan Al-Azhar.

Lima bulan yang lalu Ratih ditunjuk menjadi Dewan Pengawas Yayasan Al-Azhar bersama Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault. Karena itu, setiap kali berkunjung ke daerah, Ratih menyambangi Yayasan Al-Azhar setempat untuk mendapat masukan ataupun keluhan. Hasilnya ia bawa ke dalam rapat dewan pengawas.

Rapat rampung bersamaan dengan kumandang azan asar. Ratih bergegas menuju Hotel Sari Pan Pacific di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat.

Di perjalanan, di dalam mobil, Ratih salat zuhur dan asar sekaligus.



Pukul 16.00. Hotel Sari Pan Pacific. Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat

Ratih diminta menjadi narasumber seminar bertema “Sehat dan Cantik untuk Muslimah”, yang digelar majalah Prodo. Ratih harus menunggu hampir satu jam karena peserta baru siap menjelang pukul 17.00.

Di hadapan sekitar 80 peserta seminar, Ratih banyak membicarakan keserasian berpakaian berdasarkan warna kulit dan profesi. Juga mengenai cara memadukan busana agar serasi dipakai. Misalnya, jika bajunya berwarna lembut, seperti putih, bawahannya bisa memakai yang berwarna pastel. Kalau atasannya berwarna keras, seperti merah, hijau, bawahannya bisa memakai yang berwarna hitam. Jika atasnya berwarna agak lembut, bawahannya bisa memakai warna cokelat.

"Dengan patokan ini, praktis koleksi tas kita hanya tiga warna, yaitu hitam, warna pastel, dan cokelat," kata Ratih. Mengapa begitu? Menurut dia, warna tas, bawahan, ikat pinggang, dan sepatu harus dipadu dengan warna senada agar enak dilihat.

Menjelang magrib, Ratih meninggalkan Sari Pan Pacific menuju Hotel Crown Plaza. Dia akan berbuka puasa di hotel yang terletak di Jalan Gatot Subroto itu. Sayang, ketika magrib, Ratih baru sampai di halte busway Dukuh Atas, relatif jauh dari Jalan Gatot Subroto.

Repotnya, tak ada air di dalam mobil. "Ini ada permen, ayo batalkan puasa dulu," kata Ratih sembari menyodorkan permen kepada Tempo.



Pukul 19.00. Hotel Crowne Plaza

Steven, rekan Ratih dari Maroko, telah menunggu di sebuah restoran Timur Tengah. Steven adalah relasi Ratih yang memesan busana muslim untuk dipasarkan di Australia.

Untuk buka puasa, Ratih memesan air mineral, cous cous rice (nasi khas Maroko), Moroccan chicken stew, lamb shank, puding, dan buah-buahan.



Pukul 21.00. Kompleks Al-Azhar. Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Ratih menjemput putri pertamanya, Dhianya Nuasnigi Zen, 11 tahun, yang masih kelas VI Sekolah Dasar Al-Azhar. Malam itu Anya--panggilan Dhianya--dan teman sekelasnya salat tarawih di sekolahnya.

Dari suaminya, Isman Budisepta Zen, Ratih mendapat tiga putri. Anya, Sanyadwia Ghinasni Zen, 10 tahun, dan Danyafatima Hasnuagi Zen, 8 tahun.

Ratih bercerita, ia tak pernah tidur di atas pukul 22.00. Setelah salat isya, meski sang suami belum pulang, Ratih beristirahat bersama tiga buah hatinya.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita